Mingu Biasa XXVI - Tahun C - 2010

Bacaan
Amos 6:1a.4-7
1Tim 6:11-16
Luk 16:19-31

Homili

Saudara dan saudariku

Injil hari ini menggambarkan jurang yang amat dalam yang ada antara orang kaya dan miskin. Jurang itu nampaknya tak terseberangi. Lazarus, si miskin selalu berada di pintu rumah ornag kaya itu, tetapi selama hidupnya dia tidak pernah dipedulikan. dikatakan bahwa orang kaya itu dikatakan selalu berpakaian ungu dan kain halus. Pakaian ungu pada zaman itu adalah pakaian yang paling mahal. Harganya kira-kira 2 tahun kerja dengan upah normal. Sedangkan Lazarus, pastilah tidak berpakaian karena badannya penuh borok. Juga dikatakan juga bahwa orang kaya itu setiap hari hidup dalam kemewahan, sedangkan Lazarus, untuk makan saja harus menunggu sisa-sisa makanan yang dibuang oleh orang kaya itu. Ini adalah suatu gambaran tentang perpedaan yang mendalam antara orang kaya dan Lazarus yang miskin.

Lalu matilah kedua orang itu. Si kaya masuk ke dalam neraka sedangkan Lazarus masuk surga. Apa yang membuat orang kaya itu masuk neraka? Dan apa yang membuat Lazarus itu masuk surga? Orang kaya itu masuk neraka bukan karena kekayaannnya. Juga Lazarus masuk surga, bukan karena kemiskinannya.

Secara hukum, orang kaya dalam kisah Injil tadi tidak melakukan kesalahan apapun. Dia tidak melukai Lazarus. Dia tidak pernah menganiaya, atau mengusirnya. Ia juga tidak marah-marah kepada Lazarus. Maka menurut semua prosedur hukum, orang kaya itu tidak bersalah sedikit pun.

Tetapi dari segi moral dan kehidupan agama, orang kaya itu bersalah, bukan karena ia melanggar hukum melainkan karena ia tidak berbuat apa-apa. Kita ingat apa yang dikatakan Yesus pada penghakiman terakhir: ”Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku” (Mat 25:42-43).

Saudara dan saudariku
Kita tidak dapat menyebut diri orang baik hanya dengan menghindari perbuatan-perbuaan jahat, melainkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Yesus sendiri pernah berkata: "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat 7:12). Sekali lagi, orang kaya dalam kisah Injil tadi dipersalahkan bukan karena ia melakukan kejahatan melainkan karena ia tidak berbuat sesuatu untuk menolong sesamanya.

Lantas, mengapa Lazarus masuk surga? Itu pun bukan karena kemiskinannya, tetapi kita lihat bahwa walaupun dia miskin, dia tidak pernah mengeluh atau bahkan marah kepada Allah, melainkan senantiasa berharap kepada Allah. Nama Lazarus itu berarti: ”Allah-lah penolongku”.

Dari bacaan-bacaan hari ini, kita diingatkan bahwa hidup ini harus diisi dengan perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kehidupan kekal bagi kita. Hal ini dengan jelas dikatakan dalam bacaan II hari ini: ”kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal.

Saudara dan saudariku
Saya akan mengakhiri renungan ini dengan sebuah kisah imajinatif. semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini.

Ada seorang yang sangat kaya. Pada suatu malam ia bermimpi. Mimpi itu sangat mengganggu. Di dalam mimpinya dia melihat ada begitu banyak pengemis, orang-orang timpang, orang sakit yang tidak bisa lagi berjalan, orang-orang kelaparan. Mereka semua berseru kepadanya untuk memohon bantuan.

Keesokan harinya, ketika ia bangun, ia mulai mengingat mimpinya yang semalam. Dan akhirnya dia memutuskan untuk melakukan sesuatu. Segera dia bersiap...dan sambil mengendarai merecedes....dia ingin mendatangi panti-panti asuhan, rumah-rumah jompo untuk melihat apa yang bisa ia bantu.

