Hari Raya Pentekosta



Bacaan
Kis 2:1-11
Gal 5:16-25
Yoh 15:26-27.16:12-15

Renungan:

Saudara dan Saudariku
Saya akan mengawali renungan kali ini dengan sebuah kisah imajinatif:
Ada seorang anak yang merayakan ulang tahun... (Sebut saja namanya Aurelia). Meskipun umurnya belum masih muda, tetapi pada ulang tahun kali ini dirayakan secara meriah karena sekaligus untuk mensyukuri kelulusannya. Dia mendapat banyak hadiah. Ketika tiba saatnya bagi dia untuk membuka semua hadiah yang ia terima, dia mulai merobek sebuah bingkisan dengan berbagai macam jenis lipatan. Ketika dia membuka bungkusan pertama, dia mengamati hadiah itu untuk beberapa lama, setelah itu dia menyingkirkan dan membuka hadiah yang kedua. Dari semua hadiah itu dia merasa tidak ada yang ia butuhkan karena semua hadiah yang diberikan sudah ia miliki. Dia tidak terlalu bahagia dengan semua hadiah yang ia terima. Hal yang yang ia butuhkan sebenarnya cinta dan bukan barang.

Saudara dan saudariku
Hari ini kita merayakan pentekosta. Pentekosta disebut juga sebagai hari kelahiran gereja. Pada hari itu, para murid menerima Roh Kudus. Tidak seperti Aurelia yang menerima hadiah ulang tahunnya tadi, Roh Kudus tidak memberikan kepada para rasul, barang. Tetapi Roh Kudus membangkitkan apa yang sebenarnya sudah ada dalam diri para rasul.

Analoginya begini: 2 hari yang lalu.... udara terasa panas sekali...sekali sehingga salah satu pohon puring saya di atas dek pastoran, nampak layu. Juga karena tidak disiram selama beberapa hari. Akhirnya saya membawa turun, menggantikan pot dan media dan menyiramnya. Hari sabtu kemarin bunga itu sudah tampak segar sehingga saya mengembalikan ke posisinya. Air yang saya siram....itu ibarat ’roh’ bagi tanaman itu... air itu membangkitkan daya hidup yang sebenarnya sudah ada pada tanaman itu.

Demikian pun yang terjadi dengan para rasul pada hari Pentekosta. Roh Kudus hanya membangkitkan daya rahmat yang sebenarnya sudah Allah berikan kepada mereka. Dan terjadilah suatu yang menakjubkan. Mereka saling berbagi – demi kelangsungan komunitas kecil yang baru terbentuk.

Paulus dalam 1Kor 12: 4-7 mengatakan: ”Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.

Dalam bacaan-bacaan hari ini kita dapat menangkap dan memahami bagaimana pengaruh Roh Allah itu yang mampu merobah hidup dan hati manusia, khususnya hidup orang beriman:

Dalam bacaan pertama, kita mendengar pengaruh Roh Kudus itu bagi para rasul. Mereka yang tadinya takut dan kehilangan semangat mengunci diri di ruangan tertutup, tiba-tiba berubah sama sekali. Mereka mulai berbicara dan menantang para pendengarnya untuk mengubah cara hidup dan dipermandikan.

Dalam bacaan kedua, St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia menyimpulkan apa artinya buah Roh. Dari pengalaman iman dan keterlibatan-nya dalam pewartaan, dia mensharingkan apa artinya pengalaman Roh. Dia mempertentangkan antara perbuatan daging dan buah roh. Buah-buah Roh itu ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Inilah kekayaan Roh Allah yang bisa terlihat dalam hidup kita orang Kristen. Paulus tidak mau menjelaskan Roh itu apa, tetapi kehadiran-nya justru dapat dirasakan dan dialami serta terung-kap dalam perbuatan baik yang disebutkan tadi.

Pentekosta adalah tawaran Roh Allah bagi kita. Roh itu merubah hidup murid-murid pertama. Roh itu terpancar dalam perbuatan orang-orang kristen, Roh itu kekuatan, pembela dan penghibur kita di masa penuh tantangan dan kesulitan.

Saudara dan saudariku….
Bagi saya menarik kalau kita melihat bagaimana gereja awal itu terbentuk. Sangat sederhana. Mereka tidak punya harta benda gereja, tidak punya bagunan, tidak punya uang. Yang ada hanyalah orang. Itupun jumlahnya tidak banyak. Sekalipun kecil, tetapi punya semangat. Mereka bersatu dalam doa dan pelayanan.

Bagaimana dengan yang terjadi di lingkungan-lingkungan di paroki kita. Ada lingkungan yang besar.... tetapi hanya sedikit orang yang berkumpul. Yang punya semangat hanya segelintir orang.

Oleh karena itu, Bapa Uskup dalam kunjungan pastoral mencanangkan comunitas basis gerejani sebagai cara hidup menggereja. Comunitas itu harus kecil jumlahnya supaya orang saling mengenal satu sama lain. Ada kedekatan satu sama lain.

Saudara dan saudariku….
Semalam…. Ketika merenungkan bacaan-bacaan hari ini saya teringat akan sebuah lagu…..

Bind us together Lord… bind us together with chord that cannot be broken. Bind us together Lord, bind us together Lord. Bind us together with love.There is only one God…. There is only one king… there is only one body… that is why I sing….

Kita meminta Tuhan untuk menyatukan kita dengan cinta-Nya agar kita saling peduli satu sama lain. Apalagi di tengah krisis global yang tengah melanda dunia sekarang ini. Ingat Pesan Bapa uskup kita: "Pastikan bahwa tidak ada seorangpun di antara kita yang tidak punya sesuatu untuk dimakan"

Saudara dan saudariku.
Kita memang belum punya Gedung Pastoral. Keuangan kita mungkin pas-pasan belum cukup untuk memulai membangunan…. Tetapi kita punya umat dengan berbagi pontensi yang kita miliki. Semoga Roh Kudus yang kita terima pada hari Pentekosta ini membangkitkan semangat kasih dan pelayanan serta hidup menggereja di dalam diri kita.

Berkaitan dengan hidup menggereja, kita bisa belajar dari cara hidup jemaat perdana. Dalam Kis 2:46: disebutkan salah satu kegiatan jemaat pada waktu itu: “Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati.”.

Nah…kebiasaan ini kita teruskan sampai sekarang dengan adanya Misa Lingkungan. Ingat... Ekaristi diadakan di rumah-rumah umat secara bergilir….

Ada lingkungan yang Sejak dicanangkan adanya misa lingkungan, tidak pernah ada misa lingkungan… kecuali ada umat yang minta intensi… jadwal yang ditetapkan akhirnya hanya tetap tertulis tanpa dijalankan.

Mari kita membuka diri bagi semangat, gairah baru Roh itu agar kita pun diperbaharui, menunjukkan gairah baru lagi dan dapat menghayati hidup kristiani kita. Seperti pengalaman para murid, doa adalah tempat istimewa turunnya Roh. Maka kita beri tempat bagi doa dalam hidup, menanti dan berjaga-jaga agar Roh itu datang.

HARI RAYA KENAIKAN TUHAN YESUS

Bacaan
Kis 1:1-11
Ef 1:17-23
Mrk 16:15-20

Renungan

Saudara dan saudariku
Saya akan mengawali renungan ini dengan sebuah kisah imajinatif. Ketika Yesus baru saja naik ke surga, terjadilah percakapan berikut antara Yesus dan Malaikat Gabriel.

Gabriel: Tuhan, Engkau pasti sangat menderita ketika tergantung pada salib di bukit Golgota itu”

Yesus: Tepat sekali. Waktu itu saya sangat menderita sampai-sampai saya berteriak “Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Gabriel : Tetapi apakah umat manusia tahu bahwa Engkau begitu mencintai mereka sampai Engkau relah digantung pada salib?”

Yesus: Sampai sekarang cuma beberapa orang yang tahu bahwa saya mati untuk mereka.
Gabriel: Lalu apa yang telah Engkau perbuat supaya umat manusia tahu bahwa Engkau mencintai mereka sampai harus mati di kayu salib?

Yesus: Saya sudah memberitahukan kepada Petrus, Yakobus, Yohanes, Andreas dan murid-murid lainnya untuk menceritrakan kepada orang-orang lain bahwa saya mencintai mereka. Mudah-mudahan orang lain itu akan menceritrakan kepada orang-orang lain lagi sehingga semua orang di dunia tahu bahwa saya pernah mati di salib untuk menebus dosa-dosa mereka.

Gabriel: Tetapi bagaimana kalau mereka lupa, cape, sibuk atau tidak berminat? Saya kira Tuhan harus punya rencana lain.

Yesus: (kaget dengan ide Gabriel ini…. Dia menatap dalam mata Gabriel, dan berkata) Gabriel, sampai sekarang saya belum mempunyai rencana yang lain. Hingga saat ini Saya masih percaya dan menggantungkan harapan-Ku pada mereka.

Saudara dan saudariku yang terkasih!
Pesan dari dialog imajinatif antar Yesus dan Malaikat Gabriel ini sangat jelas, yakni hingga saat ini Yesus masih tetap mempercayakan kepada kita murid-murid-Nya untuk memberikan kesaksian tentang cinta-Nya – membawa kabar keselamatan kepada seluruh umat manusia.

Dalam Injil hari ini, dikisahkan bahwa sebelum Yesus terangkat ke surga, Dia memberikan amanat berikut kepada para murid-Nya: ”Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Mrk 16:`15-16).

Amanat Yesus ini menyadarkan kita kembali akan misi Gereja untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa. Kegiatan misi (pewartaan) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan gereja. Seorang penulis – Emil Bruner – pernah berkata: ”Gereja ada dan hidup karena misi seperti api ada dan kelihatan karena terbakar” Dengan kata lain, Gereja akan berhenti berada apabila ia tidak lagi memberikan kesaksian tentang imannya kepada orang lain. Gereja tidak lagi dapat hidup apabila ia berhenti melakukan karya misi. Karena itu tepatlah kalau dikatakan bahwa misi adalah jantung dari kehidupan gereja.

Saudara dan saudariku
Untuk menjadi utusan Tuhan (misionaris) kita tidak harus pergi ke luar negri, meninggalkan orang tua – ke negara-negara lain untuk mewartakan Injil. Itu sudah dilakukan oleh para misionaris yang datang ke negara kita pada abad-abad yang lalu. Kita patut bersyukur kepada mereka. Tetapi untuk kita sekarang ini, tugas mewartakan Injil bisa kita jalankan di tempat di mana kita berada. Salah satunya adalah dengan bersedia menjadi pengurus di lingkungan.

Bicara tentang keterlibatan awam dalam hidup menggereja, minggu yang lalu, saya menyempatkan diri – memberikan semacam sedikit pembekalan kepada para calon pengurus lingkungan St. Petrus, St. Paulus, St. Barnabas – yang rencananya sebentar lagi akan mekar.

Pada kesempatan itu memberikan sedikit dasar-dasar dari dokumen gereja tentang pentingnya keterlibatan kaum awam dalam hidup menggereja.

• Vat II, (LG 31) Gereja memandang dirinya sebagai communio, persekutuan umat Allah. Oleh karena itu, semua umat beriman, mempunyai tugas dan tanggung jawab menurut peran, fungsi dan kharismanya masing-masing untuk ikut mengembangkan gereja.
• Gereja tidak identik dengan kaum berjubah.... Perkembangan gereja tidak lagi tugas dan monopoli kaum berjubah, tatapi tugas dan tanggung jawab semua umat katolik.
• Tugas dan tanggung jawab ini telah kita terima waktu pembaptisan. Pada saat krisma, kita diutus untuk melaksanakan tugas itu.

