Hari Raya Semua Orang Kudus

Bacaan: Why 7:2-4.9-14 1Yoh 3:1-3 Mat 5:1-12a

By Fr. Tonny Blikon, SS.CC

Pengantar

Hari ini adalah hari raya Hari Raya semua orang kudus. Kita berkumpul di sini pada perayaan ini berarti kita mau merayakan realitas dari misteri keselamatan. Suatu realitas yang kita akui dengan bangga dalam syahadat kita : ‘Aku percaya akan persekutuan para kudus". Mereka adalah orang-orang yang kepadanya Yesus mengatakan: “berbahagialah yang suci hatinya sebab mereka akan memandang Allah"

Merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus adalah suatu kesempatan baik bagi kita untuk memuji dan memuliahkan Allah akan rahmat kekudusan yang telah Ia berikan kepada gereja. Juga merupakan kesempatan baik untuk menghormati secara khusus semua orang yang telah menjadi pahlawan iman.

Di antara semua orang kudus, ada yang diakui secara resmi oleh gereja masih ada begitu banyak orang kudus yang tidak dikenal karena nama mereka tidak tertera dalam kalender liturgi. Mereka mungkin tidak dikenal karena tidak pernah melakukan suatu karya mujikzat atau tidak pernah ada penampakan diri dari mereka. Mereka hanyalah orang-orang biasa sama seperti kita tetapi mereka memiliki sesuatu yang luar biasa yaitu cinta dan kesetiaan kepada Allah serta kemurahan hati kepada sesama.

Dan ini tentu ini merupakan sesuatu dorongan bagi kita yang notabene adalah manusia yang biasa sama seperti mereka untuk melakukan yang terbaik bagi Allah dan sesama agar kita pun kelak dapat masuk surga. Semoga hidup kita merupakan suatu persembahan yang berharga bagi Allah dan sesama.


Homili
Mengapa harus ada hari khusus untuk memperingati semua orang kudus? Kalau kita perhatikan kalender liturgy, sepanjang tahun selalu saja ada orang kudus yang diperingati atau dirayakan. Misalnya, 28 Januari, St. Thomas Aquinas; 10 Mei, St. Damian; 27 Agustus, Sta. Monika, 28 Agustus, St. Agustinus, 1 Okt St. Theresia dari kanak-kanak Yesus, dll… Lantas mengapa ada hari yang dikhususkan untuk merayakan pesta semua orang kudus? Saya kira ada 2 alasan

1. Selain para kudus yang kita kenal dan kita rayakan pada hari-hari khusus, masih ada banyak bahkan miliaran orang kudus yang tidak sempat dirayakan secara khusus atau tidak ada dalam penanggalan resmi gereja. Misalnya….semalam saya coba membaca buku ini: ‘Lives of the Saints” dan saya menemukan bahwa pada tanggal 9 Februari ada pesta St. Miguel Febres Cordero, orang pertama Equador yang diakui kekudusannya. Dia dikanonikasikan pada tahun 1984 walaupun pestanya tidak masuk dalam kalender liturgi romawi.

Orang-orang Kudus yang dikanonisasikan itu hanyalah semacam ‘puncak gunung es’ yang muncul ke permukaan. Kelihatannya kecil, tetapi sebetulnya sangat besar. Artinya, para orang kudus yang diakui oleh gereja adalah semacam ‘puncak gunung es dari kekudusan kristiani dari begitu banyak umat kristiani yang nama mereka tidak pernah disebutkan di dalam kalender liturgi. Mereka mungkin tidak dikenal karena tidak pernah melakukan suatu karya mujikzat atau tidak pernah ada penampakan diri dari mereka. Mereka hanyalah orang-orang biasa sama seperti kita tetapi mereka memiliki sesuatu yang luar biasa yaitu cinta kepada Allah dan kemurahan hati kepada sesama.

Boleh jadi diantara mereka adalah para orang tua dan nenek moyang kita, mereka yang hidupnya baik….mereka yang mungkin mati karena mempertahankan kebenaran, Tibo, CS misalnya… Atau mungkin Paulus Ong Ngi (rasul Pulau Bangka)siapa tahu? Karena itu perayaan hari ini lebih dikenal sebagai pesta para orang kudus yang tidak dikenal. Mereka yang disebutkan dalam bacaan pertama hari ini: “suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.

2. Perayaan hari ini juga memberikan kita pandangan sekilas tentang apa yang akan kita alami kelak. Mereka yang kita rayakan hari ini adalah orang-orang biasa sama seperti kita. Bagaimana kita sekarang, begitulah mereka dulu pernah hidup. Dan bagaimana keadaan mereka sekarang, itulah harapan kita akan masa depan.

Siapa sih di antara kita yang tidak mau menikmati kebahagiaan kekal? Kita semua tentu mau…tapi sayang bahwa untuk mencapai kepenuhan hidup bersama para kudus di surga tidak terjadi secara otomatis. Yesus berkata: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Mat 7:21). Lantas bagaimana caranya kita menjalani kehendak Allah itu dalam hidup sekarang ini?

Jawabannya ada dalam bacaan Injil hari ini. Sabda Bahagia adalah semacam peta yang diberikan Yesus kepada kita para pengikut-Nya untuk mencapai kebahagiaan di Surga. Orang-orang kudus yang kita rayakan hari ini adalah mereka yang telah dengan susah payah mencobai menekuni sebuah jalan hidup yang sulit sebagaimana ditawarkan oleh Injil hari ini. Perayaan hari ini juga merupakan suatu undangan bagi kita untuk mengikuti cara hidup yang ditawarkan oleh sabda Bahagia ini.

Saudara dan Saudariku
Sabda Bahagia menawarkan kepada kita suatu cara hidup. Sabda Bahagia merupakan suatu undangan bagi kita untuk hidup miskin di hadapan Allah, untuk menangis bersama mereka yang menangis, untuk bersikap lemah lembut dan rendah hati dan untuk merasa lapar dan haus akan keadilan. Sabda Bahagia menandang kita untuk menjadi orang yang ‘berbela rasa”, untuk menjadi orang yang suci dan bersih hati, untuk menjadi pembawa damai bagi sesama.

