Sejarah Singkat Gambar Maria Pembantu Abadi



Gambar Suci Bunda Maria Pembantu Abadi telah berumur lebih dari 500 tahun. Gambar itu dilukis diatas kayu oleh seorang seniman dari gereja Yunani. Gambar itu telah dicuri dari Kreta oleh seorang saudagar dan membawanya ke Roma sekitar akhir abad ke 15. Pada suatu hari ia jatuh sakit dan hampir meninggal. Ia meminta seorang sahabatnya untuk membawa gambar tersebut ke sebuah gereja untuk dihormati tetapi teman itu tidak melaksanakannya. Menurut sebuah tradisi yang tercatat dengan baik, berulang kali setelah itu, Bunda Maria berbicara kepada seorang anak perempuan berumur 6 tahun sehingga keinginan saudagar tersebut akhirnya terpenuhi.

Dengan menyebut dirinya “Bunda Suci Pembantu Abadi” dalam berbagai penampakan, Bunda Maria meminta kepada gadis itu agar gambarnya tersebut diserahkan ke gereja St. Mateus yang terletak di antara dua basilika besar, yaitu basilika St. Maria dan basilika St. Yohanes Lateran, di Roma.

Di gereja St. Matius yang dilayani oleh biarawan Agustinian tersebut, gambar Bunda Maria Pembantu Abadi dihormati selama 299 tahun (1499-1798). Gambar ini sangat terkenal karena terkabulnya permohonan-permohonan mereka yang berdoa di hadapannya. Pada tahun 1798 tentara revolusi Prancis menduduki kota Roma. Sebanyak 30 gereja dihancurkan termasuk gereja St. Matius. Pada waktu itu, gereja St. Matius dijaga oleh biarawan Agustinian dari Irlandia. Para biarawan tersebut diusir keluar dan gambar Bunda Maria Pembantu Abadi dipindahkan ke salah satu biara terdekat di Roma. Gambar itu lalu ditempatkan di kapel St. Maria di Posterula sampai dengan tahun 1866.

Sementara itu, sebuah gereja baru dibangun oleh para biarawan Redemptoris, hampir tepat di atas puing-puing gereja St. Mateus. Adalah merupakan penyelenggaraan Ilahi bahwa gambar Maria Pembantu Abadi ditemukan kembali.

Para birarawan Redemptoris memohon kepada Paus Pius IX agar diperbolehkan menempatkan gambar suci tersebut di gereja mereka. Paus menyetujui permohonan itu dan mempercayakan pemeliharaan gambar tersebut kepada kongregasi Redemptoris. Pada tahun 1866 Paus Pius IX meminta kepada para biarawan Redemptoris dengan mengatakan: “Buatlah dia dikenal di seluruh dunia”. Dengan ini Paus mempercayakan kepada kongregasi Redemptoris, penyebar-luasan devosi kepada Maria Pembantu Abadi.

Pada tanggal 26 April 1866 gambar yang penuh mujizat ini diarak dalam suatu prosesi yang mulia ke gereja St. Alfonsus Liguori. Inilah awal dari banyaknya ucapan syukur, bukan saja di Roma tetapi di seluruh dunia di mana para biarawan Redemptoris tak pernah berhenti berkotbah tentang kebaikan dan inspirasi dari Bunda Maria Pembantu Abadi.

Sampai pada hari ini lukisan ajaib Bunda pembantu Abadi ini disimpan di gereja St. Alfonsus Liguori; pusat biarawan Redemptoris di Roma.

ARTI GAMBAR BUNDA MARIA PEMBANTU ABADI

Gambar Bunda Maria Pembantu Abadi ini disebut sebagai ‘ikon’. Artinya bahwa setiap bagian yang ada dalam gambar itu mempunyai arti: warna, huruf serta seluruh unsur gambar itu secara detail.

Yesus memakai pakaian kebesaran: jubah panjang berwarna hijau, selempang merah diikatkan pada pinggang-Nya dan tulisan Yunani pada bagian kanan-Nya serta lingkaran cahaya menyatakan bahwa Yesus adalah Kristus. Tampak bahwa Yesus merangkul ibu-Nya tapi pandangan-Nya tertuju pada sesuatu yang menakutkan yang membuat-Nya lari begitu cepat sehingga sebuah sendal pada kaki-Nya hampir terlepas.