• Vat II Ad Gentes no 21: Gereja tidak sungguh-sungguh hidup sepenuhnya, dan bukan tanda Kristus yang sempurna di tengah masyarakat, selama tidak ada kehadiran aktif dari kaum awam.

Saudara dan saudariku
Yesus tidak punya rencana lain untuk mengembangkan paroki St. Odilia – Citra Raya ini. Dia mempercayakan semuanya itu kepada kita.

Selain terlibat dalam kehidupan menggereja, kita juga diajak untuk terlibat dalam kehidupan bermasyarakat.

Berkaitan dengan keterlibatan dalam hidup bermasyarakat ini, saya punya sebuah kisah.

Pada suatu hari ada seorang GURU memanggil 5 orang muridnya dan berkata: “Sekarang kalian saya utus untuk pergi mencari lebih banyak orang lain untuk mengikuti kita”.

Kelima orang itu langsung berangkat. Waktu terus berlalu, minggu demi minggu telah lewat, bulan demi bulan berlalu…akhirnya mereka kembali satu per satu.

Murid yang pertama kembali membawa 500 orang pengikut. Sang guru heran dengan hasil yang diperoleh. Dia bertanya: “Bagaimana caramu sehingga bisa mendapatkan orang begini banyak?” Murid itu menjawab: “Saya mendatangi daerah-daerah kumuh. Di sana saya melihat penderitaan dan kemiskinan yang luar biasa. Saya berjanji akan membantu dan memenuhi segala kebutuhan mereka sehingga mereka mengikuti saya.

Sang guru menjawab: ”OK... Baik!”

Kemudian datanglah murid yang kedua dengan membawa sertanya 400 orang. Guru bertanya: ”Cara apa yang kamu gunakan untuk mendapatkan orang-orang ini?”

Murid itu menjawab: ”Saya bercerita tentang surga dan hal-hal yang akan mereka dapatkan jika mereka menjadi salah seorang dari kita.

Guru menjawab: ”OK... baik.

Lalu datanglah murid yang ketiga dengan membawa 300 orang. Sang guru bertanya: ”Cara apa yang kamu pakai untuk mendapatkan orang-orang ini?”

Murid itu menjawab: ”Saya tidak pernah memukul mereka tetapi saya berkata bahwa mereka semua akan masuk neraka jika mereka tidak mengikuti cara hidup kita. Awalnya tidak banyak yang percaya sampai akhirnya saya melakukan sebuah mukjizat.”

”Wah...mujizat apa itu”, tanya sang guru. Murid itu menjawab: ”Saya mengutuk seekor babi yang sedang terkena virus. Babi itu langsung rebah dan mati seketika.” Hal inilah membuat mereka yakin sehingga mereka mengikuti saya”

Guru: ”Oh...begitu toh caramu.... baik!”

Kemudian datanglah murid yang keempat membawa sertanya 200 orang. Guru kembali bertanya: ”Cara apa yang kamu gunakan untuk mendapatkan orang-orang ini?”

Sang murid menjawab: ”Saya mendatangi orang-orang yang sederhana, tidak berpendidikan dan tidak tahu banyak tentang KS. Saya meyakinkan mereka dengan argument-argument saya dengan sedikit kutipan KS. Saya membutakan mereka dengan kepandaian saya.

Guru itu menjawab: ”Oh...gitu toh.... baik”

Akhirnya datanglah murid yang kelima dengan membawa hanya 12 orang pengikut baru.

Guru itu bertanya, ”Kenapa Kok kamu begitu lama.? Udah gitu, hasilnya hanya 12 orang lagi”.

Murid itu menjawab: ”Benih yang saya tanamkan tidak langsung tumbuh dan berbuah.... sehingga saya harus menunggu saat yang tepat. Sementara saya menunggu saya tinggal bersama dengan orang-orang ini. Saya menjadi sahabat mereka, mencoba memberikan contoh hidup sesuai dengan ajaranmu. Sementara itu saya juga menemukan bahwa kebebasan nilai yang tertinggi bagi mereka. Memaksa mereka berarti tidak menghargai martabat mereka dan merusak nilai yang mereka pegang selama ini. Tetapi saya juga belajar bahwa mereka ternyata orang-orang yang suka membantu dan tidak takut berkorban. Saya lalu mengatakan tentang kesulitan-kesulitan jika mereka mau menjadi seorang salah satu dari kita, tetapi saya menekankan lebih pada kebaikan yang bisa mereka lakukan kepada Allah dan sesama jika mereka mau menjadi murid. Mereka nampaknya sangat terkesan dengan hal ini. Namun pada suatu ketika terjadi sesuatu yang menggocangkan sehingga akhirnya hanya 12 orang inilah yang setia dan mengikuti saya.

Sang guru lalu memuji murid yang terakhir ini.

Saudara dan saudariku
Keempat murid yang pertama, memanfaatkan kelemahan dan ketakutan orang. Betapa mudahnya kita mempengaruhi orang dengan menakuti-nakuti mereka.

Tetapi murid yang terakhir tadi menggunakan keutamaan-keutamaan / hal-hal baik dalam masyarakat sebagai pintu masuk pewartaannya. Dia juga mau bersahabat dengan mereka dan menunjukkan contoh hidup baik...sehingga orang terkesan.

Inilah cara menjadi misionaris yang harus ditempuh oleh setiap orang kristiani.

Saudara dan saudariku...
Pada hari raya kenaikan ini, marilah kita menyadari kembali akan hakekat gereja sebagai persekutuan yang bersifat misioner. Gereja tidak bisa hidup dan bertumbuh tanpa bermisi. Bermisi tidak hanya dilakukan oleh para misionaris yang diutus ke tempat lain. Setiap kita bisa menjadi misionaris. Pertama, terlibat penuh dalam kehidupan menggereja, baik pada tinggat paroki maupun terutama dalam lingkungan. Kedua, menyebarluaskan nilai-nilai yang ditawarkan oleh Yesus melalui teladan hidup kita. Amen.

Pastor Tonny Blikon, SS.CC
Renungan ini disampaikan pada Misa Kenaikan Tuhan Yesus
Paroki St. Odilia - Citra Raya

Pesan Bapa Suci Benediktus XVI untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke 43




Teknologi Baru, Relasi Baru:
Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan


Saudara dan Saudari Terkasih,

1. Mendahului Hari Komunikasi Sedunia yang akan datang, Saya ingin menyampaikan kepada anda beberapa permenungan mengenai tema yang dipilih untuk tahun ini yakni Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan. Sesungguhnya teknologi digital baru sedang membawa pergeseran yang hakiki terhadap perilaku-perilaku komunikasi juga terhadap ragam hubungan manusia. Pergeseran itu secara istimewa dialami oleh kaum muda yang bertumbuh bersama teknologi baru dan telah merasakan dunia digital sebagai rumah sendiri. Mereka berusaha memahami dan memanfaatkan peluang yang diberikan olehnya, sesuatu yang bagi kita orang dewasa seringkali dirasakan cukup asing. Dalam pesan tahun ini, Saya ingat akan mereka yang dikenal sebagai generasi digital, dan Saya ingin berbagi dengan mereka, khususnya tentang gagasan-gagasan menyangkut potensi ulung teknologi baru demi mamajukan pemahaman dan rasa kesetiakawanan manusia. Teknologi baru sesungguhnya merupakan anugerah bagi umat manusia dan kita mesti memberikan jaminan bahwa manfaat yang dimilikinya tentu dipergunakan untuk melayani semua manusia secara pribadi dan komunitas, teristimewa mereka yang kurang beruntung dan menderita.

(Manfaat Media Baru)
2. Akses terhadap telpon seluler dan komputer yang kian mudah disertai dengan jangkauan dan penyebaran internet secara meluas sampai ke wilayah jauh dan terpencil telah menjadikan internet sebagai prasarana jalan bagi penyampaian berbagai jenis pesan. Sungguh sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh generasi-generasi sebelumnya. Daya dasyat media baru ini telah digenggam oleh orang-orang muda dalam mengembangkan jalinan, komunikasi dan pengertian di antara individu maupun secara bersama. Mereka telah beralih ke media baru sebagai sarana berkomunikasi dengan teman-teman, berjumpa dengan teman-teman baru, membangun paguyuban dan jejaring, mencari informasi dan berita, serta sarana berbagi gagasan dan pendapat. Budaya baru ini membawa banyak manfaat bagi komunikasi, antara lain keluarga-keluarga tetap bisa berkomunikasi meski terpisah oleh jarak yang jauh, para pelajar dan peneliti memperoleh peluang lebih cepat dan mudah kepada dokumen, sumber-sumber rujukan dan penemuan-penemuan ilmiah sehingga mereka mampu bekerja secara bersama meski dari tempat yang berbeda. Lebih dari itu, kodrat interaktif yang dihadirkan oleh berbagai media baru mempermudah pembelajaran dan komunikasi dalam bentuk yang lebih dinamis dan pada akhirnya memberikan sumbangsih bagi perkembangan sosial.

(Jangan hanya terpukau dengan kecanggihan teknis media baru. Media baru sebagai jawaban mendasar kerinduan umat manusia untuk berkomunikasi)
3. Kita tidak perlu terlalu terpukau dengan kehebatan media baru dalam menjawab kerinduan manusia dalam berkomunikasi dan berelasi dengan sesama, karena sesungguhnya, hasrat berkomunikasi dan bersahabat ini berakar dari kodrat kita yang paling dalam sebagai manusia dan tak boleh dimengerti sebagai jawaban terhadap berbagai inovasi teknis. Dalam terang amanat Kitab Suci, hasrat untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain, pertama-tama harus dimengerti sebagai ungkapan peran-serta kita akan kasih Allah yang komunikatif dan mempersatukan, yang ingin menjadikan seluruh umat manusia sebagai suatu keluarga. Tatkala kita ingin mendekati orang lain, tatkala kita ingin mengetahui lebih banyak tentang mereka dan membuat kita dikenal oleh mereka maka saat itulah kita sedang menjawab panggilan Allah, yakni panggilan yang terpatri dalam kodrat kita sebagai mahkluk yang diciptakan seturut gambar dan rupa Allah, Allah komunikasi dan persekutuan.

( Hasrat mendasar manusia adalah berkomunikasi)
4. Hasrat saling berhubungan dan naluri komunikasi yang melekat dalam kebudayaan masa kini sungguh dipahami sebagai ungkapan kecenderungan mendasar dan berkelanjutan manusia modern untuk menjangkau keluar serta mengupayakan persekutuan dengan orang lain. Tatkala kita membuka diri terhadap orang lain, kita sedang memenuhi hasrat kita yang terdalam dan menjadi lebih sungguh manusia. Pada dasarnya, mengasihi adalah hal yang dikehendaki oleh Sang Pencipta. Dalam hal ini, Saya tidak berbicara tentang hubungan sekilas dan dangkal, tetapi tentang kasih yang sesungguhnya, yang menjadi inti ajaran moral Yesus: Kasihilah TuhanAllahmu dengan sepenuh hati, dengan seluruh jiwa raga, dengan seluruh akal budimu dan dengan seluruh kekuatanmu dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri (bdk. Mrk 12:30-31). Dalam terang pemahaman ini, merenungi makna teknologi baru sungguh penting, agar kita tidak sekadar menaruh pehatian pada kemampuannya yang tak dapat diragukan itu, tetapi terutama pada kwalitas isi yang disebarkan melalui media tersebut. Saya ingin mendorong semua orang yang berkehendak baik yang sedang bergiat di lingkungan komunikasi digital masa kini untuk sungguh membaktikan diri dalam memajukan budaya menghomati, dialog dan persahabatan.
Oleh karena itu, mereka yang bergiat dalam pembuatan dan penyebaran isi media baru harus benar-benar menghormati martabat dan nilai pribadi manusia. Apabila teknologi baru dipergunakan untuk melayani kebaikan pribadi dan masyarakat, semua penggunanya akan mengelakkan tukar menukar kata dan gambar yang merendahkan umat manusia, keintiman hubungan seksual, atau yang mengeksploitasi orang lemah dan menderita.