Ketika ia keluar dari pintu gerbang rumahnya, dia melihat seorang pengemis duduk di tanah. Pengemis itu mengulurkan tangannya memohon bantuan. Orang kaya itu merasa kasihan dengan keadaan si pengemis itu. Awalnya dia tergerak untuk memberikan sesuatu kepada si pengemis itu, tetapi akhirnya dia menutup kaca jendela mobil dan menyuruh sopirnya untuk jalan terus. Dalam hatinya, dia berkata: ’ah...itu hanya satu orang...dalam mimpi saya semalam kan, terlihat banyak orang. Pasti ada banyak orang yang lebih membutuhkan bantuan saya dari hanya sekedar satu orang itu.

Sepanjang hari itu, orang kaya tadi berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain, dia mengunjugi semua panti asuhan, rumah jompo, rumah-rumah sakit, dll. Dia menyadari bahwa ternyata ada begitu banyak orang yang membutuhkan bantuan. Sore hari, ketika kembali ke rumahnya, pikirannya dipenuhi dengan berbagai macam rencana dan program yang akan ia buat. Hanya saja, dia bingung...harus mulai dari mana. Apakah dia mulai dari panti asuhan? Apakah dia mulai dari rumah jompo? dst....

Ketika ia tiba di depan pintu gerbang rumahnya, dia melihat bahwa pengemis yang ia lihat pagi tadi itu, ternyata masih ada di tempat, masih dalam posisi duduk yang sama. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana mungkin orang itu sepanjang hari duduk di situ di bawah terik sinar matahari yang panas. Sekali lagi dia merasa iba terhadap pengemis itu, tetapi perasaan itu segera ia tepis.

Pada malam berikutnya dia bermimpi lagi. Inti dari mimpinya masih tetap sama, tetapi kali ini, bukan lagi banyak orang yang muncul dan memohon bantuannya, tetapi yang muncul hanyalah satu orang. Dan orang itu adalah pengemis yang duduk di depan pintu gerbang rumahnya. Ketika keesokan harinya dia bangun, dia tahu, mulai dari mana dia harus membantu orang.

Saudara dan saudariku
Ibu Teresa dari Kalkuta pernah berkata: ”cinta itu harus dimulai dari rumah” artinya cinta itu harus dimulai dari anggota-anggota keluarga kita, orang-orang dekat kita, baru setelah itu kepada orang-orang yang jauh. Marilah kita berusaha untuk menunjukkan kasih kita, dengan memulai dari orang-orang yang dekat dengan kita, anggota keluarga kita, rekan se-komunitas kita.......

Anda tak dapat mengabdi kepada Allah dan juga kepada kekayaan


Minggu Biasa ke 25 Tahun C 2010
Pastor Tonny Blikon, SS.CC

Bacaan
Amos 8: 4-7
1 Tim 2: 1-8
Luk 16: 1-13


Saudara dan saudariku
Melalui bacaan-bacaan hari ini, kita bisa melihat bahwa cinta akan uang membuat orang jatuh dalam dosa. Dalam media electronic atau koran, sering kali kita mendengar kasus tentang korupsi. Penanganan mengenai kasus ini pun tidak jelas akhirnya karena orang yang menangangi kasus itu pun nampaknya dibayar dengan jumlah rupiah tertentu. Mereka dibungkam dengan uang.

Dalam bacaan I tadi, nabi Amos mengutuk orang-orang yang rajin ke Bait Allah pada hari Sabbath, tetapi dalam hari-hari selanjutnya mereka justru ‘mencekik’ orang-orang miskin. Nabi Amos mengatakan: “dengarkanlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri dini dan perpikir, ‘kapan bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandung dan kapan hari Sabath berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengcilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu……”

Kapan bulan baru berlalu….kapan hari sabat berlalu. Dalam tradisi Isreal, hari pertama dalam bulan dan hari sabat adalah hari yang dikuduskan bagi Tuhan. Orang tidak boleh bekerja pada hari itu.

Bagi orang-orang yang dikecam oleh nabi Amos tadi, dua hari ini bukan merupakan hari yang menyenangkan...untuk memuji dan memuliahkan Allah, tetapi dua hari yang membosankan. Mengapa? Karena mereka tidak bisa melakukan bisnis kotor mereka.