Beberapa minggu yang lalu saya bersama beberapa orang menonton film tentang kisah hidup dan kepahlawahan Pater Damian, seorang konfrater kami yang baru di kanonisasikan pada tanggal 11 Oktober yang lalu. Selesai menonton salah seorang memberi komentar seperti ini: “Sulit ya…untuk menjadi kudus”…. Memang sulit tapi hidup semacam itu pernah dijalani oleh seorang manusia sama seperti kita. Seorang Damian, yang punya banyak kekurangan di dalam dirinya….

Saudara dan saudariku.
Hari ini kita diundang untuk menelusuri jejak langkah hidup para kudus. Hari ini kita diundang untuk menjalani hidup sebagaimana ditawarkan oleh Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Memang berat tetapi kita harus percaya dan berjuang bahwa kita bisa. Kita juga bisa memohon bantuan para kudus melalui doa-doa mereka agar kita dibimbing dan dikuatkan untuk berani hidup sebagai orang Kristen yang sejati.

St. Agustinus pada awalnya merasa bahwa Sabda Bahagia yang kita dengar hari ini adalah suatu cara hidup yang tidak mudah. Tetapi ketika dia membaca…membaca dan merenungkan bacaan Injil hari ini, dia berkata: “Kalau semua orang kudus telah menjalani hidup semacam ini, mengapa saya tidak”. Saya mau mengajak kita semua untuk menjadikan pernyataan ini sebagai ungkapan kesungguhan kita untuk mengejar kekudusan di dalam hidup ini: “Kalau semua orang kudus telah menjalani hidup semacam ini, mengapa saya tidak”.

Semoga nantinya, setelah kehidupan di dunia sekarang ini, kita pun mendengar Sabda Yesus yang menggembirakan kita: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Mat 25:21). Amin.

Tuhan, semoga saya dapat melihat



Bacaan

Yer 31:7-9
Ibr 5:1-6
Mrk 10:46-52

Renungan

Saudara dan saudariku…..
Saya yakin banyak di antara kita yang tahu akan syair lagu berikut ini:

By the rivers of Babylon, there we sat down
Ye-eah we wept, when we remembered Zion.

When the wicked
Carried us away in captivity
Required from us a song
Now how shall we sing the lords song in a strange land.


Musik dari lagu itu memang bisa membuat kita bergoyang…tetapi kalau kita mencermati syairnya, ternyata lagu itu mengungkapkan kesedihan dan kepedihan hati yang teramat dalam dari bangsa Israel.
Arti dari syair lagu itu kira-kira seperti ini:

Di tepian sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan, menyiksa kita dengan meminta kita menyanyikan nyanyian sukacita. Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku! Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku!

Hal itu terjadi pada tahun 687 BC. Pada masa itulah Nabi Yeremiah hidup.

Nabi Yeremia pada awalnya menjelaskan bahwa peristiwa ini adalah sebagai akibat kesalahan umat terpilih sendiri yang tidak setia kepada Allah mereka, Allah yang sangat baik yang telah memberikan kepada mereka Tanah Terjanji sebagai tanah air mereka.

Dalam bacaan pertama hari ini kita mendengar kutipan nabi Yeremia yang mulai beralih dari pengutukan kepada penghiburan. Ia tengah berbicara kepada bangsa Israel dan menjanjikan kepada mereka bahwa Allah akan menuntun satu “sisa kecil” keluar dari pembuangan dan sekali lagi membentuk mereka di tanah air mereka. Allah tetap melakukan hal ini karena sekali pun mereka melupakan Dia, Dia tetap menjadi Bapa bagi bangsa Israel.

Saudara dan saudariku…
Kita lihat bahwa sekalipun umat Israel meninggalkan Allah, namun Allah tidak pernah meninggalkan mereka. Dia tetap memperhatikan mereka di tempat pembuangan. Ketika Ia melihat perubahan hati pada anak-anak mereka, lagi-lagi Dia menghantar mereka ke tanah air mereka agar mereka sekali lagi menjadi umat pilihan Allah.

Ajaran pertama yang harus kita petik dari sejarah biblis pada hari ini bahwa Allah senantiasa memikirkan dan merencanakan segala hal menyangkut hidup kita sejak dari kekal. Kita bukan sekedar sesosok kemanusiaan yang meraba-raba jalan dalam kegelapan di dunia ini, tetapi kita adalah seorang pribadi yang sangat penting di mata Allah. Kita adalah pribadi-pribadi dan untuk kita Allah sudah dari kekal merencanakan suatu kebahagiaan. Perhatian Allah selama belasan abad kepada umat kepilihanNya, seperti yang dilukiskan dalam Perjanjian Lama, hanyalah satu bagian kecil dari seluruh rencana Allah bagi kebahagiaan kekal kita semua. Sekalipun itu hanya sekelumit dari sejarah keselamatan Allah, namun darinya kita dapat belajar sangat banyak tentang perhatian Allah yang penuh cinta kepada kita semua. Jika Allah menaruh perhatian dan merencanakan begitu lama untuk kebahagiaan kekal kita, maka tentu kita sendiripun harus mempunyai minat yang besar untuk kebahagiaan kekal itu.

Kita orang kristen tentu sangat pantas untuk bernyanyi gembira, sebagaimana ajakan Yeremia, karena Allah yang penuh belas kasih dan cinta telah menyelamatkan kita. Ia telah menempatkan kita dalam jalan lurus menuju surga, jalan yang menjadi gampang oleh karena hidup, kematian dan kebangkitan PuteraNya yang tercinta, yang telah Ia kirimkan untuk kita agar membimbing kita kembali lagi kepada Bapa yang penuh kasih sayang.

Dan ajaran kedua bagi kita dari nubuat Yeremia ini adalah: Cinta Allah yang tidak ada batasnya, yang senantiasa siap dilimpahkannya kepada kita setiap kali kita membutuhkannya. Kebanyakan dari kita telah sering menyakitkan hati Allah dan barangkali ada yang sudah lama menjauhi Allah. Seperti umat kepilihan, kita tidak menghargai segala apa yang telah Ia buat dan sementara buat untuk kita. Kita tidak percaya kepadaNya dan mungkin malah beralih menyembah berhala kepada barang duniawi, menceburkan diri dalam ambisi dan kesenangan duniawi.