( Media baru sebagai gelanggang berdialog)
5. Teknologi baru juga membuka jalan untuk dialog di antara orang-orang dari berbagai negara, budaya dan agama. Gelanggang digital baru yang disebut jagat maya, memungkinkan mereka untuk bertemu dan saling mengenal kebiasaan dan nilai-nilai mereka masing-masing. Perjumpaan-perjumpaan yang demikian, jika ingin berhasil guna, menuntut bentuk pengungkapan bersama yang jujur dan tepat disertai sikap mendengar dengan penuh perhatian dan penghargaan. Bila dialog bertujuan untuk memajukan pertumbuhan pengertian dan sikap setia kawan, ia harus berakar pada ikhtiar mencari kebenaran sejati dan bersama. Hidup bukanlah sekadar rangkaian peristiwa dan pengalaman. Hidup adalah sebuah pencarian kebenaran, kebaikan dan keindahan. Untuk maksud inilah maka kita membuat pilihan; untuk maksud inilah maka kita meragakan kebebasan kita, dengan maksud inilah-yakni dalam kebenaran, dalam kebaikan dan dalam keindahan-kita menemukan kebahagiaan dan sukacita. Kita tidak boleh membiarkan diri diperdaya oleh orang-orang yang memandang kita semata-mata sebagai konsumen sebuah pasar, yang dijejali dengan aneka ragam kemungkinan, yang mengubah pilihan menjadi barang, kebaruan mengganti keindahan dan pengalaman sukyektif menggantikan kebenaran.

(Persahabatan 'on-line' dan persahabatan riil)
6. Gagasan tentang persahabatan telah mendapat pemahaman baru oleh munculnya kosa kata jaringan sosial digital dalam beberapa tahun belakangan ini. Gagasan ini merupakan suatu pencapaian yang paling luhur dalam budaya manusia. Dalam dan melalui persahabatan, kita bertumbuh dan berkembang sebagai manusia. Karena itu, persahabatan yang benar harus selalu dilihat sebagai kekayaan paling besar yang dapat dialami oleh pribadi manusia. Dengan ini, kita mestinya hati-hati memandang remeh gagasan atau pengalaman persahabatan. Sungguh menyedihkan apabila hasrat untuk mempertahankan dan mengembangkan persahabatan 'on-line' mengorbankan kesempatan untuk keluarga, tetangga serta mereka yang kita jumpai dalam keseharian di tempat kerja, di tempat pendidikan dan tempat rekreasi. Apabila hasrat akan jalinan maya berubah menjadi obsesi, maka hasrat itu akan memarjinalkan pribadi dari interaksi sosial sehari-hari sekaligus menghambat pola istirahat, keheningan dan permenungan yang berguna bagi perkembangan kesehatan manusia.

7. Persahabatan adalah kekayaan terbesar manusia, tetapi nilai ulungnya bisa hilang apabila persahabatan itu dipahami sebagai tujuan itu sendiri. Sahabat harus saling mendukung dan saling memberi dorongan dalam mengembangkan bakat dan pembawaan mereka serta memanfaatkannya demi pelayanan umat manusia. Dalam konteks ini, sungguh membanggakan bila jejaring digital baru beriktiar memajukan kesetiakawanan umat manusia, damai dan keadilan, hak asasi manusia dan penghargaan terhadap hidup manusia serta kebaikan ciptaan. Jejaring ini dapat mempermudah bentuk-bentuk kerjasama antar manusia dari konteks geografis dan budaya yang berbeda serta membuat mereka mampu memperdalam rasa sepenanggungan demi kebaikan untuk semua. Karena itu, secara tegas kita harus menjamin bahwa dunia digital, dimana jejaring serupa itu dapat dibangun, adalah dunia yang sungguh terbuka untuk semua orang. Sungguh menjadi tragedi masa depan umat manusia apabila sarana baru komunikasi yang memungkinkan orang berbagi pengetahuan dan informasi dengan cara yang lebih cepat dan berdayaguna, tidak terakses oleh mereka yang terpinggirkan secara ekonomi dan sosial, atau apabila ia hanya membantu memperbesar kesenjangan yang memisahkan orang miskin dari jejaringan baru itu yang justru dikembangkan bagi pelayanan sosialisasi manusia dan penyebaran informasi.

(Pesan khusus untuk kaum muda: menginjil di dunia digital)
8. Saya bermaksud menyimpulkan pesan ini dengan menyampaikan secara khusus kepada orang muda katolik untuk mendorong mereka memberikan kesaksian iman dalam dunia digital. Saudara dan Saudari terkasih, Saya meminta kepada anda sekalian untuk memperkenalkan nilai-nilai yang melandasi hidup anda ke dalam lingkungan budaya baru yakni budaya teknologi komunikasi dan informasi. Pada awal kehidupan gereja, para rasul bersama murid-muridnya mewartakan kabar gembira tentang Yesus kepada dunia orang Yunani dan Romawi. Sudah sejak masa itu, keberhasilan karya evangelisasi menuntut perhatian yang seksama dalam memahami kebudayaan dan kebiasaan bangsa-bangsa kafir sehingga kebenaran Injil dapat menjamah hati dan pikiran mereka. Demikian juga pada masa kini, karya pewartaan Kristus dalam dunia teknologi baru menuntut suatu pengetahuan yang mendalam tentang dunia jika teknologi itu dipergunakan untuk melayani perutusan kita secara berdayaguna.

9. Kepada anda kalian, orang-orang muda, yang memiliki hubungan spontan terhadap sarana baru komunikasi, supaya bertanggungjawab terhadap evangelisasi 'benua digital' ini. Pastikan untuk mewartakan Injil ke dalam dunia jaman sekarang dengan penuh semangat. Kamu mengetahui kecemasan dan harapan mereka, cita-cita dan kekecewaan mereka. Hadiah terbesar yang dapat kalian berikan kepada mereka adalah berbagi dengan mereka kabar gembira Allah yang telah menjadi manusia, yang menderita, wafat dan bangkit kembali untuk menyelamatkan semua orang. Hati umat manusia sedang haus akan sebuah dunia dimana kasih meraja, dimana anugerah dibagikan dan dimana jati diri ditemukan dalam bentuk persekutuan yang saling menghargai. Iman kita mampu menjawab harapan-harapan itu. Semoga kamu menjadi bentaraNya! Ketahuilah, Bapa Suci memberkati anda dengan doa dan berkatnya


Vatikan, 24 Januari 2009, pesta Santo Fransiskus de Sales
Paus Benediktus XVI

Minggu Paskah VI-Tahun B - 2009



Bacaan:
Kis 10:25-26, 34-35, 44-48
1 Yoh 4:7-10
Yoh 15:9-17 ________________________________________

Renungan - Pastoral Eksegese
Adalah sangat manusiawi bahwa kita lebih mencintai orang yang dekat dengan kita dan mereka yang mencintai kita. Dengan pengalaman semacam ini kita sulit sekali membayangkan bahwa Allah mencintai semua orang, entah orang itu baik atau jahat. Cinta Allah itu mengatasi segela batas geografis, nationalitas, etnis, suku bangsa dan agama. Allah tidak membuat adanya pembedaan. Melalui bacaan-bacaan hari ini, Allah mengundang kita untuk mencintai seperti Dia… mencintai semua orang.

Dalam bacaan kedua (1Yoh 4;7-10), rasul Yohanes mengingatkan bahwa kita semua sebenarnya telah mengetahui cinta Allah itu karena Allah telah mengutus Putera-Nya ke dalam dunia supaya kita hidup oleh-Nya. Tidak hanya itu saja, tetapi Allah telah mengutus Putera-Nya sebagai kurban pelunas dosa kita, Allah telah mengutus Putera-Nya untuk mati bagi kita.

Bacaan Injil hari ini merupakan kelanjutan dari bacaan Injil minggu yang lalu. Injil hari ini mengatakan bahwa kedatangan Putera Allah ke dalam dunia, bukan hanya sekedar menunjukkan cinta Bapa kepada kita tetapi sekaligus cinta Allah Putera itu sendiri. Yesus berkata: ”Tak ada kasih yang lebih besar daripada kasih orang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”

Inti dari bacaan Pertama (Kis 10:25-26.34-35.44-48) cinta Allah yang tidak diskriminatif. Dalam bacaan ini kita mendengar tentang apa yang terjadi ketika Petrus berkotbah di rumah seorang kafir bernama Kornelius. Inilah pertama kali gereja perdana membuka diri kepada orang yang bukan Yahudi. Sebelum itu, gereja perdana beranggapan bahwa Yesus adalah pemenuhan janji Allah bagi keselamatan bangsa Israel. Akan tetapi ketika Allah mencurahkan Roh Kudus kepada Kornelius dan seisi rumahnya, Petrus baru menyadari bahwa kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus tidak hanya diperuntukan bagi orang Israel tetapi juga untuk orang-orang kafir: kepada seluruh bangsa.

Bacaan-bacaan hari ini tidak hanya berbicara tentang Allah yang mencintai semua orang, tetapi juga panggilan kita untuk meneladani cinta Allah tersebut. Kita dipanggil untuk mencintai semua orang. Bacaan kedua berbicara tentang hal ini secara langsung ketika Petrus menyaksikan tentang bagaimana Allah mencurahkan roh Kudus, juga kepada orang-orang asing, menyimpulan bahwa tak seorang pun dapat mencegah orang-orang itu untuk dibaptis.

Bacaan kedua memberikan kita sebuah alasan yang logis mengapa kita harus mencintai: Allah adalah cinta karena itu setiap orang yang mengenal Allah harus mencintai. Akan tetapi kita pun tidak bisa menggunakan kriteria cinta ini sebagai tanda apakah seseorang mengenal Allah atau tidak.

Pada akhirnya, Injil berbicara pentingnya menjalankan perintah Yesus, yaitu saling mengasihi sebagaimana Yesus telah mengasihi kita. Ingat: dengan mencintai, tidak selamanya kita bahagia sebab cinta itu menuntut korban bahkan salib. Yesus telah menunjukkan cinta-Nya sehabis-habisnya sampai wafat di kayu salib. Kita dipanggil pada level cinta yang sama. Mungkin kita merasa berat untuk melakukan hal ini, tetapi Yesus berjanji bahwa apapun yang kita minta kepada Bapa dalam nama-Nya, pasti akan diberikan kepada kita. Ini kiranya merupakan sumber harapan dan kekuatan bagi kita agar dapat mencintai satu sama lain sebagimana Yesus telah mencintai kita.

© Pastor Tonny Blikon, SS.CC

Kamis Pekan V Paskah_2009



Injil Yoh 15:9-17

Pada malam Perjamuan Terakhir, Yesus bersabda kepada para murid-Nya: “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.

Renungan:

Saudara dan saudariku.
Saya mulai renungan ini dengan pertanyaan:Jika anda diminta untuk memilih, siapakah Anda?
a. Anda adalah orang baik, yang melakukan kejahatan.
b. Anda adalah orang jahat yang melakukan kebaikan.
c. Anda adalah orang baik yang melakukan kehendak Tuhan.