Bunda Maria juga berpakaian kebesaran; jubahnya biru gelap dengan garis-garis hijau dan jubah merah di bagian dalamnya. Delapan sudut bintang yang terdapat di dahinya merupakan gagasan gereja timur yang mau mengatakan bahwa Maria adalah bintang yang menuntun kita kepada Yesus. Huruf Yunani di atas kepalanya; dekat mahkotanya mengungkapkan bahwa Maria adalah Bunda Allah. Pandangan Maria tertuju kepada kita, mengatakan bahwa sama seperti Yesus yang lari kepadanya dan mendapatkan perlindungan, kita juga akan mendapatkan perlindungan jika kita berlari kepadanya. Tangannya tidak mendekap Yesus yang ketakutan dalam suatu rangkulan yang melindungi tetapi tetap terbuka. Hal ini merupakan suatu undangan bagi kita untuk bersama Yesus kita pun menempatkan tangan kita ke dalam tangannya.

Huruf Yunani yang terdapat di atas dua malaikat di samping kiri dan kanan mengindentifikasikan bahwa kedua malaikat itu adalah Malaikat Agung Mikael dan Gabriel. Keduanya membawa peralatan yang dipakai untuk menyalibkan Yesus. Di sebelah kiri, Malaikat Agung Mikael memegang sebuah kendi yang berisi empedu yang diberikan kepada Yesus ketika tergantung di salib. Ia juga memegang tombak yang menembusi lambung Yesus serta setangkai buluh dan bunga karang. Di sebelah kanan, Malaikat Agung Gabriel membawa salib dan empat paku.

Warna emas yang melatar-belakangi gambar ini mau mengungkapkan bahwa pesan ini tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Warna emas ini pun merupakan simbol dari surga.
Secara keseluruhan, gambar / icon Bunda Maria Pembantu Abadi ini mau mengatakan suatu pesan kepada kita bahwa sebagaimana Maria dapat menghibur Yesus di saat penderitaan-Nya, demikian pun Maria dapat menghibur kita dalam penderitaan kita. Maria memberikan penghiburan dan cinta yang sama kepada kita sebagaimana ia berikan kepada Yesus.

Kamis, Pekan III Paskah - 2009



Bacaan:
Yohanes 6:44-51

Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.

Renugan
Allah menawarkan kepada umat-Nya suatu kehidupan yang berkelimpahan, tetapi kita bisa saja kehilangan kesempatan itu. Hidup yang Allah tawarkan adalah kehidupan Allah sendiri- Hidup yang bertahan bukan hanya kehidupan sekarang ini tetapi bertahan sampai di kehidupan yang akan datang. Para rabbi mengatakan bahwa generasi yang mengembara di padang gurun, tidak akan mengambil bagian dalam kehidupan yang akan datang. Dalam kitab Ulangan tercatat bahwa bangsa israel yang menolak Allah tidak akan diizinkan untuk memasuki tanah terjanji. Para rabi meyakini bahwa orang-orang yang tidak diperkenankan memasuki tanah terjanji, juga tidak akan diperkenankan untuk memasuki kehidupan akhirat. Allah menyediakan bagi bangsa israel di padang gurun, manna dari surga. Manna itu merupakan simbol dari roti sejati yang turun dari surga yang Yesus akan berikan kepada para pengikut-Nya.

Yesus mengungkapkan suatu pernyataan yang hanya boleh disampaikan oleh Allah sendiri: Akulah roti yang turun dari surga yang dapat memuaskan kelaparan terdalam yang dialami oleh seorang manusia. Roti dari surga itu hadir dalam ekaristi yang Yesus bagikan kepada para murid-Nya pada perjamuan malam terakhir. Manna di padang gurun hanya membuat umat Israel bertahan sampai masuk tanah terjanji tetapi tidak dapat memberikan kehidupan kekal. Roti yang diberikan oleh Yesus, membuat kita mampu untuk masuk dalam kehidupan surgawi…. Bukan hanya itu saya tetapi roti itu memberikan kita kehidupan Ilahi yang berasal dari Allah sendiri.

Ketika kita menerima hosti kudus, kit menyatukan diri kita dengan Yesus Kristus, Tuhan kita. Dialah yang memperkenankan kita menyambut Tubuh dan Darah-Nya membuat kita layak untuk mengambil bagian dalam kehidupan Ilahi-Nya. St. Ignatius dari Antikia (35-107) mengatakan bahwa: “Hosti kudus merupakan obat untuk mengatasi kematian kekal dan memampukan kita hidup dalam Kristus selamanya. Makanan rohani ini merupakan penyembuh jiwa dan raga kita dan memberikan kita kekuatan dalam peziarahan kita menuju tanah surgawi.