Berkaitan dengan bacaan pertama hari ini, point pertama yang ingin saya angkat sebagai bahan refleksi kita bersama adalah motivasi kita datang ke gereja ini. Pertanyaannya adalah bagaimana kita telah menggunakan hari-hari khusus yang dikuduskan bagi Tuhan; misalnya hari Minggu dan hari-hari raya sepanjang tahun. Lantas apa motivasi kita untuk datang ke gereja pada hari minggu? Karena kewajiban kah? Masih ingatkan kalian akan pengajaran saya pada hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, tentang pengalaman mistik yang dialami oleh Catalina? Bagaimana Bunda Maria menegur dia karena dia datang ke gereja pada hari minggu karena suatu kebiasaan atau karena peraturan.

Bunda Maria mengatakan: ”mengapa kalian semua harus tiba di saat-saat terakhir? Kalian seharusnya tiba lebih awal agar kalian dapat berdoa dan memohon Tuhan mengutus Roh Kudus-Nya agar Roh Kudus menganugerahi kamu roh damai dan membersihkan kalian dari roh duniawi, kekuatiran, masalah, distraksi agar kalian dapat mengalami saat yang begitu sakral. Tetapi engkau tiba nyaris perayaan hendak dimulai, dan ikut ambil bagian dalam misa seolah misa adalah peristiwa yang biasa, tanpa ada persiapan rohani.”

Motivasi kita datang ke gereja bukan karena 10 perintah Allah, Kuduskanlah hari Tuhan, atau 5 perintah gereja, ”rayakanlah hari yang disamakan dengan hari minggu” tetapi hendaknya kita digerakan oleh rasa cinta yang mendalam akan Allah yang telah lebih dahulu mengasihi kita selama sepekan yang lalu.

Memang...ada banyak umat kita yang tidak bisa datang ke gereja pada hari Minggu, karena mungkin tinggal terlalu jauh dan karena situasi ekonomi..... tetapi ada cukup banyak umat juga yang sebenarnya mampu, malahan punya kendaraan sendiri tetapi hari minggu dijadikan sebagai hari untuk tidur panjang.

Sekali lagi....” Kapan bulan baru berlalu….kapan hari sabat berlalu” mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita telah menggunakan hari-hari yang dikhususkan bagi Tuhan, selama ini.

Point kedua yang ingin saya angkat adalah orang-orang yang dikecam oleh nabi Amos dalam bacaan pertama tadi. Mereka yang mencekik orang miskin. Situasi ini sampai sekarang pun masih terus ada, dengan praktek rentenir. Sudah berulangkali saya sampaikan dari mimbar ini, tetapi nampaknya belum banyak yang berubah. Ada yang pernah SMS saya setelah saya berkotbah tentang rentenir itu. Intinya dia merasa tersinggung....dia mempertanyakan mengapa Rm tidak panggil saya saja? Dan saya coba kontak balik dengan maksud untuk bicara dan menanyakan alamatnya, tetapi dia tidak pernah mau angkat...dan hp dimatikan.

Kalau anda ada di sini, atau siapapun yang melakukan ’pencekikan’ terhadap orang-orang miskin dengan praktek rentenir, Allah bersabda untukmu hari ini melalui nabi Amos: ”Aku tidak akan melupakan unuk seterusnya segala perbuatan mereka”. Apakah anda merasa disapa oleh sabda Tuhan ini? Atau anda bersikap masa bodoh terhadap sabda Tuhan ini.

Dalam kursus KS hari jumad yang lalu saya mengawali dengan sebuah kutipan dari St. Hironimus: ’ignorance of the scripture is ignorance of the Christ’ artinya, kalau anda mengabaikan sabda Tuhan, maka anda sebenarnya mengabaikan Allah. Yesus dalam Injil hari ini mengatakan: ”tak seorang pun dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon’

Cinta akan uang, membuat orang jatuh dalam dosa. Hal ini nampak jelas juga dalam bacaan Injil hari ini.