Semua jawaban di atas dapat dibenarkan. (Jawaban a): kita adalah orang baik tetapi selalu jatuh dan melakukan kejahatan. Dengan itu kita menjauhkan diri dari Tuhan. (Jawaban b): Kita telah jatuh ke dalam dosa dan kejahatan, tetapi masih diberi kesempatan untuk berusaha berbuat baik. (Jawaban c): Digambarkan kerja sama antara manusia dan Allah sang pemberi kehidupan. Sejak awal mula manusia diciptakan baik adanya dan dia melakukan apa yang dikehdaki Tuhan.

Kita adalah orang baik yang melakukan kejahatan dosa. Dosa itu dilukiskan sebagai menjauhkan diri dari cinta Tuhan. Karena itu Yesus dalam bacaan Injil hari ini secara khusus mengajak kita sekali lagi untuk mencintai. Yesus katakan: ”Inilah perintah-Ku supaya kamu saling mengasihi”.

Saya sempat merenungkan...cinta seperti apakah yang kiranya Yesus maksudkan? Persoalan ini muncul karena pada zaman sekarang ini kita mengenal ada macam-macam cinta di mana semuanya itu terkait erat denan maksud dibalik tindakan mencintai.

Paling tidak ada 5 jenis cinta.

Pertama, Cinta Utilitarian. Artinya, kita mencintai seseorang karena orang itu berguna bagi kita. Kalau kita melihat essensinya, maka kita menemukan bahwa ini sebenarnya bukan cinta yang Yesus maksdukan karena dibalik semuanya itu, si pencinta lebih mementingkan diri sendiri.

Kedua, Cinta romantis. Dalam jenis cinta ini, kita mempunyai daya tarik kepada orang lain karena kebahagaan (ada unsur kenikmatan) yang ia berikan kepada kita. Kiranya cinta model ini pun tidak dimaksudkan oleh Yesus. Karena si pencinta hanya ingin mendapatkan kepuasan tertentu bagi dirinya. Dasar dari cinta model ini adalah perasaa. Dan cinta tidak bisa dibangun atas dasar perasaan karena perasaan itu dapat berubah-ubah setiap waktu. Cinta macam ini biasanya tidak bertahan.

Ketiga, cinta demokratis. Cinta model ini didasarkan atas kesamaan derajat, suku atau bangsa. Artinya, saya mencintai ornag itu karena ia sebangsa dengan saya. Motivasinya adalah saya mencintai ornag itu supaya saya pun dicintai.

Keempat, cinta kemanusiaan. Jenis cinta ini sangat abstrak karena tertuju pada kemanusiaan pada umumnya. Saya agak ragu kalau orang mengatakan bahwa dia mencintai kemanusiaan. Apa itu kemanusiaan? Orang yang demikian biasanya tidak mencintai siapapun. Cinta itu harus tertuju kepada orang tertentu dan bukannya pada suatu nilai yang sangat abstrack.

Kelima, Cinta Kristiani. Jenis cinta ini terangkum dapat perintah Yesus: ”Hendaknya kamu saling mencintai sebagaimana Aku telah mencintaimu”

Cinta macam apakah itu? Saya ingin mengajak kita untuk melihat bagaimana Yesus telah mencintai para murid-Nya, sehingga dengan ini kita bisa memahai cinta seperti apakah yang Yesus maksudkan.

Pertama, cinta Yesus kepada para murid-Nya adalah cinta yang tidak mementingkan diri sendiri / tanpa pamrih. Yesus tidak pernah memikirkan diri-Nya sendiri. Satu-satunya kerinduan Yesus adalah memberikan cinta-Nya sehabis-habisnya. Yesus berkata: ”aku datang supaya mereka memiliki hidup dan memilikinya di dalam kelimpahan” (Yoh 10:10).

Kedua, cinta Yesus kepada para murid-Nya adalah suatu pengorbanan. Tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi cinta Yesus kepada kita. Meskipun demi cinta, Ia harus mati..meskipun cinta itu harus berarti salib, tapi Yesus mau memberikannya. Seringkali kita membuat kekeliruan dengan memikirkan bahwa jika kita mencintai maka kita akan bahagia. Tidak…. Cinta itu bisa mendatangkan penderitaan bahkan sebuah salib.

Ketiga, cinta Yesus kepada para murid-Nya adalah cinta yang penuh pengertian. Yesus mengenal para murid-Nya satu per satu… dengan segala kelebihan dan kekurangan. Biasanya kita tidak akan mengetahui seseorang dengan sungguh kalau kita tidak pernah hidup bersama mereka. Dari pengalaman hidup kita mengalami bahwa jika kita hanya bertemu dengan orang-orang tertentu sewaktu-waktu maka hanya segi baik dari dirinya yang kita ketahui. Tetapi kalau kita sudah hidup bersama dengan dia… dalam satu comunitas, dalam satu keluarga… maka kita pun akan mengetahui kelemahan-kelemahan orang itu. Nah… Yesus hidup bersama para murid-Nya selama 3 tahun… dia tahu….tapi dia mencintai mereka apa adanya. (instermeso suami istri)... kepada orng yang penuh kekurangan itulah Yesus memitna kita untuk mencintai mereka dengan segala kelebihan dan kekurangan.

Keempat, Cinta Yesus kepada para murid-Nya adalah cinta yang mengampuni. Yesus tahu bahwa Petrus akan menyangkal Dia. Para murid akan lari meninggalkan Dia seorang diri… tetapi Dia mengampuni dan mencintai mereka. Lebih lagi… Yesus mengampuni mereka yang membunuh Dia…. Bagi Yesus… tidak ada kesalahan yang tidak bisa diampuni.

Cinta yang demikian pun harus kita jalan dalam kehidupan kelurga dan comunitas. Rumah Tangga adalah sebuah sekolah cinta dimana kita relajar untuk mencintai dan mengampuni. Kalau kita mencintai tapi tidak bersedia mengampuni maka cinta itu akan laya dan mati. Cinta yang abadi harus dibangun atas sikap rela memaafkan.
Semoga.

Doa:

Tuhan….Engkau memberi saya satu hati,
untuk menaru perhatian...
untuk merasa iba,
untuk merasa senang,
untuk merasa gembira,
untuk merasa cocok dan untuk merasa tersinggung.

Saya sering cepat tersinggung, cepat terluka, cepat kecewa dan karena itu juga cepat marah. Tetapi hidupku terjalin di dalam karakter hatiku yang demikian.

Karena itu saya mohon: Tuhan, sadarkan saya senantiasa bahwa:
Hidup tanpa cinta itu tak bermakna
Tugas tanpa cinta itu menyakitkan
Tanggungjawab tanpa cinta itu kasar
Keadilan tanpa cinta itu keras
Kebenaran tanpa cinta itu sinis
Kehormatan tanpa cinta itu sombong
disiplin tanpa cinta itu picik
Iman tanpa cinta itu fanatik
Keramahan tanpa cinta itu pura-pura
Milik tanpa cinta itu rakus
Kepintaran tanpa cinta itu licik.

Tuhan.... ajarilah kami mencintai sebagaimana Engkau telah mencintai kami..

Dibawakan dalam misa lingkungan St. Don Bosco - Tigaraksa

Soal SMS / Surat Berantai dan Roti Padre Pio

Aktualita

Akhir-akhir ini beredar di tengah umat SMS/surat berantai tentang roti Padre Pio. Sebelumnya - malah masih berlangsung sampai sekarang - sering pula kita baca SMS/Surat/Email tentang berbagi macam hal. Ujung-ujungnya minta diteruskan, yang diikuti dengan 'janji' dan atau 'ancaman'. Bagaimana umat harus bersikap?

Dalam pertemuan para iman pada Senin, 11 Mei yang lalu saya sempat berbincang dengan Rm M. Sriyanto, Sj, pastor Paroki St. Maria - Tangerang yang sekaligus adalah Romo Deken, dekenant Tangerang. Persoalan yang kami bicarakan adalah mengenai SMS berantai dan roti Padre Pio yang akhir-akhir ini meresahkan banyak umat. Saya berceritra tentang pernah membaca tulisannya yang dimuat dalam Buletin Paroki Regina Caeli (Warta RC). Beliau malah menyarankan agar saya menulis dengan nada yang lebih keras.

Teror Psikologi

Dari pembicaraan itu kami melihat bahwa gejala ini merupakan teror psikologi. Teror ini telah meresahkan banyak umat. Saya sebutkan beberapa bentuk teror tersebut:

1. SMS berantai tentang Maria yang berair mata darah. berita dari daerah Lembata - Flores Timur ini diminta untuk diteruskan kepada orang lain.

2. Banyak surat berantai yang katanya dari Vatican, yang berisi tentang keberuntungan karena telah mengedarkan selebran tersebut. Si penerima diminta menyebarluaskan untuk memperoleh keberuntungan. Barangsiapa yang tidak mengirimkan kepada orang lain akan mendapat celaka atau mati.

3. Adanya selebran-selebran yang ditemukan di tempat-tempat ziarah atau di gereja, atau doa-doa yang tidak jelas sumbernya yang berisi janji-janji kesuksesan sesaat.

4. Ada juga bentuk devosi kepada orang-orang kudus, yang tidak jelas riwayat orang kudus tersebut dan dari mana sumbernya.

5. Berita tentang penampakan bunda Maria atau Yesus, di suatu tempat tertentu yang membuat heboh sesaat.

6. Yang paling menghebohkan saat ini adalah roti Padre Pio. umat bingung karena menerima roti yang harus diolah dengan cara tertentu dan roti itu dianggap sakti dan membawa banyak mukjizat.

Semua bentuk teror di atas telah membuat umat resah dan sangat membingungkan. Umat hendaknya berwaspada terhadap teror semacam ini. Sebagai gembala, yang menjaga otensitas ajaran iman, kami merasa perlu untuk untuk mengatakan bahwa semua hal yang telah disebutkan di atas bukan berasal dari Roh yang baik tetapi dari roh kegelapan lewat orang-orang tertentu.

Sikap Gereja.

1. Gereja secara resmi tidak pernah mengeluarkan pernyataan-pernyataan tentang hal-hal di atas.

2. Seluruh berita/pernyataan/ajaran yang berasal dari kepausan di Roma selalu dimuat dalam lembaran resmi kepausan, ditandatangani dan dibubuhi cap kepausan.

3. Semua penerbitan selebran umum, buku, dll yang diakui Gereja hanyalah bila ada Nihil Obstat dan Imprimatur dari pejabat gereja. Nihil Obstat adalah uatu persetujuan resmi dari ahli geejani bahwa karya tau tulisan tersbut telah diteliti dan isinya tidak bertentangan dengan ajaran iman dan moral Gereja Katolik Roma. Sedangkan Imprimatur adalah pernyataan resmi dari hirarki Gereja Katolik Roma (uskup atau yang mewakilinya) bahwa karya atau tulisan tersebut tidak mengandung kesalahan dalam hal ajaran Gereja, dan moral, dan karena itu dapat disebarluaskan dan dibaca oleh umat beriman.


Sikap kita


1. Terhadap SMS/selebran berantai, roti di atas bahwkan tentang devosi dan ajaran-ajaran harus mengikuti ajaran resmi Gereja. Terhadap hal-hal di atas, gereja tidak pernah menganjurkan apalagi mengajarkan. Maka kita harus tolak tanpa harus merasa bersalah.

2. SMS /surat berantai, roti di atas merupakan pembodohan iman umat. Kita harus waspada!!! Sumber iman kita adalah Kitab Suci, Tradisi resmi gereja dan Ajaran Gereja. Sumber-sumber itu dapat digunakan sebagai patokan untuk menguji setiap masalah di atas.

3. Tentang roti Padre Pio, kami dengan tegas mengatakan bahwa roti yang menyelamatkan hanyalah ROTI EKARISTI. Tidak ada roti yang lain.