Namun kita berhadapan dengan Allah yang memiliki kasih dan pengampunan yang tak terbatas, Allah yang telah menghantar pulang bangsa Israel dari pembuangan, Apakah kita ragu-ragu bahwa Ia akan membebaskan kita dari pengasingan diri akibat dosa yang membebani kita? Ia selalu menanti kata-kata permohonan, pengampunan dari kita agar Ia menerima kembali kita dalam rangkulan kebapaanNya yang penuh kasih. Pada kenyataannya Ia selalu berseru agar kita kembali kepada jalan kebenaran. Dengan banyak cara Ia ingin mengatakan kepada kita bahwa Ia adalah Bapa kita dan kita adalah putera-puteriNya. Bacaan hari ini adalah salah satu dari panggilan kasihNya itu. Mungkin masih ada panggilan lain bagi kita. Namun satu yang tidak boleh kita lupakan ialah: masa depan kita yang abadi bergantung pada jawaban kita sekarang.

Dalam bacaan Injil hari ini kita mendengar kisah tentang Bartimeus yang disembuhkan oleh Yesus. Kisahnya terjadi di kota Yeriko. Dalam Injil kita lihat bahwa Yesus nampaknya beberapa kali melintasi daerah itu. Yeriko terletak di lintasan Galilea-Yerusalem. Besar kemungkinan Bartimeus sudah beberapa kali duduk di tepi jalan yang sama untuk meminta sedekah. Tetapi karena tidak banyak orang yang memperhatikannya maka ia tidak pernah tahu tentang Mesias dan perbuatan mukjizat yang dilakukan Yesus. Sekali pun demikian pada kesempatan terakhir Yesus lewat di Yeriko, ia memperoleh kesempatan untuk berkontak secara pribadi dengan Yesus dan meminta penyembuhan dari kebutaannya. Ia sungguh-sungguh menggunakan kesempatan ini walaupun ada rintangan. Iman dan kepercayaannya kepada Yesus sekian kuat sehingga tak seorang pun yang sanggup menghentikannya. Selagi ia mengajukan permohonan ia mengungkapkan imannya. Akhirnya yang diperolehnya bukan saja apa yang dimintanya yakni penyembuhan badaniah, melainkan hal rohani yakni bahwa dia menjadi pengikut Yesus yang penuh iman.

Saudara dan saudariku…..
Ada satu pesan rohani yang sangat mendalam dalam injil hari ini. Seperti Bartimeus kita barangkali tengah duduk di tepi jalan, tidak beralih langkah menuju hidup yang kekal. Kita buta terhadap kebutuhan kita yang sesunguhnya, kita terlalu asyik mengumpulkan sedekah yang dapat diberikan dunia ini. Dibandingkan dengan Bartimeus barangkali kita lebih patut dikasihani. Kalau Bartimeus sadar diri bahwa dia buta. Kita mungkin tidak sadar akan kebutaan rohani kita. Ada banyak hal di dunia ini yang bisa mengelabui pandangan kita atau membutakan kita akan apa yang lebih penting yaitu hidup kekal.

Tadi saya katakan bahwa mungkin Bartimeus lebih dulu sudah duduk di tepi jalan yang sama ketika Yesus lewat dan tidak menyadarinya. Demikian kita seringkali tidak menyadari akan kehadiran Yesus di dalam banyak peristiwa yang Ia lakukan untuk kita hingga hari ini. Misalnya melalui kegiatan-kegiatan di lingkungan atau di paroki. Sebentar lagi paroki kita akan mengadakan seminar tentang keluarga kristiani…. Paus Paulus VI mengatakan: “Panggilan hidup berkeluarga adalah sebuah jalan yang sulit dilalui untuk mencapai kekudusan”. Seminar ini boleh jadi merupakan kesempatan di mana Tuhan yang mahacinta berjalan…lewat di dekat kita…ia siap membantu kita….menyembuhkan kebutaan rohani kita…menyembuhkan luka-luka dan persoalan dalam hidup berkeluarga…tapi apakah kita mau menggunakan kesempatan ini? Apakah kita mau memperhatikan panggilan Tuhan…ketika ia tengah berjalan di depan kita?

Saudara dan saudariku….
Sangat mungkin bahwa Yesus pernah melihat Bartimeus duduk di jalan pada kesempatan perjalanan yang sebelumnya. Akan tetapi Yesus tidak dapat membantunya karena orang buta ini begitu asyik dengan pengumpulan sedekah dan tidak berminat pada pemberian yang lebih besar yaitu penyembuhan dari kebutaannya. Tuhan sering dekat dengan kita, rindu menyembuhkan kebutaan rohani kita. Tetapi seperti Bartimeus kita sering terlalu sibuk dengan pengumpulan barang duniawi dan tidak menaruh perhatian pada rahmat yang lebih besar yang lebih kita butuhkan.

Mungkin ada di antara kita yang baginya panggilan Yesus pada hari ini merupakan kesempatan yang terakhir. Apakah kita begitu tidak berminat dengan kebahagiaan abadi kita sehingga kita mengabaikan panggilan ini? Marilah kita berseru kepada Yesus, Putera Daud dan Putera Allah agar Dia memberi kita rahmat untuk dapat melihat kenyataan diri kita sekarang ini, kelebihan dan kekurangan kita. “Tuhan semoga aku melihat”.

Hari Minggu Misi ke 83


PESAN PAUS BENEDIKTUS XVI
HARI MINGGU MISI SEDUNIA Ke-83
18 Oktober 2009


"Bangsa-bangsa akan Berjalan di dalam Cahayanya " (Why 21: 24)

Saudara-Saudari Terkasih,

Pada hari Minggu ini, yang secara khusus dipersembahkan untuk karya misi, saya mengajak pertama-tama, saudara-saudaraku sekalian dalam pelayanan selaku uskup dan pastor, saudara dan saudari sekalian, umat Allah, untuk membangkitkan dalam diri kita kesadaran akan amanat misioner Kristus untuk "menjadikan semua bangsa murid-Nya" (Mat 28:19), dengan mengikuti jejak kaki Santo Paulus, Rasul Bangsa-bangsa agar "semua bangsa berjalan dalam cahaya-Nya" (Why 21:24).

