Iman yang tumbuh dari pendengaran dan kemudian menjadi keyakinan



IMAN YANG TUMBUH DARI PENDENGARAN (PEWARTAAN) DAN KEMUDIAN MENJADI KEYAKINAN
Pst. Tonny Blikon, SS.CC


Saudara dan saudariku….
Untuk mengisi Tahun Imam ini, Bapak Uskup telah memberikan ijin kepada para Pastor seluruh keuskupan Agung Jakarta untuk setiap minggu pertama dalam bulan memberikan kotbah dalam bentuk pengajaran. Hal ini muncul dari keprihatinan yang mendalam dari Bapak Uskup karena ada begitu banyak umat yang tidak tahu akan KS, Tradisi dan ajaran Gereja. Dalam suatu pertemuan bersama para imam sedekenat, Bapa Uskup mengungkapkan keprihatinan ini dan dia mengatakan dengan nada kelakar: “Saya Uskup Agung Jakarta memberi ijin untuk melanggar tata aturan liturgy…..saya sadar betul akan pelanggaran ini, tetapi ini saya lakukan karena keprihatinan yang mendalam”.

Berkaitan dengan itu, Bapa Uskup telah memberikan tema-tema pengajaran yang harus disampaikan kepada umat. Dengan mengambil Tokoh ziarah bulan ini, yaitu St. Thomas rasul, tema yang ditawarkan adalah adalah ”Iman yang tumbuh dari pendengaran (pewartaan) dan kemudian menjadi keyakinan”

Saya berusaha untuk setia kepada Bapa Uskup dengan menjalankan apa yang ia minta karena itu, renungan pada hari bukanlah sebuah homily dalam arti yang sebenarnya tetapi lebih merupakan sebuah pengajaran.

Saudara dan saudariku...
Dalam kehidupan rohani, mendengar adalah suatu sikap yang amat sangat penting. Bahkan dalam Alkitab dicatat bahwa mendengarkan adalah lebih baik daripada korban sembelihan. "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.” (1Sam 15:22). Juga dalam Mzm 40: 7 "engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, ttapi Engkau telah membuka telingaku, korban bakar dan korban penghapus dosa tidak Kau tuntut"

Shema Israel diawali dengan seruan: ”Dengarlah hai israel....... TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! (Ul 6;4).

Pendengaran sangat berpengaruh pada kehidupan kita. Apa yang kita dengarkan bisa mempengaruhi kejiwaan kita. Misalnya.... anak-anak kecil bisa berkata kotor karena ia sering mendengarkan perkataan kotor di dalam keluarga maupun di lingkungan.

Berkaitan dengan mendengar ini, ada satu lagu wajib di sekolah kita: ”Hati-hati gunakan matamu....hati-hati gunakan matamu.....Allah bapa di surga melihat ke bawa, hati-hati gunakan matamu.....(telinga....)”.

Singkatnya dalam lagu itu diingatkan untuk menggunakan organ-organ tubuh dengan hati-hati.....

Saya secara pribadi tidak terlalu setuju dengan lagu itu, karena seakan-akan mengajarkan kepada anak bahwa Allah itu seperti seorang pengawas...atau polisi yang sembunyi di suatu perempatan sambil mengawas kendaraan yang lewat. Jika ada kesalahan langsung dicegat. Padahal Allah kita adalah Allah yang Maharahim.

Tetapi bagi saya lagu itu cukup menarik untuk dijadikan titik acuan. ”Hati-hati gunakan telingamu....” Kita diingatkan untuk hati-hati mengarahkan telinga pada ’Apa’ yang patut didengar. Karena itu, walaupun lagu ini sebenarnya cocok untuk anak-anak sekolah minggu tetapi saya kira patut dinyanyikan oleh setiap orang untuk mengingatkan penggunaan telinga yang benar sesuai dengan kehendak Allah. Dalam liturgi Baptis....ada pengurapan telinga...dengan mengatakan Effata....

Berkaitan dengan mendengar maka betapa pentingnya telinga itu. Tidak peduli bagaimana bentuk telinganya..besar, kecil, tebal, tipis....yang penting bisa mendengar dengan baik dan dipakai dengan baik.

Yesus sendiri pernah mengatakan: ”Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar”. (Mat 13:16)

Melalui ayat ini, rupa-rupanya ada orang yang tidak berbahagia walaupun memiliki telinga.