4. Mengenai devosi, baiklah kita mengikuti devosi yang resmi diakui oleh Gereja: Devosi kepada Bunda Maria, Hati Kudus Yesus, Ekaristi Suci, dan Kerahiman Ilahi. Bentuk doa-doa kepada orang kudus, harus ditandai dengan Nihil Obstat dan Imprimatur.

Patut disinggung juga bahwa segala macam devosi harus dijauhkan dari segala praktek magis.Praktek seperti ini terjadi bila orang hanya melihat kekuatan dan daya pengudusan atau penyembuhan berasal dari barang, mantra, rumusan doa, dan hitungan angka (9 kali, 3 kali, dll.). Kit harus sungguh menyadari bahwa bahwa daya atau kekuatan terkabulnya doa hanyalah berasal dari rahmat Allah. Doa dikabulkan berkat iman kepada Allah. Bukan pada jumlah berapa kali atau rumusan doa 'sakti' tertentu.

Memang iman itu melampaui akal budi manusia tetapi iman juga harus bisa dipertanggungjawabkan secara akal budi. St. Bonaventura melukiskannya dengan sangat baik "Fides Quarens Intellectum est", yang artinya: Iman mencari pembenarannya dalam akal budi manusia. Bukankah Yesus sendiri pernah berkata: "Kasihilah Tuhan Allahmu, .... dengan segenap akal budimu?" (Mat 22:37)

Maka....dalam nama Yesus, tidak perlu ragu untuk menghapus atau mengabaikan semua SMS/Surat/selebran dan roti seperti di atas, yang berisi 'perintah', 'janji' ataupun 'ancaman' yang menyesatkan tersebut. Ingat... setiap kali kita meneruskannya, kita juga telah menyebarkan 'berita sesat'. Berpeganglah pada Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja.

Pastor Tonny Blikon, SS.CC
Pastor Rekan Paroki St. Odilia - Citra Raya - Tangerang

Kamis, Pekan IV Paskah - 2009


"Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya."

Bacaan : Yoh 13:16-20
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku.

Renungan :
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana anda memperlakukan orang yang menyebabakan anda sakit hati atau sedih? Terutama mereka yang dekat dengan anda? Dalam perjamuan malam terakhir, Yesus menyampaikan sabda Injil hari ini. Yesus bicara soal kesetiaan dan ketidaksetiaan dalam suatu persahabatan. Yesus sudah tahu sebelumnya bahwa salah satu dari para murid-Nya akan mengkhianati Dia. Pengetahuan akan hal ini, bisa saja membuat Yesus mulai menjaga jarak terhadap murid itu, atau melakukan sesuatu supaya Ia jangan terjebak. Yesus bisa saja melakukan hal itu tetapi itu tidak Ia lakukan. Malahan Yesus menunjukkan cinta dan kesetiaan-Nya kepada para murid-Nya, bahkan ketika Ia sudah tahu bahwa salah satu dari mereka akan mencari kesempatan untuk mengkhianati sang Guru.

Yesus menggunakan ekspresi dari Mzm 41:10 yang menggambar suatu pengkhianatan yang dilakukan oleh seorang sahabat dekat. Ayat itu berbunyi: “Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku”. Pada zaman Yesus ”tindakan makan bersama dengan seseorang merupakan tanda persahabatan dan kepercayaan. Yesus menunjukkan tanda itu juga kepada Yudas, justru ketika Yudas sedang punya konspirasi untuk mengkhianati Gurunya. Ungkapan ”mengangkat tumitnya terhadap Aku” merupakan gambaran sikap yang brutal dan keji dari suatu penolakan.

Yesus mencintai para murid sampai akhir hidup-Nya. Dia menunjukkan kesetiaan-Nya bahkan sampai mati di kayu salib. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya Yesus membuka suatu relasi yang baru antara manusia dengan Allah. Yesus berkata: "barangsiapa menerima Aku, ia menerima Bapa yang telah mengutus Aku”. Hal ini diperluas lagi bagi orang-orang yang diutus oleh Yesus: ”barangsiapa menerima orang yang Ku-utus, ia menerima Aku.”

Kita mendapat tugas untuk bersaksi atas nama Yesus. Kita adalah murid dan utusan Yesus yang dipercayakan untuk berbicara dan bertindak atas nama Yesus (2 Kor . 5:20). “Kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.”. Ayat ini bisa kita terapkan bagi diri kita masing-masing.
Persoalannya adalah apakah anda siap untuk bersaksi atas nama Yesus? Apakah anda siap untuk dikhianati? Apakah anda siap mengalami penderitaan karena ditolak, ditentang?

Doa
Allah Bapa yang Mahakuasa. Engkaulah Allah yang kekal yang menerangi hati dan budi dari setiap orang yang menerima Engkau. Engkaulah sumber kegembiraan dari setiap hati yang mencintai Engkau. Engkaulah sumber kekuatan dari setiap kehendak yang mau melayani Engkau. Curahkanlah kami rahmat-Mu untuk mengenal dan mencintai Engkau dengan sungguh supaya kami dapat melayani Engkau dengan kebebasan yang sejati dalam nama Yesus Kristus Tuhan kami. (Doa dari St. Agustinus)

Rabu, Pekan IV Paskah 2009


Dalam keremangan hidup ini, membersitlah cahaya Kristus yang menerangi jalanku

Bacaan
Yoh 12:44-50
Tetapi Yesus berseru kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku.

Renungan

Salah satu tanda bahwa orang percaya dan menerima Yesus adalah bahwa orang itu hidup dalam 'terang'. Yesus berkata: "Kamu adalah terang dunia..." (Mat 5:14). Terang yang kita pancarkan itu bukanlah dari diri kita sendiri. Terang itu berasal dari Yesus. Ibarat bulan yang menerima sumber cahayanya dari matahari dan memancarkannya, kita menerima cahaya hidup kita dari Yesus. Yesus adalah Matahari sejati yang tak akan terbenam.

Yesus mengatakan: "Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia." (Yoh 9:5). Bisa dibayangkan, bagaimanakah dunia ini jika tidak ada terang atau cahaya? Dunia ini pasti menjadi tempat yang menakutkan. Banyak orang takut berada di dalam kegelapan. Situasi gelap gulita seringkali dilihat sebagai situasi di mana godaan muncul atau situasi dimana setan ‘berkarya’. Kita dipanggil untuk membawa cahaya Kristus itu ke dalam dunia yang diliputi oleh kegelapan dosa.

Hidup kita hendaknya merupakan cahaya bagi orang lain. Mungkin ada yang takut untuk bersinar. Ia takut karena mungkin sinarnya tidak terlalu bercahaya. Takut kalau dibilang sok suci dll.

Teman-teman....saya mau mengajak kita untuk melihat suatu kenyataan ini. Jika seseorang di antara kita masuk suatu gedung gereja yang sama sekali baru bagi dia, maka saya yakin, setelah anda membuat tanda salib di depan pintu gereja, anda pasti lalu akan mencari sebuah lampu. Lampu itu adalah lampu tabernakel. Anda pasti akan berlutut ke arah lampu itu karena anda yakin bahwa di balik lampu itu atau di samping lampu itu ada tabernakel, tempat Yesus bersemayam.

Kalau kita perhatikan, sebuah lampu tabernakel biasanya bukanlah lampu yang terang benderang atau yang menyilaukan mata. Tetapi sebuah lampu yang redup..... bahkan terkesan nyaris padam. Istilahnya: ”hidup segan mati tak mau”. Tapi ia mewartakan bahwa dibalik dirinya ada Yesus....sang Terang yang telah datang ke dalam dunia untuk memberikan terang kepada dunia.

kita mungkin merasa tidak berarti..... kita mungkin merasa bahwa ’cahaya’ kita tidak terlalu terang. Tetapi inilah suatu tantangan bagi kita. Setiap kita punya ’terang’ yang telah kita terima dari Yesus.

Doa:
Tuhan Yesus, kini saya datang kepada-Mu dengan apa adanya saya. Engkau telah meanggilku dengan namaku sendiri. Saya bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah mempercayakan saya suatu tugas yang penting untuk membangun Kerajaan-Mu di dunia ini. Yesus... bantulah saya untuk mendengarkan suara-Mu sehingga saya dapat mengenal dan mengikuti kehendak-Mu. Buatlah hidupku semakin bercahaya bagi banyak orang. Amin.

TV-lah Gembalaku Versus Tuhanlah Gembalaku



TV adalah gembalaku, aku tak akan berkekurangan Ia membaringkan aku di sofa yang empuk dan membimbing aku untuk jauh dari Tuhan, Ia menghancurkan jiwa-ku. Ia menuntun aku di jalan seks dan kekerasan atas nama iklan dan sensasi. Sekalipun berada dalam bayangan tugas dan tanggung jawab iman tidak akan ada yang mengganggu sebab TV selalu bersamaku. Remote control itulah yang menghibur aku. Ia menuntun aku kepada acara kesukaanku. Ia mengurapi kepalaku sekularisme dan consumerisme. Dan ketamakanku semakin bertambah Rasa tidak peduli dan kemalasan akan mengiringi aku sepajang hidupku. Aku akan tinggal di kamarku dengan TV bersamaku.

Televisi merupakan suatu kemajuan teknologi yang mesti kita banggakan. Melalui Televisi, kita dapat menyaksikan di depan mata kita, apa yang sedang berlangsung di belahan dunia lain. Juga melalui Televisi kita dapat menikamati acara hiburan. Tetapi kemajuan teknologi ini bukan tanpa resiko. Banyak dampak negatif dari Televisi, khususnya pada pembentukan akhlak dan kepribadian manusia, terutama bagi anak-anak. Salah satunya adalah membuat orang malas. Masih teringat acara smackdown yang pernah dilarang untuk ditayangkan. Anak.anak yang menontonnya akan berfikiran negatif dan mereka akan mempraktekkan apa yang mereka lihat. Banyak kasus pembunuhan yang dilakukan oleh anak dibawah umur lantaran terpengaruh oleh acara tersebut. Jika tayangan itu tidak dihentikan, mungkin korban untuk tayangan itu terus bertambah.
Banyak acara televisi yang sama sekali tidak menghargai kehidupan bermasyarakat dan beragama. Sedikit sekali acara televisi yang mengajarkan moralitas, tetapi sebaliknya banyak menayangkan program-program yang tidak sesuai dengan budaya dan adat ketimuran. Seperti mengajarkan orang bagaimana berbuat licik, jahat, membunuh, seni berbohong.

Tayangan-tayangan telivisi yang berbau kekerasan, sek bebas, menurut banyak pakar, sangat mempengaruhi jalan pikiran pemirsa, terutama kaum remaja dan anak-anak. Mereka menganggap hal itu sebagai sesuatu yang normal untuk dilakukan. Karenanya, banyak kalangan yang meneriakkan pengaruh negatif televisi, utamanya pada anak remaja. Maka dari itu, jika anak-anak melihat televisi sebaiknya di dampingi orang tua. Dan bagi kalangan remaja harus tahu mana tayangan TV yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat.

inilah akibat dari orang yang membiarkan acara di Televisi menentukan program hidupnya. Jika kita menjalankan hidup dengan semacam ini, dimana acara TV yang menentukan program hidup kita, maka hidup ini terasa tak berarti. Tetapi ada suatu cara lain untuk hidup lain yang membuat hidup ini berarti. Yaitu membiarkan Tuhan yang membimbing hidup kita.



TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.(Mzm 23:1-6)

Pilihan

Hidup sebagaimana yang terungkap dalam mzm 23 ini adalah hidup yang menuntun pada kedamaian dan kebahagiaan. Yesus dalam injil hari ini mengatakan bahwa Ia datang supaya kita memiliki hidup semacam ini. “Aku datang supaya mereka memiliki hidup dan memilikinya di dalam kelimpahan."