Tujuan misi Gereja adalah menerangi semua umat manusia yang sedang mengarungi sejarah kehidupan menuju Allah di bawah panduan cahaya Injil sehingga di dalam Dia mereka menjadi penuh dan lengkap. Kita harus memelihara kerinduan dan hasrat untuk menerangi segala bangsa dengan terang Kristus, yang bercahaya melalui wajah Gereja, sehingga semua orang dikumpulkan dalam satu keluarga umat, di bawah kasih kebapaan Allah. Dalam perspektif itulah, para murid Kristus menyebar dalam seluruh karya dunia, berusaha untuk mengatasi beban penderitaan, mempersembahkan hidup mereka. Marilah kita sekali lagi mewartakan dengan berani apa yang sering ditegaskan oleh para Paus Pendahuluku: Gereja berkarya bukan untuk memperluas kekuasaan atau menegaskan penguasaannya, tetapi untuk membawa, kepada semua orang, Kristus, Penyelamat dunia. Kita tidak meminta sesuatu pun kecuali membaktikan diri kita dalam pelayanan kepada umat manusia, khususnya mereka yang menderita dan terpinggirkan, karena kita yakin bahwa "usaha untuk mewartakan Injil kepada umat manusia dewasa ini ... adalah pelayanan yang diberikan kepada jemaat Kristiani dan juga kepada semua umat manusia" (Evangelii Nuntiandi,1), yang "telah mencapai prestasi-prestasi yang mengagumkan tetapi yang tampaknya telah kehilangan kepekaannya akan realitas-realitas yang terakhir dan terhadap kehidupan itu sendiri" (Redemptoris Missio, 2).

•1. Semua Bangsa dipanggil kepada keselamatan
Sebetulnya, seluruh umat manusia memiliki panggilan dasar untuk kembali kepada sumbernya, kembali kepada Allah, karena dalam Dia sendirilah umat manusia dapat mencapai kepenuhannya melalui pembaruan segala sesuatu dalam Kristus. Penyebaran, keberagaman, konflik, permusuhan akan diredakan dan didamaikan melalui darah dari Salib dan dituntun kembali kepada kesatuan. Awal yang baru ini dimulai dengan Kebangkitan dan Kemuliaan Kristus, yang menarik segala sesuatu kepada diri-Nya, membarui mereka dan memampukan mereka untuk ambil bagian dalam kebahagiaan abadi bersama Allah. Masa depan penciptaan baru sudah bercahaya dalam dunia kita kini dan, kendati terjadi pertentangan dan penderitaan, menyalakan harapan akan hidup baru. Misi Gereja adalah untuk ‘mengarahkan' semua orang kepada pengharapan baru. Itulah sebabnya mengapa Kristus memanggil, menguduskan dan mengutus para murid-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah, sehingga semua bangsa boleh menjadi umat Allah. Dalam misi itulah, ziarah sejati umat manusia dipahami dan diuji. Misi universal harus menjadi hal yang tetap fundamental dalam kehidupan Gereja. Mewartakan Injil harus menjadi bagi kita, seperti bagi Rasul Paulus, tugas pertama dan paling mendesak.

2. Gereja Peziarah
Gereja universal yang tidak mengenal garis-pinggir dan tapal-tapal batas, merasa bertanggung jawab untuk mewartakan Injil kepada seluruh umat manusia (bdk. Evangelii Nuntiandi, 53). Itulah tugas dan tanggung jawab Gereja, benih harapan berkat panggilan, untuk melanjutkan karya pelayanan Kristus di dunia. Karya misi dan pelayanan Gereja tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhan spiritual dan material dalam kehidupan di dunia ini, tetapi suatu penyelamatan segala batas agar mencapai pemenuhan dalam suatu persatuan Kerajaan Allah (bdk. Evangelii Nuntiandi, 27). Kerajaan Allah ini, walaupun pemenuhannya bersifat eskatologis dan bukan di dunia ini (bdk. Why 18:36), merupakan kekuatan untuk keadilan dan perdamaian, untuk kebebasan dan penghargaan terhadap martabat setiap pribadi, dalam dunia dan sejarahnya. Gereja ingin mengubah dunia dengan mewartakan Injil Cinta kasih, "yang dapat selalu menerangi dunia yang semakin suram dan memberi kita keberanian yang dibutuhkan untuk hidup dan berkarya ... dan dengan cara ini membuat terang Allah masuk ke dalam dunia" (Deus Caritas Est, 39). Untuk misi dan pelayanan inilah, saya mengimbau, dengan Pesan Misi ini, semua umat dan lembaga Gereja untuk berpartisipasi.

3. Misi Ad Gentes ( kepada Bangsa-bangsa)
Misi Gereja adalah memanggil semua umat kepada keselamatan yang dipenuhi oleh Allah melalui Putra-Nya yang menjadi manusia. Karena itu penting sekali untuk membarui komitmen kita untuk mewartakan Injil yang adalah ragi kebebasan dan kemajuan, persaudaraan, kesatuan dan perdamaian (bdk. Ad Gentes, 8). Saya mau "menegaskan sekali lagi bahwa tugas untuk mewartakan Injil kepada semua umat manusia merupakan perutusan hakiki Gereja" (Evangelii Nuntiandi, 14), suatu tugas dan misi yang semakin mendesak dalam masyarakat dewasa ini yang mengalami perubahan yang meluas dan mendalam. Yang terancam bahaya adalah keselamatan abadi umat Allah, tujuan dan pemenuhan sejarah umat manusia dan alam semesta. Dijiwai dan diinspirasi oleh Rasul Bangsa-bangsa, kita harus menyadari bahwa Allah memiliki banyak umat di kota-kota yang dikunjungi oleh para rasul dewasa ini (bdk Kis 18:10). Sebetulnya "bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan orang yang masih jauh, yaitu semua orang yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita." (Kis 2:39). Seluruh Gereja harus diabdikan kepada misi ad gentes, sampai kekuasaan Kristus yang menyelamatkan terpenuhi: "Sekarang ini, benar, belum kita lihat bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya" (Ibr 2:8).