Dalam ayat sebelumnya, Mat 13:15 berbunyi: ”Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; ...” Yesus menegur suatu kelompok masyarakat yang tidak berbahagia walaupun memiliki telinga.

Oleh karena itu, Yesus pada kesempatan yang lain juga mengatakan: ”Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar” (Mat 11;15).

Apa yang perlu didengar? Yang perlu didengar adalah firman Kristus. Rasul Paulus dalam Rom 10: 17, berkata: ”Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus.”

Karena itu, secara liturgis tidak tepat kalau dalam perayaan ekaristi, umat memiliki teks bacaan-bacaan mingguan, sehingga ketika firman itu disampaikan dari mimbar ini, umat kelihatannya tidak mau mendengarkan tetapi sibuk membaca masing-masing.

”Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus”

Ada yang iseng tanya: Bagaimana dengan membaca firman Tuhan, apakah tidak menimbulkan iman? Bisa! Kalau mau baca, bacalah dengan bersuara sehingga telinga kita mendengar apa yang kita baca dan dengan demikian maka iman kita tumbuh dari pembacaan itu.

Ada yang lebih iseng lagi tanya: Bagaimana kalau baca dalam hati? Apakah tidak menimbulkan iman? Bisa! Memang Tuhan dapat berbicara kepada kita dalam hati kita memalui suara roh di dalam diri kita, sehingga dapat menimbulkan iman....tetapi itu mengandaikan bahwa ’telinga batin’ / antene batin kita peka untuk mendengarkan suara Allah itu.

Juga ketika kita membaca Alkitab...kita tidak membaca seperti membaca surat kabar....tetapi awalilah setiap pembacaan KS dengan doa. Mohon bantuan Roh Kudus untuk membimbingmu. Membaca KS hendaknya seperti membaca sebuah surat cinta...(KS = Surat cinta dari Allah) hati dan perasaan kita terlibat di dalammnya.... sehingga terjadi komunikasi yang hidup, karena firman itu berbicara kepada kita...sehingga bisa menimbulkan iman.

Saudara dan saudariku
Kita kembali pada teks Rom 10: 17 tadi: ”Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus. (Ergo fides ex auditu, auditus autem per verbum Christi ) ( ara ’h pistiz ’ex akohz ’h de akoh dia rematoz cristou )

Dalam ayat ini, Paulus memperlihatkan posisi penting telinga bagi manusia. Pendengaran macam apakah yang dimaksudkan oleh Paulus?

Kata benda ’pendengaran’ (Yunani -= akoe) berasal dari kata kerja akouw = mendengar). Dalam kata mendengar ini berarti ada kehadiran seorang pribadi yang kepadanya kita mendengar dan mempertimbangkan apa yang sedang disampaikan dalam upaya untuk memahami. Jadi mendengar dalam pandangan Paulus adalah berarti memahami apa yang didengar itu.

• Iman timbul dari pendengaran
Dalam ayat ini terdapat hubungan yang erat antar telinga sebagai organ pendengar dengan iman serta firman Kristus. Dkl. Hubungan antara pendengaran dengan apa yang didengar dan apa yang dihasilkan oleh pendengaran itu.

• Dan pendengaran oleh firman Tuhan
kata ‘oleh’ di sini (Yunani = dia) bisa berarti: ”berdasarkan pada”

Itu berarti: iman timbul dari proses penggunaan telinga dengan sungguh-sungguh untuk mendengarkan firman yang diberitakan oleh Kristus. Memaksimalkan penggunaan telinga berarti juga membuka jalan pada iman. Namun penting diingat bahwa ’apa yang didengar’ menurut Paulus yang menjadi sumber tumbuhnya iman adalah ’firman Kristus” itu sudah jelas. Bukan mendengarkan gossip.

Saudara dan saudariku...
Berkaitan dengan iman, terjemahan dari kata Yunani pistis (pistis) yang secara umum berarti ’kepercayaan”. Tetapi di sini Paulus memakainya dalam penggunaan yang khas kristiani. Yang ia maksudkan dengan iman itu adalah penerimaan akan pemberitaan. Dan pemberitaan itu tidak lain adalah rematos Kristou (Firman Kristus).

Iman itu ada kaitannya dengan pengetahuan. St. Bonaventura mengungkapkannya dengan sangat baik : ”Fides quarrens intelectum est”. Iman itu mencari pembenarannya melalui akal budi. Pembenaran akal budi itu melalui apa yang terindari....