Senin Pekan IV Paskah_2009



Bacaan: John 10:1-10

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal." Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.


Renungan:

Gambaran gembala dengan berpuluh-puluh ekor domba tidak kita kenal di Indonesia. Toh kalau ada biasanya hanya beberapa ekor saja. Tetapi saya yakin bahwa tidak sulit untuk memahami apa yang mau diungkapan dengan gambaran Yesus sebagai gembala yang baik.

Sedikit soal latar belakang kehidupan masyarakat Yahudi. Dalam dunia PL dan pada zaman Yesus profesi sebagai seorang gembala adalah suatu hal yang biasa dan umum. Seorang gembala bertugas mengembalakan kawanan ternak yang dipercayakan kepadanya. Ketika pagi hari ia harus mengeluarkan mereka dari kandang dan menuntun mereka ke padang rumput. Pada siang hari ia menuntun mereka ke sumber air. Setelah itu ia kembali membimbing kawanan domba ke padang rumput…. Pada petang hari ia membawa kawanan ternaknya kembali ke kadang. Kandang ini biasanya terletak di pinggir kampung. Ada seorang penjaga yang berjaga di sana pada malam hari.

Terkadang…ia harus menuntun mereka jauh…. Untuk mencari padang rumput yang lebih hijau dan segar….. mungkin karena padang rumput di sekitar desa sudah habis termakan…. Kalau memang demikian maka pada petang hari ia tidak sempat membawa mereka pulang ke rumah. Dalam situasi semacam itu ia biasanya ia mencari sebuah gua atau sebuah kandang yang disusun dari batu….. berbentuk lingkaran yang tingginya Kira-kira 4-5 meter dengan sebuah pintu kecil. Ia dan membawa kawanan dombanya ke dalamnya. Ia lalu berjaga sepanjang malam – untuk memastikan bahwa tidak ada binatang buas yang datang untuk memangsa domba-dombanya.

Saudara dan saudariku..
Kalau kita memahami bacaan Injil hari ini, di dalamnya Yesus berbicara tentang dua macam kandang ini. Pada bagian pertama, Ia berbicara tentang kandang yang berada di pinggir kampung. Pada pagi hari ketika sang gembala tiba di kandang untuk mengeluarkan kawanannya dan menuntun mereka ke padang rumput. Hal ini nampak dalam perkataan Yesus: “untuk dia penjaga membukakan pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya keluar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.”

Pada bagian yang kedua, Yesus berbicara tentang jenis kandang yang kedua..yaitu kandang yang berada jauh dari kampung, terbuat dari batu dan hanya mempunyai sebuah pintu masuk yang sempit. Sang gembala bisanya tidur di depan pintu yang sempit itu. Dengan itu tidak ada domba yang akan keluar dari kandang itu dan juga tidak akan ada binatang buas yang bisa masuk tanpa harus melewati tubuhnya. Dkl, tempat di mana penjaga itu berbaring adalah pintu dari kandang itu. Kalau binatang buas datang ia pasti tahu dan ia pasti akan berusaha untuk menyelamatkan domba-dombanya. Hal ini terungkap dalam kalimat: “akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia kan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput”

Saudara dan saudariku....
Ada dua hal yang bisa kita pelajari tentang seorang gembala dari dua jenis kandang ini. Jenis yang pertama, dikatakan “gembala mengenal domba-dombanya… mengenal mereka dengan nama mereka sendiri, memanggil mereka satu per satu. Dan dombo-dombanya mengikuti dia sebab mereka mengenal suaranya.” Hal ini mengandaikan bahwa ada banyak waktu yang dihabiskan bersama dengan domba-domba itu. Ada kedekatan, keakraban yang terjalin antara gembala dan domba-dombanya. Gembala tahu manakah domba yang berbulu bagus, mana yang kurang bagus…manakah yang rakus makannya dan mana yang tidak. Mana yang sehat dan mana yang sakit. Manakah yang harus digunting bulunya dll. Singkatnya ia mengetahui segala detail tentang domba-dombanya satu per satu. Hal ini mengungkapkan kesatuan… keakbraban, kedekatan antara seorang gembala dan domba-dombanya.

Intermeso: saya waktu kecil punya seekor kuda – warnanya putih sehingga saya kasih nama putih. Lantas karena saya juga punya nama marga – jadi kuda pun saya kasih nama marga sesuai dengan nama marga saya. Praktis sepanjang hari saya bersama dengan kuda itu. Biasanya kalau saya teriak namanya putih blikon…dia langsung meringkik karena ia mengenal suara saya. Tetapi kalau orang lain yang memanggil biasanya dia diam-diam saja. Ada keakraban, kesatuan yang terjalin antara saya dan kuda saya.

Itu gambaran pertama seorang gembala yang bisa kita pelajari dari jenis kandang yang pertama.

Gambaran gembala yang kedua sesuai dengan jenis kandang yang kedua adalah seorang gembala yang punya dedikasi dan pengabdian yang tinggi terhadap domba-dombanya. Ia tidur di depan pintu kandang… Kalau ada binatang buas yang mau memangsa kawanan domba, itu berarti bahwa binantang itu harus melewati tubuh sang gembala. Dengan ini kita bisa lihat bahwa seorang gembala adalah seorang yang mau mengorbankan hidupnya untuk kawanan dombanya.

Saudara dan saudariku
Dari dua gambaran ini, kiranya kita bisa memahami apa yang ada di dalam hati dan pikiran Yesus ketika Ia mengatakan “Akulah gembala yang baik”

Dengan ini Yesus sebetulnya mau mengatakan bahwa: relasi, kedekatan dan dedikasinya terhadap kita adalah seperti seorang gembala terhadap kawanan dombanya. Seperti seorang gembala – Yesus pun selalu bersama dengan kita. Yesus katakan: “Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 20:28)

Seperti seorang gembala yang mengenal dombanya satu per satu, Yesus pun mengenal kita secara mendalam satu per satu. Ia tahu siapa di antara kita saat ini yang sedang patah semangat, yang lemah imannya, siapa di antara kita yang sering tidak taat mengikuti suaranya…. Ia tahu itu…….

Yesus berkata: “aku mengenal kerapuhanmu..aku mengenal pergumulanmu… aku mengenal kekurangamu, dosa-dosamu. Sekalipun demikian, Aku tetap berkata: cintailah aku sebagai adanya engkau – dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Jika engkau menungguh sampai engkau merasa sempurna baru lalu mencintai dan mendengarkan suara-Ku maka engkau tidak akan pernah mencintai Aku. Cintailah Aku sebagaimana adanya engkau”

Saudara dan saudariku
Apa yang dikatakan oleh Allah kepada bangsa Israel dalam Yes 43:1,4-5, itu juga dikatakan Yesus kepada kita satu per satu:

"Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,… Janganlah takut, sebab Aku ini menyertai engkau.”

Doa:
Tuhan Yesus, Engkaulah gembalaku. Engkau selalu membimbing aku ke tempat yang aman dan tentram. Semoga aku ragu akan bimbingan dan penyertaan-Mu dalam perjalanan hidupku. Dan semoga aku tidak menjauhkan diri dari cinta-Mu. Jagalah aku dengan aman di dalam perlindungan kasih-Mu.

Pastor Tonny Blikon, SS.CC
Renungan ini pernah disampaikan pada Minggu Paskah IV Tahun A di Paroki St. Odilia - Citra Raya - Tangerang

Doa Mohon Panggilan



Allah Bapa, Pencipta, kami senantiasa bersyukur atas Gereja-Mu di Keuskupan Agung Jakarta yang semakin hari semakin bertumbuh subur. Kami juga bersyukur atas para suster, Bruder, Imam yang berkarya di Keuskupan kami. Namun saat ini kamu merasa prihatin, karena di antara kami masih sedikit yang menanggapi panggilan-Mu untuk turut bekerja di ladang-Mu. Kami mohon kepada-Mu, ya Bapa: gerakanlah hati setiap orang tua, remaja dan anak-anak untuk senantiasa terbuka dan mengusahakan panggilan menjadi imam, bruder dan suster. Semoga setiap orang tua dapat menjadi saksi cinta kasih dan anak-anaknya sebagaimana orang tua Yesus; Yusuf dan Maria mendidik Yesus sendiri; semoga dengan demikian anak muda dan anak-anak memilih kedekatan dengan-Mu baik di dalam doa ataupun dalam kehidupannya. Sehingga bila suatu saat Engkau memanggil mereka untuk menjadi imam, burder dan suster mereka senantiasa siap sedia. Ya Bapa semoga selalu ada orang-orang yang Kau utus untuk menuai panenan subur dan menyebarkan kabar gembira di tengah ibukota dengan segala kemajemukannya. Demi Kristus Tuhan, Saudara dan Pengantara kami yang hidup dan berkuasa sepanjang segala masa. Amin.

Imprimatur Rm Yohanes Subagyo, Pr
Vikaris Jendral KAJ

Minggu Panggilan - Hari gini, mau jadi pastor? Cape deh.......



Hari ini adalah hari Minggu Paskah IV, yang oleh gereja dirayakan sebagai hari Minggu Panggilan sedunia. Pada hari ini, kita semua diajak untuk berdoa mohon panggilan hidup terutama panggilan untuk mengabdikan diri bagi gereja dalam panggilan hidup sebagai Imam, biarawan dan biarawarti. Karena itu, pada hari minggu ini, sayang ingin berbicara tentang panggilan.

Saudara dan Saudariku yang terkasih.
Menarik kalau kita baca dalam Kitab Suci kisah tentang panggilan para nabi bahwa tidak semua yang orang yang dipanggil Tuhan itu selalu segera menjawab ‘YA’ atau ‘BERSEDIA’ atas panggilan Allah. Mereka selalu saja mencari-cari alasan untuk menolak panggilan Allah.

MUSA
Ketika Allah memanggil Musa, dia menolak panggilan itu beberapa kali. Keluaran 3:9-10: “Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka. Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.”

Apa jawaban Musa??
"Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?“ Kel 3:11

Setelah itu ada percakapan yang panjang antara Allah dan Musa. Berulangkali Allah harus meyakinkan Musa bahwa Allah akan selalu bersamanya. Tetapi berulangkali juga Musa selalu punya alasan untuk menolak panggilan Allah itu. Alasan berikut yang diberikan Musa: “Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?“ Kel 4: 1

Sekali lagi Allah meyakinkan dia tetapi Musa tetap tidak mau menerima panggilan Allah itu. Dia tidak lagi menemukan alasan lagi selain hanya bisa mengatakan: “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.“ Kel 4:10.

Mengapa Musa selalu menolak panggilan Allah itu? Karena dia tahu bahwa untuk membimbing bangsa Israel keluar dari Mesir itu adalah tugas yang amat sangat berat tetapi akhirnya dia menyerahkan dirinya dan cara berpikirnya kepada Allah yang mengetahui apa yang lebih baik.

YEREMIAH
Allah berfirman kepadanya: "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.“ Yer 1:5.

Apa jawaban Yeremiah? Pertama-tama dia tidak menanggapi panggilan itu. Dia katakan: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.“ Yer 1:6. Tetapi setelah pergulatannya itu, dia akhirnya menjawabi panggilan Allah itu.

Ada juga tokoh besar lainnya dalam Perjanjian Lama yan tidak ragu-ragu seperti Musa dan Yeremiah. Tetapi segera menjawab panggilan Allah itu dengan iman, misalnya Abraham.

Allah memanggil dia dengan bersabda: “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.“ Kej 12:1-3

Abraham langsung berbuat seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya: “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya… Kej 12:4.

YESAYA
Yesaya melihat kemuliaan Tuhan dan dia mendengar suara yang mengatakan "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?"