4. Dipanggil untuk mewartakan melalui kemartiran
Pada hari yang dipersembahkan secara khusus kepada misi ini, saya berdoa bagi orang-orang yang telah menyerahkan diri mereka secara khusus untuk karya pewartaan Injil. Saya menyebut Gereja-gereja lokal dan para misionaris yang memberikan kesaksian dan mewartakan Kerajaan Allah dalam situasi penganiayaan, dengan berbagai bentuk penindasan, mulai dari diskriminasi sosial sampai penjara, penganiayaan dan kematian. Tidak sedikit jumlah orang yang dihukum mati demi "Nama-Nya". Kata-kata yang masih sangat relevan dewasa ini disampaikan oleh Pendahulu yang Mulia, Paus Yohanes Paulus II: "Kenangan perayaan telah memperlihatkan kepada kita suatu pemandangan yang mengejutkan, yang menunjukkan bahwa di zaman kita ini sangat banyak saksi dengan cara yang berbeda-beda mampu menjalani hidup Injil di tengah dunia yang penuh permusuhan dan penganiayaan, sering kali hingga titik pengujian tertinggi berupa menumpahkan darah mereka." (Novo Millennio Ineunte,41). Partisipasi dalam karya misi Kristus sebetulnya memberi dampak terhadap kehidupan orang-orang yang mewartakan Injil, karena mereka akan mengalami nasib yang sama seperti Guru mereka, "Ingatlah kata-kata yang saya sampaikan kepadamu: Seorang hamba tidak lebih besar daripada tuannya. Jika mereka menganiaya aku, mereka juga akan menganiaya kamu" (Yoh 15:20). Gereja mengikuti jalan yang sama dan menderita nasib yang sama seperti Kristus, karena Gereja tidak berkarya atas dasar pikiran manusia atau bersandar pada kekuatannya sendiri, tetapi ia mengikuti jalan Salib, dalam ketaatan kepada Bapa, menjadi saksi dan teman perjalanan bagi umat manusia. Saya mengingatkan Gereja-gereja tua dan banyak Gereja yang didirikan kemudian bahwa mereka ditempatkan oleh Tuhan untuk menjadi garam dunia dan terang dunia, dan dipanggil untuk mewartakan Kristus, Terang bangsa-bangsa, ke sudut-sudut dunia. Missio ad gentes harus menjadi prioritas dalam program pastoral. Kepada Karya-karya Kepausan, saya mengucapkan terima kasih dan dorongan atas pelayanan mereka yang luar biasa untuk mempromosikan animasi dan formasi misi serta bantuan material bagi Gereja-gereja muda. Melalui Lembaga-lembaga Kepausan, persekutuan di antara Gereja-gereja menjadi tampak secara sangat mengagumkan, yaitu pertukaran karunia, keprihatinan timbal-balik dan perencanaan misi bersama.

5. Penutup
Semangat misioner selalu menjadi tanda kehidupan Gereja-gereja kita (bdk. Redemptoris Missio 2). Namun demikian perlu ditegaskan kembali bahwa pewartaan Injil pertama-tama adalah karya Roh Kudus dan bahwa sebelum melakukan kegiatan, tugas perutusan merupakan suatu kesaksian dan suatu cara hidup Kristus yang bersinar kepada orang lain (bdk.Redemptoris Missio 26 ), pada pihak Gereja setempat, yang mengutus para misionarisnya ke luar wilayahnya sendiri. Karena itu saya mengimbau semua orang Katolik untuk berdoa agar Roh Kudus semakin meningkatkan semangat Gereja untuk berkarya demi misi, untuk menyebarluaskan Kerajaan Allah dan mendukung para misionaris dan komunitas-komunitas Kristiani yang terlibat dalam karya misi, di garis depan, sering dalam situasi penuh permusuhan dan penganiayaan. Pada kesempatan ini pula, saya mengimbau siapa pun sebagai tanda persekutuan sejati, memberikan bantuan finansial, terutama pada masa krisis yang berdampak besar terhadap kemanusiaan, untuk membantu Gereja-gereja muda agar tetap siap menerangi bangsa-bangsa dengan Injil Cinta kasih. Semoga, dalam menjalani kegiatan misioner, kita semua dituntun oleh Perawan Maria yang Terberkati, bintang Evangelisasi, yang melahirkan Kristus ke dunia untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa dan membawa keselamatan "sampai ke ujung bumi" (Kis 13:47).

Dengan penuh kasih, Saya melimpahkan Berkat Apostolik kepada Anda Sekalian

Minggu Biasa ke 27_tahun B_2009

Apa yang telah dipersatukan oleh Allah, janganlah diceraikan oleh manusia


Kej 2: 18-24 Mzm 128:1-2.3.4-5.6 Ibrani 2:9-11 Mark 10:2-16 / 10: 2-12

Saudara dan saudariku

Masih ingat dengan janji perkawinan?

Saya akan mengawali renungan ini dengan sebuah kisah. Suatu pasangan calon pengantin datang kepada seorang rabbi Yahudi. Mereka tengah mempersiapkan perkawinan. Setelah diskusi panjang tentang upacara perkawinan, calon pengantin pria berkata kepada sang Rabbi, katanya : “Rabbi, apakah anda keberatan jika kami membuat sedikit perubahan pada janji perkawinan nanti? Kami mau menggantikan sedikit rumusan janji perkawinan kami. Ketimbang memaklumkan bahwa kami akan hidup sebagai suami istri sampai ajal menjemput kami, maka kami ingin berjanji untuk hidup sebagai suami – istri sejauh kami masih saling mencintai. Kami telah membicarakan tentang hal ini, dan kami berdua sepakat mengenai hal ini. Jika pada suatu saat kami merasa bahwa kami tidak lagi saling mencintai maka secara moral kami bisa dibenarkan jika kami cerai.

Rabbi tadi kaget dengan usulan itu. Dan dengan suara keras dia bilang ‘APA?” Tidak! saya tidak akan mengadakan perubahan pada janji perkawinan itu. Lelbih lanjut Rabbi itu menasihati mereka: "Kita tahu bahwa zaman sekarang banyak perkawinan bermasalah dan banyak dari perkawinan itu tidak bertahan sampai pasangannya meninggal. Jika kamu ingin menikah dengan pandangan semacam itu maka jelas perkawinan kalian tidak akan bertahan. Saya menghargai kejujuran kalian, tetapi kalian harus mengerti bahwa perkawinan adalah suatu komitmen dan bukan hanya sekedar keinginan untuk hidup bersama. Komitmen mengandaikan bahwa masing-masing kalian harus menerima segala macam bentuk frustrasi dan kekecewaan karena keterbatasan manusiawi yang bakal kalian alami.

Saudara dan saudariku
Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita merenungkan tentang keluarga sebagai sebuah institusi Ilahi. Dalam bacaan pertama kita mendengar sabda Allah yang mengatakan: “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”.

Dari sini nampak jelas bahwa persatuan antara pria dan wanita pertama-tama bukanlah kehendak manusia, tetapi kehendak Allah.