Ada sebuah kisah. Pada suatu hari seorang yang kaya raya datang kepada seorang rabbi untuk meminta doa dan berkat. Orang itu sekalipun kaya wajahnya lesu. Sang rabbi menyapa dia dengan ramah dan membawa dia masuk ke dalam ruang tamu. Orang kaya itu mensharingkan semua persoalan hidupnya. Setelah itu, sang rabbi membawanya ke lantai dua dan mengajak dia untuk melihat ruangan-ruangan yang ada. Mereka tiba pada suatu jendela. Dari situ mereka bisa melihat pemandangan yang ada di luar. Sang rabbi bertanya kepadanya, apa yang anda lihat di luar sana? Ia menjawab: ’saya melihat ada banyak orang berjalan lewat. Lalu, sang rabbi mengambil sebuah kertas perak dan meletakan di balik kaya itu jendela itu. Kembali sang rabbi bertanya: ’apa yang anda lihat?’ ’saya melihat diri saya’, kata orang itu. Lalu sang rabbi berkata: ’saudaraku yang terkasih, kaya yang kita gunakan ini tetap sama. Tetapi hasilnya sangat berbeda. Ketika tadi anda melihat melalui kaya polos, maka anda melihat orang lain, tetapi jika anda melihat melalui kaya yang sudah dilapisi dengan perak, maka anda melihat diri anda sendiri. Ketika di dalam hidup ini, anda hanya memikirkan soal uang, maka anda hanya memikirkan diri anda sendiri dan tidak melihat orang lain.

Saudara dan saudariku.
Melalui bacaan Injil hari ini, Yesus mengingatkan kita bahwa arti hidup ini tidak ditentukan oleh banyaknya barang yang kita miliki. Secara ekstrim kita bisa mengatakan bahwa barang-barang yang kita miliki sebetulnya bukanlah milik kita. Barang-barang itu adalah milik Allah. Nilai sesungguhnya barang-barang itu tidak terletak dalam mengumpulkannya sebanyak-banyaknya tetapi terletak pada bagaimana kita menggunakan barang-barang itu untuk memperoleh hidup yang kekal. Karena itu kekayaan yang sebenarnya bukan terletak pada apa yang kita miliki melainkan pada apa yang kita berikan kepada orang lain. Membahagiakan orang lain, memberikan arti kepada kehidupan kita.

Marilah sekarang kita mencoba merenungkan makna sabda Tuhan ini dalam kehidupan kita sehari-hari.

Mau jadi kucing atau kerbau?

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC


Mengapa kucing dan anjing itu bermusuhan ? Ceriteranya adalah dahulu kucing dan anjing itu berteman akrab. Pada suatu hari kucing menipu anjing dan membuat anjing marah. Sejak itu, anjing membenci kucing. Kucing pun menjadi takut kepada anjing. Agar anjing tidak dapat mengendus jejak kucing dengan penciumannya yang tajam, sejak itu kucing selalu mengubur kotorannya.

Pesan dari ceritera tersebut adalah dosa membuat kita tidak bahagia. Hidup kita dipenuhi dengan kemarahan dan kecurigaan. Ketika kita membiarkan kemarahan dan kecurigaan, kita semakin menjauh dari sesama. Orang segan bergaul dengan kita yang gampang marah dan gampang curiga. Kita yang membiarkan hidup kita dalam dosa juga akan menjauh dari Tuhan karena merasa tidak bisa berdoa dan tidak pantas mendekatkan diri pada Tuhan.

Akar dari dosa sebenarnya kita tidak mengerti Kitab Suci dan Kuasa Allah : "Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah (Markus 12:24)." Banyak di antara kita jatuh dalam dosa karena kita belum menghayati dan menyerap Firman Allah ke dalam kehidupan kita agar Firman itu mengubah kita. Kita hanya dapat mengerti Firman Allah dengan bantuan Roh Kudus sehingga kita dapat dan rela melakukan-Nya. Ketika kita melaksanakan Firman-Nya, kita mengetahui kuasa Allah yang begitu besar.

Firman Allah yang kita mengerti itu mendorong kita untuk mohon pengampunan Tuhan karena kita yakin bahwa Allah adalah kasih. Kasih dan kebaikan Allah itu diceriterakan dalam Injil bahwa Yesus mencari domba yang hilang sampai dapat menemukannya kembali. Sekalipun kita sudah tersesat, sekalipun kita sudah sangat jauh, Allah tetap mencari kita. Hati-Nya selalu tertuju pada kita. Ia tetap mempedulikan kita. Mungkin orang lain sudah tidak lagi menaruh harapan pada kita, tetapi Allah akan terus mencari kita. "Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut” (Mikha 7:18-19)." Allah adalah Allah yang Maha Pengampun. Ia selalu merindukan kita. Dan Ia akan mengampuni kita.