Yesaya langsung menjawab: “Ini aku, utuslah aku!“

Keempat tokoh tadi (Musa, Yeremiah, Abraham dan Yesaya menjawab ‘YA’ terhadap panggilan Allah. Musa dan Yeremiah setelah bergulat dengan panggilan itu sendiri sedangkan Abraham dan Yesaya langsung menjawab panggilan Allah itu dengan iman.

Dikisahkan juga bahwa tidak semua orang yang dipanggil Tuhan, selalu menjawab YA.

Dalam Markus 10:17-20 dikisahkan ada seorang kaya yang menolak panggilan Tuhan. Dia telah mentaati seluruh perintah Allah sejak masa mudanya dan dia pikir itu sudah cukup. Yesus memandang pemuda itu dan menaruh kasih kepadanya. Yesus memintanya untuk melakukan hal lain yang lebih: “pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Markus 10:21)

Mendengar perkataan itu, ia menjadi kecewa dan pergi dengan sedih hati, sebab hartanya banyak. (Bdk. Markus 10: 22)

Pemuda tadi sebetulnya punya panggilan. Panggilan untuk mencapai hidup kekal. Dan Allah menghendaki dia mencapai hidup kekal itu dengan cara mengikuti Yesus secara lebih dekat di dunia ini. Tetapi dia menolak karena dia tidak mau menerima tawaran kepada kemungkinan cara hidup yang ditawarkan kepadanya. Dengan menolak tawaran atas panggilan ini sebetulnya dia kehilangan kesempatan untuk mencapai kebahagiaan.

Dia pergi dengan sedih.Dia tidak bisa pergi dengan perasaan bahagia karena dia baru saja menolak panggilan Yesus

Menanggapi panggilan Allah itu adalah sesuatu yang menggembirakan tetapi juga suatu yang menakutkan. Menggembirakan karena Anda dipercayai oleh Tuhan. Menakutkan karena merupakan suatu tantangan. Tugasnya juga tidak ringan.

T I P
Menanggapi panggilan Allah memerlukan iman dan keberanian. Tuhan punya rencana yang sungguh mengagumkan kepada setiap kita. Kita hanya minta sedikit rahmat agar bisa menanggapi panggilan Tuhan itu, karena tanpa rahmat Tuhan, kita pun tidak bisa menjawab panggilan tersebut.

Panggilan Samuel
Menarik kalau kita melihat secara lebih detail tentang panggilan Samuel. Samuel kecil mendengar suara panggilan Allah. Ia mendengar suara itu sampai tiga kali.

Pertama kali ketika mendengar suara itu, dia menyangka bahwa Eli memanggil dia. Dia bangun mendapatkan Eli dan bertanya: “Apakah Bapa memanggil aku?” Hal itu terulang sampai tiga kali. Akhirnya Eli menyadari akan apa yang sedang terjadi. Eli mengatakan: “kembalilah dan jika engkau mendengar suara itu lagi, jawablah dengan mengatakan: ‘Berbicaralah Tuhan sebab hamba-Mu ini mendengarkan’

“Berbicaralah Tuhan, Sebab hamba-Mu ini mendengarkan”. – Jawaban ini menunjukkan keterbukaan hati terhadap suara panggilan Allah.

Kisah panggilan Samuel ini membawa 2 pertanyaan besar bagi kita semua untuk direnungkan. Pertama, Apakah Anda percaya bahwa Allah bisa berbicara kepadamu secara pribadi? Kedua, Apakah Anda siap mendengarkan suara panggilan Allah – apakah anda sia mendengarkan apa yang Allah katakan kepadamu? Apakah anda percaya bahwa Allah bisa berbicara kepadamu secara pribadi?

Banyak orang mengatakan: ‘Ah…tidak mungkin. Itu hanya ceritera Kitab Suci’ Saya tidak pernah mendengar suara panggilan Allah. Orang cendrung menempatkan iman pada apa yang bisa ditangkap dengan panca indra dan dimengerti dengan akal budi – sehingga apa yang tidak bisa ditanggkap dengan panca indra dan tak dapat dimengerti dengan akal budi seringkali diabaikan. Padahal Allah itu melampaui daya indra dan akal budi kita.

Ingat cara Allah menyapa kita: dorongan kuat yang ada dalam hati,……dll.

Untuk membedakan suara panggilan Allah atau tidak, kita butuh ‘discerment’ / pembedaan roh.

Jadi persoalan pertama: Apakah anda percaya bahwa Allah bisa berbicara kepadamu secara pribadi? Jawabannya: BISA. Berkaitan dengan persoalan kedua tadi: Apakah Anda bersedia dipanggil?

Dalam kisah Samuel tadi, seandainya Samuel merubah rumusah kata-kata yang dianjurkan kepadanya maka dia akan membentengi diri dan membatasi Allah untuk berkarya melalui dirinya. Dengan demikian Samuel pun tidak akan mampu berbuat banyak bagi umat Israel.

Samuel tidak berkata: “Silakan bicara Tuhan, nanti akan saya pertimbangkan”

Juga tidak ia katakan: “Silakan bicara saja Tuhan, tetapi saya masih ada urusan sendiri”.

Jawaban yang diberikan Samuel itu tidak bersyarat. Dia hanya mengatakan: “Berbicaralah Tuhan sebab hamba-Mu ini mendengarkan” Karena jawaban yang tidak bersyarat inilah maka Samuel mampu mendengar suara Allah dengan jelas.

Jangan takut untuk memohon agar Allah berbicara kepadamu ketika ada peristiwa hidup yang mungkin ‘menggetarkan’ jiwamu.


Oleh P. Tonny Blikon, SS.CC
Renungan ini pernah saya bawakan dalam retret panggilan di Batam, tahun 2005.

Sabtu, Pekan III_Paskah_2009


Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?
Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal


Bacaan

Yoh 6:60-69
Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya." Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.

Renungan:
Membaca dan mencermati bacaan Injil hari ini, kita bisa bertanya, mengapa ada orang merasa sulit untuk menerima pernyataan Yesus. Mereka telah mengikuti Yesus karena kagun akan karya yang dilakukannya. Semua karya itu tentunya memperlihatkan kerahiman dan kemurahan hati Allah. Karya-karya Yesus yang membuat orang tertarik itu antara lain, menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, memberi makan 5000 orang dan masih banyak lagi. Sekalipun demikian banyak dari mereka tidak memahami Yesus ketika Ia mengungkapkan suatu pernyataan yang hanya bisa disampaikan oleh Allah sendiri. Yesus berkata "makan daging-Nya dan minum darah-Nya" (Yoh 6:51-59). Pernyataan ini membuat banyak orang itu menolak Dia. Yesus menyatakan diri-Nya ssebagai Roti dari surga yang memberikan kekuatan bagi kita dalam perjalanan menuju tanah terjanji yaitu surga. Yesus berkata dengan terus terang mengenai hal ini. Dengan pernyataan ini, Yesus dengan tegas membuat para pengikut-Nya harus memilih. Pilihannya adalah menerima perkataan itu sebagai sabda Allah atau menolak. Bahkan di antara para murid mengakui bahwa “perkataan itu keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya”. Ungkapan para murid ini berarti bahwa perkataan Yesus itu bukan saja sulit untuk dimengerti, tetapi juga sulit untuk diterima. Yesus lalu berkata kepada para murid-Nya “adakah perkatan itu menggoncangkan imanmu?” Di sini Yesus mau menguji iman dan loyalitas para murid-Nya. Yesus menjanjikan berkat yang melimpah dan kehidupan bersama Allah lepada para murid-Nya. Yesus meyakinkan para murid bahwa Bapa-lah yang telah mengundang orang-orang untuk percaya kepada Yesus meskipun ada percatan yang sulit: “tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengarunikannya kepadanya. Iman itu adalah statu anugerah Allah dan bukannya sebuah usaha manusia.

Iman yang sejati bukanlah iman yang buta dan bersikap masa bodoh melainkan iman yang mencari pengertian. Dalam istilah St. Anselmus “Fides Quarrens Intelectum est.”. Itulah sebabnya Allah mengaruniakan kepada kita Roh Kudus untuk menerangi mata hati kita, agar dapat mengerti tentang kebenaran dan hikmat Allah (Bdk Ef 1:17-18). Yesus memberikan sabda kehidupan-Nya dan Roh Kudus kepada setiap orang yang percaya dan taat kepada percatan-nya. Pengakuan iman dan loyalitas Petrus yang terungkap dalam kalimat: “Tuhan kepada siapakah kami akan pergi…….” Didasarkan atas relasi pribadi yang intim dengan Yesus. Pengakuan iman Petrus tidak didasarkan atas pengetahuannya tentang Yesus. Dia percaya kepada Yesus karena ia tahu bahwa ketika Yesus berbicara, di situlah Allah berbicara – ketika Yesus bertindak, di situlah Allah bertindak. Melalui anugerah iman ini, Petrus mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, yang kudus dari Allah (Mrk 8:29). Petrus menerima perkataan Yesus karena Ia menerima Yesus sebagai Putra Allah, penyelamat dunia.

Iman merupakan tanggapan pribadi atas pewahyuan diri Allah kepada kita. Iman adalah kunci untuk memahami dan mengalami karya dan tindakan Allah dalam hidup kita. Statu pertanyaan yang hendaknya kita renungkan berkaitan dengan bacaan Injil ini adalah; Apakah anda percaya, sebagaimana Petrus bahwa Yesus dapat mengubah hidupmu karena Ia memiliki perkataan hidup yang kekal? Berdoalah mohon “Tuhan tambahkanlah imanku” sehingga semakin hari kita semakin bertumbuh dalam relasi dengan Allah dan dalam memahami betapa Allah mencintaimu.

Doa:
Tuhan Yesus, pada-Mu adalah sabda kehidupan yang kekal. Bantulah aku untuk mengatasi segala rasa bimbang dan takut untuk hidup menurut perkataan-Mu. Semoga aku menerima perkataan-Mu dengan penuh iman dan kegembiraan. Hari ini saya menyerahkan hidup saya kepada-Mu. Jadilah Tuan atas hati, budi, pikiran, kehendak dan tindakan-tindakanku selama hari ini. Semoga tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi aku untuk dekat pada-Mu. Amin.

Surat dari masa depan - Air dan Bumi untuk masa depan

Kepada Yth
Manusia
Di Tahun 2009

Aku hidup di tahun 2050. Aku berumur 50 tahun, tetapi kelihatan seperti sudah 85 tahun.

Aku mengalami banyak masalah kesehatan, terutama masalah ginjal karena aku minum sangat sedikit air putih.

Aku fikir aku tidak akan hidup lama lagi. Sekarang, aku adalah orang yang paling tua di lingkunganku, Aku teringat disaat aku berumur 5 tahun semua sangat berbeda, masih banyak pohon di hutan dan tanaman hijau di sekitar, setiap rumah punya halaman dan taman yang indah, dan aku sangat suka bermain air dan mandi sepuasnya.

Sekarang, kami harus membersihkan diri hanya dengan handuk sekali pakai yang di basahi dengan minyak mineral.

Sebelumnya, rambut yang indah adalah kebanggaan semua perempuan. Sekarang, kami harus mencukur habis rambut untuk membersihkan kepala tanpa menggunakan air.

Sebelumnya, ayahku mencuci mobilnya dengan menyemprotkan air langsung dari keran ledeng. Sekarang, anak-anak tidak percaya bahwa dulunya air bisa digunakan untuk apa saja.