Dalam bacaan Injil hari ini Yesus menawarkan kepada kita kehidupan surgawi itu sendiri. Tetapi kita bisa saja kehilangan kesempatan itu atau bahkan menolaknya. Menolak Yesus berarti menolak kehidupan kekal. Menerima Yesus sebagai roti dari surga kita akan mendapatkan kekuatan untuk hidup bukan hanya sekarang tetapi juga dalam kehidupan kekal.

Hari ini dalam ekaristi, ketika Anda menerima komuni kudus, apa yang anda harapkan anda terima? Apakah itu penyembuhan, pengampunan, penghiburan? Allah masih punya banyak hal yang bisa Ia berikan daripada apa yang bisa kita harapkan dari pada-Nya. Apakah anda lapar akan roti surgawi itu?

Doa:
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah roti hidup yang memberikan kehidupan kepada saya. Semoga saya selalu lapar akan Engkau, roti yang telah turun dari surga. Semoga dengan menerima-Mu saya mendapatkan kekuatan untuk mencintai dan melayani Engkau dengan sepenuh hati. Semoga semakin hari saya semakin hidup dalam damai dan kesatuan bersama Allah Tritunggal: Bapa, Putra dan Roh Kudus sampai kehidupan yang kekal. Amen.

Rabu, Pekan III Paskah 2009



Bacaan
John 6:35-40

Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.


Renungan:
Mengapa Yesus menyebut dirinya sebagai roti hidup? Orang-orang Yahudi tahu bahwa Allah berjanji akan memberikan mereka manna dari surga… agar mereka bisa bertahan dalam perjalanan menuju tanah terjanji. Roti / makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Kita tidak dapat bertahan hidup tanpa makanan.

Nah…apa itu hidup? Di sini Yesus maksud Yesus bukan hidup seperti yang kita miliki sekarang ini. Hidup yang Yesus maksudkan adalah hidup yang ada kaitan dengan Allah sebegai sumber kehidupan. Hidup yang sebenarnya adalah relasi dengan Allah yang hidup; suatu relasi yang didasari atas sikap pasrah, cinta, dan taat kepada Allah. Dalam diri Yesus Allah telah membuat kita mampu untuk menjalin relasi dengan Dia. Yesus mengajar kita untuk menyapa Allah sebagai ‘Bapa’. Yesus telah mengutus Roh Kudus, dan Roh itu memampukan kita untuk berseru ‘ya, Abba, Ya Bapa”.. nah…inilah hidup yang Yesus tawarkan kepada kita.

Pertanyaan yang muncul adalah: apakah kita puas dengan hidup yang sekarang ini? Atau kita rindu akan hidup yang ditawarkan Yesus.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengatakan 3 hal. Pertama, dia menawarkan diri-Nya sebagai makanan rohani yang akan menghasilkan kehidupan Allah di dalam diri kita. Kedua, Yesus menjanjikan suatu relasi yang langgeng…sehingga kita tidak perlu merasa kuatir dan takut dan cemas ditinggalkan oleh Allah. Ketiga, Yesus memberikan suatu harapan untuk mengambil bagian di dalam kebangkitan-Nya. Setiap orang yang percaya kepada Yesus akan dibangkitkan pada akhir zaman.

Doa:
Yesus…. Melalui kematian-Mu Engkau membawa kehidupan bagi kami dan memberikan harapan bagi kami yang berada dalam dosa. Berikanlah kami harapan yang tak tergoyahkan akan kehidupan kekal, dan kebahagiaan sejati karena mengalami cinta-Mu. Karuniakanlah kepada kami, iman yang teguh dan ketaatan dalam melakukan kehendak Bapa-Mu yang di surga. Amen.

Minggu Paskah III - Tahun B _ 2009



Bacaan
Kis 3:13-15.17-19
1Yoh 2:1-5a
Luk 24:35-48

Homily

Saudara dan Saudariku
Saya ingin menarik perhatian anda semua pada 2 point dalam bacaan-bacaan hari ini. Pertama, dalam Injil hari ini, kita mendengar kisah tentang pengalaman 2 orang murid Yesus dalam perjalanan ke Emaus. Saat itu mereka kehilangan orientasi hidup karena kematian Yesus. Mereka sedih dan kehilangan harapan dan pegangan hidup. Tetapi Yesus datang kepada mereka. Tadi dikisahkan tentang bagaimana mereka mengenal Yesus ketika Ia sedang memecahkan roti.