Syarat supaya dapat diampuni dosa kita adalah pertobatan. Bertobat berarti mengubah cara hidup yang tidak menyenangkan Tuhan. Pengampunan dan kasih Allah bertujuan untuk membawa kita kepada pertobatan.

Kapan kita harus bertobat ? Jangan menunggu sudah tua atau sudah bau tanah baru bertobat. Bisa-bisa kita terlambat. Pertobatan harus terjadi sekarang ini. Sikap kerbau dan kucing bisa menggambarkan sikap kita tentang pertobatan. Kerbau senang berlama-lama di kubangan lumpur. Kucing akan cepat-cepat melompat ketika menginjakkan kakinya sedikit saja ke lumpur. Ketika kita masih senang berlama-lama dalam kubangan dosa, kita disebut Katolik kerbau. Ketika kita cepat-cepat meninggalkan dosa, kita adalah katolik kucing.

Pesan injil hari ini adalah marilah kita menjadi seorang Katolik kucing. Kita tidak membiarkan dosa sekecil apapun melekat dalam diri kita. Kita membersihkan dosa itu dengan menerima Sakramen Pengampunan dosa. Kita hanya dapat bertobat kalau kita mengerti Kitab Suci. Supaya kita mengerti Kitab Suci, saya mengundang seluruh umat untuk mengikuti kursus Kitab Suci yang membahas sembilan Kitab Perjanjian Baru dalam empat pertemuan yang akan saya berikan bersama dengan Pastor Toni, SS.CC (Pastor Paroki St. Odilia – Citra Raya). Kursus Kitab Suci diadakan di Gereja St. Odilia setiap Jumat jam 19.30 sd 21.30 mulai tanggal 17 September – 15 Oktober. Ingat ketika kita bertobat, kita memperoleh sukacita surgawi : "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan” (Lukas 15:7). Tuhan memberkati.

Sucakita Rohani

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Sukacita rohani semakin terasa dalam lubuk hatiku ketika aku usai ikut memberikan retret pengutusan bagi peserta Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) Paroki St. Monika Serpong. Banyak email dan sms yang aku terima dari peserta yang mensharingkan pengalaman akan kemahakusaan dan kebaikan Tuhan. Banyak orang mengalami perjumpaan dengan Tuhan melalui jamahan-Nya, melalui penyembuhan-Nya, melalui ketenangan rohani dalam “Resting in the Spirit/Istirahat di dalam Tuhan”, karunia berbahasa Roh. Aku selama ini termasuk seorang yang mencurigai pengalaman-pengalaman itu sebagai kebohongan dan kesintingan belaka. Tuhan sekarang mencelikkan mataku dengan memperbolehkan aku mengalami sendiri peristiwa-peristiwa ilahi itu. “Tuhan, ampunilah aku karena aku selama ini sok intelektual sehingga tidak mau mengakui bahwa Engkau sanggup melakukan karya-karya diluar pikiran manusia”, itulah kata-kata ungkapan pertobatanku.