Setiap kali kalau memberi kursus tentang hukum perkawinan, saya mulai dengan Kan 1058: “Perjanjian perkawinan dengan mana seorang pria dan seorang wanita membentuk di antara mereka persekutuan seluruh hidup, yang dari kodratnya terarah pada kesejahteraan suami-istri, kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang dibaptis oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen”

Saya biasanya mulai dengan kata ‘Perjanjian” Bahasa Inggris membedakan antara Contract dan Covenant. (feodus) Dalam bahasa Indonesia kedua kata di atas diartikan sebagai Perjanjian. Tetapi sebetulnya dalam zaman dahulu itu dibedakan.

Dalam kontrak, syarat-syarat dinegosiasikan, dalam perjanjian tidak.

Kontrak didasarkan pada janji-janji yang dibuat oleh kedua pihat, sedangkan perjanjian diikat hanya lewah sumpah agung. Dalam bahasa latin: Sacramentum).

Kontrak biasanya dilaksanakan demi manfaat, sedangkan perjanjian dilaksanakan atas dasar kasih.

Kontrak berbicara tentang keuntungan pribadi, sedangkan perjanjian memanggil kita untuk mengorbakan diri.

Dalam kontrak orang bertuka harta dan jasa; dalam perjanjian (covenant) orang bertukar pribadi. Dalam sebuah ‘covenant’ Dalam sebuah covenant, orang bisa berkata: “Aku adalah milikmu dan engkau adalah milikku”. Perkawinan adalah sebuah perjanjian dalam artian covenant dan bukan sebuah contract. (Foedus).

Saudara dan saudariku
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus meluruskan kembali apa yang disalahpahami oleh orang-orang Israel. Yesus menegaskan bahwa suatu lembaga perkawinan itu sifatnya tak terceraikan (indisolubilitas). Yesus menegaskan bahwa orang Yahudi harus kembali kepada moral perkawinan yang murni seperti yang telah ditentukan oleh Allah sendiri sejal awal mula terjadinya manusia: “Pada awal penciptaan Allah menjadikan manusia pria dan wanita. Karena itu pria harus meninggalkan ibu dan bapanya dan mengikatkan diri kepada istrinya. Dan keduanya akan hidup bersatu padu jiwa raganya”

Seringkali dalam kursus perkawinan pun saya mengatakan: “Ingat….setiap kita mempunyai panggilan yang sama yaitu menjadi kudus tetapi cara yang kita tempuh untuk mencapai kekudusan itu berbeda”.

Paus Paulus VI pada tanggal 12 Februari 1966 mengatakan bahwa ‘perkawinan dan keluarga kristiani adalah sebuah panggilan yang mengutamakan sebuah komitmen moral. Perkawinan bukanlah merupakan jalan yang mudah…tetapi merupakan sebuah jalan yang panjang untuk mencapai kesucian hidup.

Benar bahwa perkawinan adalah suatu cara untuk mencapai kesucian. Kalau kita perhatikan nasihat Injil, tentang bagaimana kita harus hidup sebagai orang beriman maka kita akan memahami bahwa memang benar bahwa perkawinan adalah cara hidup untuk mencapai kesucian itu.

Misalnya. Yesus pernah mengatakan: “barangsiapa yang mau mengikuti Aku, maka ia harus menjadi pelayan… dan perkawinan adalah sebuah hidup pelayanan baik kepada pasangan maupun anak-anak.

St. Paulus dalam 1 Kor 13 mengatakan: ada 3 keutamaan Kristiani :iman, harap dan kasih” dan yang paling besar diantaranya adalah kasih. Nah..perkawinan adalah suatu komitmen cinta kepada pasangan sampai maut memisahkan kita….. maka tidak heran kalau Paus Paulus VI mengatakan bahwa “perkawinan adalah sebuah perjalanan yang panjang untuk mencapai kesucian hidup’

Akan tetapi, tidak bisa kita sangkal bahwa banyak perkawinan bahkan perkawinan katolik sedang dirongrong…. Berita kawin-cerai, kawin – cerai menjadi acara TV yang sangat diminati…..menjadi mode dari suatu perkawinan modern.

Ada yang pernah chatting dengan saya: “Rm…menurut saya perkawinan katolik itu adalah neraka bagi kaum wanita”

Seringkali dalam kotbah perkawinan saya katakan: apa yang terjadi pada pesta perkawinan di Kanna, cepat atau lambat akan terjadi dalam setiap bahtera perkawinan, yaitu mereka kehabisan anggur….anggur kebahagiaan. Tetapi ingat bahwa dalam situasi itu kalian tidak sendirian… Yesus ada dalam setiap perkawinan….Dia akan membantu, kalau kita melibatkan Dia di dalam segala kesulitan yang kita hadapi.

Ingatlah saudara dan saudariku…..
Pada hari perkawinan kalian, Yesus telah memberkati kalian dengan rahmat-Nya. Percayalah akan rahmat sacrament perkawinan itu. Allah yang telah mempersatukan kalian, juga pasti akan memberikan rahmat-Nya supaya kalian bisa menjalani hidup perkawinan itu.

Dalam renungan ini saya coba membuat Sepuluh Perintah Allah dalam Perkawinan

10 Perintah Allah bagi para suami.

1. Janganlah engkau mengambil istrimu dengan tidak hormat, tetapi hormatilah dan hargailah dia sebagai orang yang sepadan denganmu. (1 Pet 3:7 “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang)

2. Persekutuanmu terdekat, selain kepada Allah, adalah istrimu dan bukan keluarga dan sanak familimu. (Kej 2:24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging).

3. Hendaklah secara rutin engkau katakan kepada istrimu bahwa betapa penting dan berharganya dia bagimu. (Fil 2: 3 "dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri". Ams 31 : 10-11 “Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan".

4 Janganlah anda berpikir bahwa dengan menikah anda telah mendapatkan cinta istrimu. (Bisa kita lihat dalam Kid. Agung 5:10-16. Artinya begini…. Seringkali sang istri bertanya apakah anda mencintai saya? Sang suami menjawab. Tentu saya mencintaimu, kalau tidak pasti dulu saya tidak menikahimu. Pria biasanya melihat perkawinan sebagai tujuan….sedangkan wanita melihat perkawinan sebagai permulaan dari perjalanan cinta. )

5. Bersama dengan Istrimu Anda harus secara aktif membangun disiplin di dalam keluargamu (Eph 6:4 “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan")

6. Ingatlah untuk melakukan segala hal yang terkecil sekalipun bagi istrimu, jika engkau telah berjanji kepadanya. (Mat 5:37 “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat".)