Berkaitan dengan ini, kita lihat tokoh ziarah kita bulan ini: St. Thomas rasul. Rasul Thomas, pertama tidak percaya akan pemberitaan para rasul yang lain bahwa Yesus telah bangkit. Ia ingin fakta yang bisa terindrai...(lihat, raba). Dan pada akhirnya Yesus berkata: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."

Untuk masa sekarang iman kita akan Yesus memang tidak bisa kita buktikan berdasarkan apa yang terindrai tetapi bisa melalui pengetahuan. Pengetahuan tentang Allah akan memperkuat iman dan kepercayaan kita kepada Allah. Pengetahuan yang bertambah tentang Alkibat akan meningkatkan iman kita. Karena itu penting untuk membaca dan mempelajari buku-buku teologi atau komentar tentang kitab suci.

DV 25 ”Gereja mendesak dengan sangat dan istimewa semua orang beriman, supaya dengan sering kali membaca kitab-kitab Ilahi agar memperoleh pengertian yang mulia akan Yesus Kristus. St. Hironimus mengatakan: ”Ignorance of the scripture is ignorance of Christ”

Selain itu pada masa kini, firman Kristus itu disampaikan melalui homili oleh karena itu ketika homili disampaikan di situ ada kesempatan untuk timbulnya iman bagi orang yang mau mendengar.

Tetapi seringkali saya mengamati bahwa ketika homily di sampaikan, banyak yang tertidur. Memang saya akui bahwa tidak semua homily menarik....apalagi kalau yang membawakan hanya membaca homili orang lain. Sehingga tidak ada daya yang menggerakan dari dalam dirinya. Kalau sudah tidak ada daya yang menggerakan dari dalam dirinya, bagaimana bisa mengharapkan kalau homili itu bisa menggerakan orang lain, atau membangkitkan iman?

Suatu ketika, setelah misa ada umat yang datang kepada salah pastor dan berkata: ”Pastor kotbah tadi itu bagus tetapi kok sama dengan kotbah sabtu kemarin di paroki tetangga?

Saya tidak mau meneruskan kisah ini, tetapi saudara-saudariku.... bagaimana pun homili itu disampaikan, itu tetap homili yang berusaha untuk mengaplikasikan sabda Allah dalam kehidupan kita. Karena itu, bukalaha telinga, perhatikan dan dengarkanlah sabda Allah itu.

Berkaitan dengan sabda Allah, baik Konsili Vatikan II maupun Katekismus Gereja Katolik mengatakan bahwa gereja selalu menghormati Sabda Tuhan sama seperti ia menghormati Tubuh Kristus.

Saya kutip DV 21 ” Kitab-kitab Ilahi seperti juga Tubuh Tuhan sendiri selalu dihormati oleh Gereja, yang – terutama dalam Liturgi Suci – tiada hentinya menyambut roti kehidupan dari meja sabda Allah maupun Tubuh Kristus, dan menyajikannya kepada umat beriman……

Katekismus Gereja Katolik #103: Dari sebab itu Gereja selalu menghormati Kitab-kitab Suci sama seperti Tubuh Kristus sendiri. Gereja tak putus-putusnya menyajikan kepada umat beriman roti kehidupan yang Gereja terima baik dari meja Sabda Allah, maupun dari meja Tubuh Kristus

St. Hironimus “Jika Anda menerima Tubuh Tuhan dengan penuh hormat dan hikmat, menjaga jangan sampai ada remah-remah jatuh ke lantai dan hilang, maka dengan sikap yang sama hendaknya anda juga menerima Sabda Tuhan jangan biarkan satu kata pun jatuh dan hilang begitu saja.”
Iman yang timbul dari pendengaran itu akan membawa orang kepada Allah.

Saudara dan saudariku.
Melalui pengajaran yang sederhana ini, saya ingin mengajak kita untuk lebih memakai telinga kita untuk mendengarkan firman Tuhan daripada mendengarkan perkataan-perkataan manusia yang sering memperdaya sesamanya dan bahkan menyesatkan seperti gossip, kabar-kabari, silet. Inilah yang diperingatkan oleh Rasul Paulus kepada umat di Kolose: ”Hal ini kukatakan, supaya jangan ada yang memperdayakan kamu dengan kata-kata yang indah” (Kol 2:4).

Ya Tuhan...tolonglah kami untuk lebih mengarahkan telinga kami kepada firman-Mu agar iman kami semakin bertumbuh di dalam Engkau.