Sharing akan anugerah ajaib dari Tuhan yang dituangkan dalam sms dari seorang ibu yang sudah tua dan sangat sederhana (yang tidak pernah mengikuti Persekutuan Doa Kharismatik) sungguh membuka mata imanku. Sharingnya sangat indah dan polos sehingga aku akan merasa berdosa kalau menganggapnya sebagai sebuah rekaan belaka. “Kasih setia-Mu yang kurasakan lebih tinggi dari langit biru. Kebaikan-Mu yang tlah Kaunyatakan lebih dalam dari lautan. Berkat-Mu yang telah kuterima, sempat membuatku terpesona. Apa yang tak pernah kupikirkan, itu yang Kausediakan bagiku. Siapakah aku ini Tuhan. Jadi biji mata-Mu. Dengan apakah kubalas Tuhan. Slain puji dan sembah Kau. Selamat pagi Romo. Saya adalah Elisabeth Is, pengikut retret KEP kemarin yang menerima nyala lilin yang pertama. Romo mencari siapa yang sudah disembuhkan ? Itulah saya Romo yang baru saya sadari jam tiga pagi waktu saya ke belakang sudah tidak ada lagi benjolan yang muncul dari perut saya. Sebetulnya kemarin saya sudah merasakan ada yang aneh di tubuh saya tapi saya kurang pasti . Maaf Romo atas iman saya yang kecil ini yang baru mengetahui kesembuhan saya dari sakit mioma (tumor di dalam perut) dari Tuhan. Semoga Romo Felix sudi kabarkan kabar gembira ini pada umat yang lain dan mohon berkatnya pula besok saya mau pulang ke Yogya. Saya tinggal di Paroki St. Yakobus Bantul dan setiap pagi saya bisa datang Misa tapi belum kenal sama romonya karena dia masih baru. Maafkan saya Romo karena sudah membiarkan Romo mencari saya padahal saya berdiri di samping Romo. Gbu (SMS 30 Agustus 2010 Pukul 5.27 pagi). SMS ibu Elisabeth tanggal 02 September 2010. Romo ini kabar baik. Terimakasih. Saya tidak akan meragukan lagi dengan apa yang terjadi dengan diri saya kemarin. Kemarin begitu saya sampai Bantul siang hari saya pergi ke Rumah Sakit Elisabeth Ganjuran periksa ke dokter Ana dan menyarankan agar saya mengimani apa yang terjadi pada diri saya dengan baik. Hari ini saya pergi ke dokter spesialis kandungan Rumah Sakit Ludiro Husodo dan dokter mengatakan posisi kandungan saya sudah baik. Amin. Tuhan memberkati.

Pengalaman-pengalaman rohani itu tentu mengubah hidup mereka, paling tidak mereka semakin dekat dengan Tuhan dan Tuhan pun hidup di dalam diri mereka. Aku pun semakin mencintai imamatku karena imamatku dianugerahkan Tuhan untuk menyatakan kebaikan-Nya. Imamat semakin bermakna di dalam hidupku.

Perubahan hidup berkat sukacita rohani ini mengingatkan aku akan perkataan Bunda Maria yang kelima : “Nak, mengapa Engkau berbuat demikian terhadap kami ? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau” (Lukas 2:48) dan Sabda Yesus yang kelima di Kalvari : “Aku haus!” (Yohanes 19:28). Pencarian Bunda Maria akan Yesus menggambarkan ciptaan mencari Tuhan. Sementara itu, peristiwa Tuhan Yesus mengalami kehausan di salib menunjukkan bahwa Penciptalah yang mencari manusia (Uskup Agung Fulton J. Sheen. Misteri Tujuh Sabda. Obor. Hlm. 68). Anugerah-anugerah ilahi dalam bentuk apapun merupakan sarana Tuhan mendapatkan jiwa-jiwa umat-Nya. Pertobatan dan kedekatan ciptaan dengan Sang Pencipta memuaskan dahaga Tuhan Yesus “Aku haus!”. Sapaan-sapaan Tuhan memuaskan kerinduan manusia akan Dia.

Aku sekarang tidak akan lagi meremehkan, apalagi melecehkan fenomena-fenomena ilahi yang dipercayai sebagai mujijat Tuhan. Aku lebih baik mensyukuri bahwa banyak umat masih mengalami tindakan-tindakan dasyat Tuhan daripada terjerumus dalam diskusi egois yang menguras energi. Yang penting Nama Tuhan semakin dimuliakan dengan semakin banyaknya orang mengenal dan mengalami kasih-Nya sehingga dapat mengasihi dan melayani Dia dalam diri sesama (Bdk. Kerry & Christ. One Month To Live. Andi. Yogyakarta. Hlm. 7). Satu hal yang aku yakini bahwa Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) merupakan salah satu sarana re-evangelisasi/penginjilan kembali yang efektif di dalam Gereja Katolik. Masalahnya : apakah kita semua mau direpotkan demi kemuliaan Tuhan dan anugerah sukacita rohani ? Jawabannya adalah tergantung pada refleksi yang dilakukan dengan rendah hati. Tuhan memberkati.


Bacaan Rohani

1. Kerry & Christ. One Month To Live. Andi. Yogyakarta. 2008.
2. Uskup Agung Fulton J. Sheen. Misteri Tujuh Sabda. Obor. Jakarta. 2008.