7. Arahkanlah matamu kepada istrimu dan jangan kepada tetanggamu. (Ams 5:15-20; Ayub 31:1 “aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara?; Yer 5:8 “Mereka adalah kuda-kuda jantan yang gemuk dan gasang, masing-masing meringkik menginginkan istri sesamanya). Siapa sih diantara bapa-bapa yang mau disebut oleh nabi Yeremia sebagai 'kuda-kuda jantan"

8. Haruslah Anda berusaha melakukan segala usaha yang dinilai baik oleh Istrimu.

Dalam Kej Abraham adalah seorang suami yang sangat dihormati oleh Istrinya sarah. Bahkan Sarah memanggil dia sebagai ‘Tuanku’. Tetapi Sara merasa bersalah karena Ia tidak bisa memberikan keturunan kepada Abraham karena itu dia menyuruh Abraham untuk menghampiri Hagar….Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: "Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak. (Kej 21:12). Allah mengatakan bahwa Abraham harus melakukan apa yang dipandang baik oleh istrinya. Suami dan Istri seringkali hidup dengan cara berpikir yang berbeda. Seorang suami yang bijaksana akan ‘mendengarkan’ apa kata istrinya sebelum Allah turut campur tangan dan memaksa dia untuk melakukan apa yang sebenarnya sudah diminta oleh istrinya…..

Untuk zaman sekarang istri yang baik dan setia, pasti tidak akan meminta supaya suaminya menghampiri orang lain. Tetapi dalam hal-hal yang lain, baiklah suami belajar untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh sang istri.

9. Jangan pernah tidak tidak mencium Istrimu setiap pagi / Hendaknya Anda mencium istrimu setiap pagi. (Kid Agung 8:1 ….. akan kucium engkau bila kujumpai di luar, karena tak ada orang yang akan menghina aku!

10. Janganlah engkau bersikap kikir terhadap istrimu kalau itu menyangkut uang. (Esther 5:3 “Tanya raja kepadanya: "Apa maksudmu, hai ratu Ester, dan apa keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan diberikan kepadamu."


10 Perintah Allah untuk para Istri

1. Janganlah engkau mengharapkan suamimu untuk memberikanmu segala hal mewah sebagaimana diberikan oleh orang tuamu.

(Filp 4: 11 “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan)

2. Anda harus bekerja keras untuk membangun rumah tanggamu, bersama dengan suamimu, janganlah suka berangan-angan ‘seandainya suamiku ……

(Amsal 14:1 Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri.

3. Janganlah engkau suka menghina atau…memukul dia dengan wajan…itu tidak sopan

(Amsal 27: 15 “Seorang isteri yang suka bertengkar serupa dengan tiris yang tidak henti-hentinya menitik pada waktu hujan” Amsal 21:19 “Lebih baik tinggal di padang gurun daripada tinggal dengan perempuan yang suka bertengkar dan pemarah”.

4 . Janganlah anda bersikap dingin terhadap suamimu tetapi jadilah Istrinya penuh kehangatan.

(1 Kor 7:3-5 “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak)

5. Janganlah engkau mencari lirikan orang-orang asing, selain tatapan mata suamimu.

Yeh 16: 32 “Hai isteri yang berzinah, yang memeluk orang-orang lain ganti suaminya sendiri”.

2 Pet 2:14 “Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk

6. Janganlah anda berteriak kepada suamimu, tetapi katakanlah segala sesuatu dengan lemah lembut dan berdoalah untuk mereka.

1 Pet 3:1-4 "Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.

7. Janganlah membiarkan seorang pun untuk menggodamu jika kamu mengalami kesulitan dalam perkawinan.
(1 Pet 5:9 “Lawanlah dia dengan iman yang teguh,….

8. Janganlah lupa untuk berdandan bagi suamimu, dengan tatapan yang menyenangkan hatinya seperti yang kau lakukan sebelum perkawinan.

Kid. Agung 4: 9-11 “Engkau mendebarkan hatiku, dinda, pengantinku, engkau mendebarkan hati dengan satu kejapan mata, dengan seuntai kalung dari perhiasan lehermu. Betapa nikmat kasihmu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cintamu dari pada anggur, dan lebih harum bau minyakmu dari pada segala macam rempah. Bibirmu meneteskan madu murni, pengantinku, madu dan susu ada di bawah lidahmu, dan bau pakaianmu seperti bau gunung Libanon

9. Hendaklah engkau tunduk kepada suamimu dengan segenap hatimu dan biarkanlah ia menjadi kepada rumah tangga.

Kol 3: 18 Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan
1 Pet 3:6 “sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman”

Dalam Kej 18 : dikisahkan bahwa Abraham mendapat kunjungan dari 3 orang tamu. Abraham menawarkan kebaikan kepada para tamunya…Abraham sujud dan berkata : "Tuanku, jika aku telah mendapat kasih tuanku, janganlah kiranya lampaui hambamu ini. Biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini; biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali; kemudian bolehlah tuan-tuan meneruskan perjalanannya; sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini." Jawab mereka: "Perbuatlah seperti yang kaukatakan itu." Lalu Abraham segera pergi ke kemah mendapatkan Sara serta berkata: "Segeralah! Ambil tiga sukat tepung yang terbaik! Remaslah itu dan buatlah roti bundar!"..
Coba kita bayangkan seandainya saat itu Sarah menjawab: "buat aja sendiri" Tetapi Sarah tidak menjawab seperti itu karena itu bukan karakter dia. Jawaban seperti itu hanya dijawab oleh ibu-ibu yang suka nonton acara "suami-suami takut Istri", karena mereka mau menjadi kepala dari rumah tangga.

10. Hendaknya anda meyakinkan suamimu dan kepada orang lain bahwa suamimu adalah orang yang terhebat yang pernah anda jumpai.
Fil 2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri

Jadi jangan sampai ada istilah ‘Pinginnya sih tukar tambah”
Kid Agung 5: 9-16

BELAJAR UNTUK MENDENGARKAN

" ... Barang siapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barang siapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barang siapa menolak Aku, ia akan menolak Dia yang mmengutus Aku. " ( Luk. 10 : 16 )


Mendengarkan merupakan pekerjaan atau keutamaan yang paling sulit. Karena itu, banyak orang tidak mampu menjadi 'pendengar' yang baik.
" Barang siapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku ", sabda Yesus. Jika kita tidak mampu mendengarkan sesama kita, kita akan mengalami kesulitan besar untuk mendengarkan suara dan bisikan Tuhan yang bergema di dalam hati kita. Karena itu, hendaklah kita senantiasa meningkatkan dan memperdalam keutamaan 'mendengarkan' dalam kehidupan kita sehari - hari.