Aku masih ingat seringkali ada pesan yang mengatakan: "JANGAN MEMBUANG BUANG AIR"

Tapi tak seorangpun memperhatikan pesan tersebut. Orang beranggapan bahwa air tidak akan pernah habis karena persediaannya yang tidak terbatas. Sekarang, sungai, danau, bendungan dan air bawah tanah semuanya telah tercemar atau sama sekali kering.

Pemandangan sekitar yang terlihat hanyalah gurun-gurun pasir yang tandus. Infeksi saluran pencernaan, kulit dan penyakit saluran kencing sekarang menjadi penyebab kematian nomor satu. Industri mengalami kelumpuhan, tingkat pengangguran mencapai angka yang sangat dramatik. Pekerja hanya dibayar dengan segelas air minum per harinya.

Banyak orang menjarah air di tempat-tempat yang sepi. 80% makanan adalah makanan sintetis. Sebelumnya, rekomendasi umum untuk menjaga kesehatan adalah minum sedikitnya 8 gelas air putih setiap hari. Sekarang, aku hanya bisa minum setengah gelas air setiap hari.

Sejak air menjadi barang langka, kami tidak mencuci baju, pakaian bekas pakai langsung dibuang, yang kemudian menambah banyaknya jumlah sampah.

Kami menggunakan septic tank untuk buang air, seperti pada masa lampau, karena tidak ada air.

Manusia di jaman kami kelihatan menyedihkan: tubuh sangat lemah; kulit pecah-pecah akibat dehidrasi; ada banyak koreng dan luka akibat banyak terpapar sinar matahari karena lapisan ozon dan atmosfir bumi semakin habis. Karena keringnya kulit, perempuan berusia 20 tahun kelihatan seperti telah berumur 40 tahun.

Para ilmuwan telah melakukan berbagai investigasi dan penelitian, tetapi tidak menemukan jalan keluar. Manusia tidak bisa membuat air. Sedikitnya jumlah pepohonan dan tumbuhan hijau membuat ketersediaan oksigen sangat berkurang, yang membuat turunnya kemampuan intelegensi generasi mendatang.

Morphology manusia mengalami perubahan. yang menghasilkan/ melahirkan anak-anak dengan berbagai masalah defisiensi, mutasi, dan malformasi. Pemerintah bahkan membuat pajak atas udara yang kami hirup: 137 m3 per orang per hari. [31.102 galon]

Bagi siapa yang tidak bisa membayar pajak ini akan dikeluarkan dari "kawasan ventilasi" yang dilengkapi dengan peralatan paru-paru mekanik raksasa bertenaga surya yang menyuplai oksigen.

Udara yang tersedia di dalam "kawasan ventilasi" tidak berkulitas baik, tetapi setidaknya menyediakan oksigen untuk bernafas.Umur hidup manusia rata-rata adalah 35 tahun.

Beberapa negara yang masih memiliki pulau bervegetasi mempunyai sumber air sendiri. Kawasan ini dijaga dengan ketat oleh pasukan bersenjata. Air menjadi barang yang sangat langka dan berharga, melebihi emas atau permata.

Disini ditempatku tidak ada lagi pohon karena sangat jarang turun hujan. Kalaupun hujan, itu adalah hujan asam.Tidak dikenal lagi adanya musim. Perubahan iklim secara global terjadi di abad 20 akibat efek rumah kaca dan polusi.

Kami sebelumnya telah diperingatkan bahwa sangat penting untuk menjaga kelestarian alam, tetapi tidak ada yang peduli. Pada saat anak perempuanku bertanya bagaimana keadaannya ketika aku masih muda dulu, aku menggambarkan bagaimana indahnya hutan dan alam sekitar yang masih hijau.

Aku menceritakan bagaimana indahnya hujan, bunga, asyiknya bermain air, memancing di sungai, dan bisa minum air sebanyak yang kita mau. Aku menceritakan bagaimana sehatnya manusia pada masa itu.

Dia bertanya: - Ayah ! Mengapa tidak ada air lagi sekarang ?

Aku merasa seperti ada yang menyumbat tenggorokanku. ..

Aku tidak dapat menghilangkan perasaan bersalah, karena aku berasal dari generasi yang menghancurkan alam dan lingkungan dengan tidak mengindahkan secara serius pesan-pesan pelestarian. dan banyak orang lain juga !.

Aku berasal dari generasi yang sebenarnya bisa merubah keadaan, tetapi tidak ada seorangpun yang melakukan. Sekarang, anak dan keturunanku yang harus menerima akibatnya, Sejujurnya, dengan situasi ini kehidupan di planet bumi tidak akan lama lagi punah, karena kehancuran alam akibat ulah manusia sudah mencapai titik akhir.

Aku berharap untuk bisa kembali ke masa lampau dan meyakinkan umat manusia untuk mengerti apa yang akan terjadi. Pada saat itu masih ada kemungkinan dan waktu bagi kita untuk melakukan upaya menyelamatkan planet bumi ini !

Tolong Kirim surat ini ke semua teman dan kenalan anda, walaupun hanya berupa pesan, kesadaran global dan aksi nyata akan pentingnya melestarikan air dan lingkungan harus dimulai dari setiap orang.

Persoalan ini adalah serius dan sebagian sudah menjadi hal yang nyata dan terjadi di sekitar kita.

Lakukan untuk anak dan keturunan mu kelak"

"AIR DAN BUMI UNTUK MASA DEPAN"*

omnia pro jesu per mariam: Kamis, Pekan III Paskah - 2009

omnia pro jesu per mariam: Kamis, Pekan III Paskah - 2009

St. Perawan Maria - Ratu



Renungan ini ditulis pada pesta St. Perawan Maria Ratu. Pesta ini diperingati pada hari ke 7 sesudah Hari Raya Maria diangkat ke surga karena masih berkaitan dengannya. Pesta St. Perawan Maria ratu menekankan soal martabat Maria sebagai ratu yang ditandai dengan pemahkotaannya di surga setelah ia ia diangkat ke sana. Di surga ia dihormati melebihi para malaikat. Maria bahkan dikatakan sebagai ratu para malaikat, ratu para kudus, dan ratu kita semua.

Hal terpenting yang mesti kita sadari adalah bahwa Maria mengikutisertakan kita dalam kemuliaannya itu. seorang ibu yang mengadakan suatu perayaan tanpa kehadiran salah seorang anaknya tentu akan merasa bahwa perayaan itu tidaklah sempurna. Sebagai ibu dari kita semua, Maria tentu ingin agar kita pun diikutsertakan dalam kemuliaannya. Maria memahkotai kita semua sebagai saudara dan saudari dari Putera Sulungnya yaitu Yesus Kristus. Peran setiap anak di dalam suatu keluarga tentu sangat penting dan tidak bisa digantikan oleh orang lain. Jika salah seorang anak Maria tidak hadir dalam kemuliaannya itu maka pemahkotaan Maria itu belumlah selesai.

Setiap kita diberkati. Setiap kita adalah unik sebagai anak-anak Allah. dalam hal-hal tertentu saya berani mengatakan bahwa setiap kita dipanggil untuk menjadi ‘raja’ atau ‘ratu’. Tentunya gelar ini harus dimengerti secara baik, bukan dalam arti dipanggil untuk memperlihatkan kemegahan diri tetapi dipanggil untuk melayani.

Kita mungkin merasa pas dengan gelar di atas, karena seringkali kita menilai diri kita tidak layak untuk itu.iman kita juga tidak cukup untuk percaya akan betapa luhurnya martabat dan panggilan kita di hadapan Allah. seringkali kita merasa ‘gagal’ dalam banyak hal. Merasa diri hina….. sering membandingkan diri dengan orang lain dan merasa bahwa orang lain itu lebih dari kita. Dengan demikian iri hati dan kebencian mulai merasuki relasi kita satu sama lain.

Legioner yang terkasih!
Dalam hidup ini, penerimaan diri adalah dasar bagi pertumbuhan kepribadian. Orang yang tidak menerima dirinya tidak akan bisa berkembang dengan baik. Penerimaan diri akan membuka jalan bagi kita untuk mencintai orang lain dan mencintai Allah.

Setiap kita ini bisa menjalani suatu kehidupan yang utuh di hadapan Allah. Tidak peduli bagaimana temperament kita atau apakah kita punya cacat fisik atau tidak. Tahukan kalian semua bahwa orang yang menulis syair antifon Maria “Salam ya Ratu (Salve Regina) yang indah dan terkenal itu adalah seorang rahib yang terlahir sebagai anak lumpuh? Dia juga menulis syair lagu: “Bunda Penebus yang berbelaskasih (Alma Redemptoris Mater) Namanya Hermann Contractus atau orang sering menyebutnya sebagai Hermann si lumpuh. Dalam hidupnya selama 41 tahun ia lalui dengan penuh penderitaan. Dia tidak bisa berdiri atau berjalan sedikit pun. Dia hanya bisa duduk di sebuah kursi yang dirancang khusus untuk menopang tulang belakangnya. Tangannya tidak kuat untuk mengangkat. Kata-katanya tidak jelas.

Kedua orang tuanya (keduanya termasuk bangsawan di Jerman) memutuskan bahwa tidak ada tempat lain bagi Putera mereka selain di biara. Tidak ada tempat lain yang terbuka bagi putera mereka jika ingin mendapatkan perawatan yang intensif. Bagi Hermann tidak ada pilihan lain selain menerima diri dengan kelumpuhan yang ia bawa sejak lahir.

Sekalipun demikian....di sana, di biara di Reichnau, tempat dimana dia dibawa sejak kecil, Hermaan bertumbuh dalam kepribadian yang matang dan menjadi suci. Cacat fisik seringkali membuat orang menolak diri, menjadi tertutup, tetapi tidak untuk rahib kecil si Hermann ini. Dia menerima dirinya apa adanya....tanpa ada pemberotakan dari dalam diri: mengapa saya terlahir seperti ini?

Dalam otobiografinya dia dikenal sebagai orang yang ramah dan bersahabat....selalu tertawa, selalu membawa sukacita bagi orang lain. Dia tidak menjadi beban bagi komunitasnya, malah semua orang mencintai dia.

Dia melatih tangannya yang lemah itu untuk melakukan sesuatu. Dia membetulkan jam atau alat musik yang rusak. Dia mengarang beberapa lagu. Dua syair lagunya yang terkenal sampai saat ini adalah “Salam ya Ratu” dan “Bunda penebus yang berbelaskasih”.

Kalau kita simak syair “Salam ya Ratu” yang juga adalah bagian doa terpenting dari tesera legioner, kita bisa melihat iman dan kepercayaan yang mendalam dari Hermann. Dalam kelumpuhannya, dia melihat Maria sebagai: “bunda yang rahim, kehidupan, penghiburan dan pengharapannya. Bukankah itu doa yang sangat indah? Doa yang mengungkapkan sebuah keluh kesah penderitaan yang amat mendalam.

Legioner yang terkasih!
Tidak ada satu pun dari antara kita yang lumpuh total sehingga Allah tidak bisa melakukan sesuatu melalui kita. Tidak ada satu pun dari antara kita yang terabaikan dari cinta dan perhatian Bunda Maria. Maria mencintai kita semua yang adalah anak-anaknya. Kembali pada kisah Hermann tadi, dia bisa saja mengutuk dan mengeluh karena tidak bisa berbicara dengan jelas atau pada kelumpuhannya. Tetapi itu tidak pernah terjadi. Dia malah dikenang karena kekudusannya yang melalui kedua syair lagunya di atas, membuat pemahkotaan Maria itu menjadi lebih bercahaya bagi kita semua.

Semoga kita bisa belajar dari Hermaan ini ya. Pertama, terima diri apa adanya. Kedua, membuka diri bagi karya rahmat Allah yang bekerja melalui kita. Hiduplah Legioner! Tota Pulchra est Mariae = segala yang indah pada pada Maria.