Pada bagian awal dari kisah ini, diceritrakan bahwa bagaimana kedua murid itu berdiskusi dan bertukar pikiran. Nampaknya mereka sedang berdiskusi dan membicarakan tentang Yesus. Persoalan yang muncul boleh jadi adalah: Apakah Yesus telah meninggalkan mereka? Karena bagi mereka, kematian Yesus merupakan akhir dari segala karya baik yang telah dilakukan Yesus.

Saudara dan saudariku….
Ada saat-saat di dalam kehidupan ini, di mana kita mengalami kehilangan orientasi hidup – mungkin krisis global yang tengah kita hadapi dan akibat yang kita rasakan melalui meningkatnya PHK. Kita tentu merasa sedih. Pertanyaan yang muncul dalam situasi ini adalah: Apakah Allah tidak peduli dengan kita? Apakah Allah telah meninggalkan kita? Terkadang kita meliwati masa-masa sulit kehidupan ini dengan iman yang lesuh.

Iman orang kadang tergantung pada apakah ia bisa makan atau tidak.
Nah…dalam situasi seperti ini, apa yang bisa kita buat? Dalam hal iman, kita bisa datang kepada Allah yang tahu betul apa yang kita perlukan. Jika kita datang dengan penuh iman dan harapan maka Allah pasti akan melimpahi kita dengan berkat-Nya. Dalam situasi ini, marilah kita tetap berjalan dalam iman.
Dalam perayaan ekaristi ini, Yesus hadir di tengah-tengah kita, seakan-akan berkata: “Aku sendirilah ini” rabalah Aku dan lihatlah…. Jamahlah Aku... sungguh Aku hadir bersamamu. Aku hadir dalam pergumulan hidupmu.”

St. Yohanes Krisostomus dalam suatu kotbah paskahnya mengatakan: “tidak penting bagaimana keadaan dirimu ketika Anda datang kepada Yesus tetapi yang terpenting adalah bahwa ketika Anda datang kepada-Nya maka Allah akan adalah mencintaimu sebagaimana Ia tetap mencintaimu” Cinta allah itu kuat dan berdaya....tetapi persoalannya adalah bahwa kita kurang percaya bahwa Allah mencintai kita.
Jumad Agung kemarin….saya memperlihatkan gambar Yesus yang tergantung di salib: apa yang anda lihat? (2 hal: akibat dari dosa, cinta Allah yang sedemikian besar kepada kita).
Yesus rela mengalami penderitaan yang begitu berat…rela mati di kayu salib agar kita memiliki hidup yang baru.

Kita lebih suka cara hidup kita yang lama, cara hidup yang bergelimangan dosa – karena dosa itu menyenangkan. Tetapi melalui penderitaan Yesus kita melihat bahwa inilah akibat dari dosa – bahwa dosa itu membimbing kepada kematian.
Saudara dan saudariku…

Pada minggu III paskah ini, marilah kita membaharui iman dan kepercayaan kita kepada Allah. Marilah kita mohon kepada Allah untuk mengutus Roh Kudus-Nya kepada kita untuk membuka mata kita agar dapat melihat kebenaran cinta Allah dalam pengorbanan Yesus Kristus. Ia telah bangkit.

Hal kedua, dua orang murid yang mengalami penampakan Yesus di Emaus, segera kembali ke Yerusalen. Mereka menceritrakan segala yang telah terjadi dan bagaimana mereka mengenal Yesus. Ketika mereka sedang bercakap-cakap, tiba-tiba Yesus menampakan diri sekali lagi. Para murid mengira bahwa mereka melihat hantu, tetapi Yesus membiar mereka menjamah dia, Yesus juga melakukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh makluk hidup yaitu makan. Yesus lalu menjelaskan kitab suci. Hal yang sama ia lakukan kepada 2 orang murid dalam perjalanan ke Emaus.

Pengalaman 2 murid yang ke Emaus: Yesus membiarkan mereka mengalami kehadiran-Nya ketika Ia memecahkan roti. Dengan cara yang sama, Yesus pun mengundang kita untuk mengalami kehadiran-Nya dalam sabda dan ekaristi. Sampai saat ini kita masih mengalami perjumpaan yang sama ketika kita merayakan ekaristi.

Pada akhirnya, Ia mengatakan: “kamu adalah saksi dari semuanya ini.

Kita semua dipanggil untuk memberikan kesaksian melalui Sabda / Perkataan dan melalui ekaristi. Kita dipanggil untuk mewartakan berita tentang pertobatan. Artinya kita dipanggil untuk membawa damai, terang. Semoga. Tuhan memberkatimu

Pastor Tonny Blikon, SS.CC
Paroki St. Odilia - Citra Raya - Tangerang