Dalam rangka memperdalam dan meningkatkan keutamaan mendengarkan, pertama - tama kita harus dengan rendah hati 'mendengarkan' kata - kata atau tindakan orang lain. kedua, yang kita perdengarkan atau katakan itu hendknya sesuatu yang baik, sehingga bermanfaat bagi diri kita sendiri dan sesama. Mendengarkan atau menyampaikan sesuatu yang baik merupakan wahana untuk dapat mendengarkan 'suara atau bisikan Tuhan' dalam kehidupan kita sehari - hari. Pendengar yang baik dapat menjadi penyembuh bagi sesamanya. Sudahkah aku menjadi pendengar yang baik dalam kehidupanku sehari - hari?
( ry )

PELAYANAN

" Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. karena itu mintalah kepada Tuan uang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja - pekerja untuk tuaian itu " ... ( Luk. 10 : 2 )


Beberapa waktu yang lalu komunitas kami mengadakan retret. Dan yang melayani kami adalah para misionaris dimana mereka hidup fulltime untuk melayani Tuhan. Selama retret berlangsung, saya selalu berpikir dalam hati saya... seandainya saya memiliki pelayanan fulltime seperti mereka, mungkin lebih banyak yang bisa saya lakukan. Mungkin hidup saya akan lebih bermanfaat. Mungkin banyak jiwa yang bisa diselamatkan. Mungkin begini... mungkin begitu... ada banyak kemungkinan yang terpikir dalam benak saya.

Pada akhir retret, kami secara pribadi maju untuk didoakan. Pada saat didoakan, pendoa tersebut mengatakan bahwa Tuhan memanggil saya untuk melayani di dalam keluarga dan di lingkungan kantor tempat saya bekerja. Hal ini menyadarkan saya bahwa untuk melayani Tuhan tidak selalu harus menjadi fulltimer. Dimana pun kita bisa melayani Tuhan. Dimanapun kita bisa menjadi berkat dan memberkati orang lain. Fulltime untuk Tuhan itu baik dan luar biasa. Tapi tanpa menjadi fulltimer pun, kita tetap bisa melayani Tuhan. ( ry )

PILIHLAH YANG LEMAH SEPERTI YANG DIBUAT TUHAN

" SEDANGKAN BARANGSIAPA MERENDAHKAN DIRI DAN MENJADI SEPERTI ANAK KECIL INI, DIALAH YANG TERBESAR DALAM KERAJAAN SORGA " ... ( Mat. 18 : 4 )

Satu kali saya membimbing sekelompok anak SD kelas 3 sampai dengan kelas 6 untuk mengikuti kegiatan rohani. Saya adalah kakak pendamping mereka. saya tinggal bersama mereka selama tiga malam. Pengalaman yang menyadarkan saya betapa pentingnya untuk menjadi 'anak kecil' di hadapan Yesus...
Seorang anak kecil selalu mempunyai kepercayaan. Saya ingat ketika saya berjalan bersama kelompok saya menyusuri jalan setapak dalam satu permainan outbond, salah satu diantara mereka menarik tangan saya dan dengan mata tak berdosa memandang saya dan berkata, " Kak... Saya haus! " Dia tidak peduli kenyataan bahwa kami sedang berada di luar ruangan dan kami tidak membawa air minum. Dia hanya tahu bahwa dia merasa haus dan mengharapkan saya menyediakan minuman yang dia perlukan. Belum selesai saya mencari jalan keluarnya, seorang anak lain menarik tangan saya yang satunya lagi dan juga dengan tatapan mata polos berkata, " Kak... Saya mau pipis. "


Menjadi seorang anak kecil di hadapan Tuhan berarti menjadi orang yang tidak memiliki apapun sehingga kita percaya bahwa Tuhan selalu menjadi penolong kita, pelindung kita dan penopang hidup kita. Sama seperti kedua anak kecil tadi.Tahukah anda menjadi manusia yang lemah di hadapan Tuhan itu bukan hal yang memalukan? Karena Tuhan akan memilih manusia lemah dibandingkan manusia yang kuat. Lemah tetapi memiliki iman yang kuat dan kepercayaan yang tinggi kepada Tuhan. Karena hanya Tuhan- lah sumber kekuatan kita dan hanya kepada Dia - lah kita bersandar.
Banyak diantara kita menyangka bahwa sesama kita yang berkekurangan fisik adalah manusia lemah, tak berdaya dan tidak bisa berbuat apa - apa. tetapi Tuhan berkata lain. Tuhan memakai sesama kita yang berkekurangan fisik itu lebih dahsyat daripada kita. Mengapa?? Karena Tuhan tahu bahwa mereka menyandarkan dan menyerahkan seluruh kehidupannya kepada Tuhan. Tetapi kita tidak!! Kita masih menggunakan kekuatan kita sendiri dan percaya bahwa kita mampu melakukan apapun dengan kekuatan kita. TUHAN TIDAK MENYUKAI ITU!!
Atau mungkin kita seringkali menyepelekan anak kecil. Ketika mereka meminta sesuatu kepada kita, kita kerap kali marah atau bahkan tidak sabar dan sering tidak menghiraukan mereka. Karena kita menganggap mereka lemah, mereka tidak bisa berbuat apapun seperti orang dewasa. Tetapi Tuhan lebih menyukai kita menjadi seperti anak kecil yang polos, selalu meminta apapun kepada Tuhan. Itulah yang Tuhan harapkan dari kita.
Menjadi seorang anak kecil di hadapan Tuhan adalah menarik tangan Tuhan, memandang mata - Nya, dan mengungkapkan kebutuhan kita dengan penuh kepercayaan bahwa Bap kita di surga tahu kita membutuhkan semuanya itu. Maka marilah kita bersama - sama memperbaharui hati, sikap, sifat dan perbuatan kita untuk Tuhan. Jadilah yang lemah tapi memiliki Iman yang kuat dan teguh. Karena Tuhan akan memilih yang lemah diantara yang kuat.
Amin. ( ry )