Minggu Biasa XXIX - Tahun C - 2010


Bacaan:
Kel 17: 8-13
2Tim 3:14 - 4:2
Luk 18:1-8

Renungan

Saudara dan saudariku
Beberapa minggu yang lalu, saya bertanya: Siapa yang doanya selalu dikabulkan Tuhan? Ada beberapa yang angkat tangan waktu itu. Saya yakin bahwa ketika memohon, mereka tidak hanya sekali memohon, tetapi berulang-ulang.

Dalam bacaan Injil hari ini kita mendengar perumpamaan tentang hakim yang lalim. Perumpamaan itu disampaikan kepada murid-murid untuk menegaskan bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Intinya adalah adalah Yesus ingin mengajarkan kita mengenai cara berdoa yang baik dan yang berhasil.

Bagaimana cara berdoa yang baik? Cara berdoa yang baik; yaitu doa yang terus menerus, atau ’berdoa dengan tidak jemu-jemu”

Elmar Gulbert pernah berkata: ”doa dapat saya lakukan bukan dengan banyaknya kata-kata, meliankan dengan perulangan”. Kita berdoa hanya kalau kita berkali-kali berdoa, berulang-ulang berdoa atau berdoa dengan tidak jemu-jemu. Orang mencintai doa kalau ia kalau kita sering berdoa. Kalau kita hanya berdoa satu kali atau hanya satu-satu kali, maka kita sebetulnya belum berdoa. Orang yang berdoa hanay satu-satu kali, sebetulnya tidak mencintai doa sekalipun dengan ’borongan’ kata-kata. Berdoa satu kali dengan mengucapkan banyak kata belum berarti berdoa dengan sebenarnya. Berdoa yang sebenarnya atau berdoa yang baik adalah berulang-ulang kali, sekalipun dengan satu kata atau dengan kata-kata yang sama saja bunyinya seperti doa rosario atau taize....

Bagaimana cara doa yang berhasil. Berdoa yang berhasil adalah berdoa yang terus menerus, atau berdoa yang tidak jemu-jemunya. Bukan membacakan sebuah doa mujarab.

Ada yang datang dan mengeluh seperti ini: Pastor...mengapa doa-doa saja tidak dijawab oleh Tuhan? Bukankah Tuhan pernah berka-ta: ”Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau? (Yer 33:3); dan ”Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu? (Mat 7:7).

Pertanyaan-pertanyaan itu baik, bukan untuk menggugat Tuhan. Tetapi pertanyaan itu mengajak kita untuk merenungkan, adakah sesuatu yang keliru atau adalah sesuatu yang menghambat karya Tuhan dalam diri saya, sehingga doa-doa saya kok tidak dikabulkan?

Saya akan mengajak kita untuk melihat beberapa penyebab kegagalan dari doa atau hal yang membuat doa kita tidak berhasil.

Pertama, kita kurang bertekun. Seringkali kita mempunyai semangat berdoa pada saat-saat pertama. Sesudah itu, semangat mulai kendor, terutama ketika doa-doa kita belum terjawab. Dalam bacaan Injil hari ini, nampak bahwa ketekunan merupakan pangkal keberhasilan, termasuk tekun dalam doa.

Ada sebuah kisah. Bagi yang pernah menonton film ’Evan the Almighty” bisa membayangkan kisah ini. Pada suatu ketika Santo Petrus, marah-marah kepada serorang malaikat yang bekerja membantu Yesus pada bagian pengiriman paket ke bumi. Petrus marah karena melihat lorong-lorong surga penuh dengan paket. Para penghuni surga tidak lagi merasa nyaman melewati lorong-lorong itu. Petrus mendekati malaikat itu dan bertanya ’mengapa kamu meletakan paket-paket itu di lorong-lorong, bukankan kita mempunyai gudang yang cukup besar untuk menyimpan semuanya itu? Malaikat itu menjawab: ”Minta maaf Petrus, gudang kita sudah penuh”. Petrus tidak mau kalah. Dia balik menyerang: ”lantas mengapa kamu membuat paket yang begitu banyak?”. Malaikat itu menjelaskan: ”Yesus yang suruh”. Petrus hanya terdiam saja. Setelah itu Malaikat tadi pergi kepada Yesus. Sambi bersujud dia berkata: ”Salam yang Mulia, hamba telah membuat paket-paket sesuai dengan permintaan yang Mulia. Ke manakah paket-paket itu akan dikirim? Yesus menjawab: ”Hamba-Ku yang setia, saya juga jadi bingung nih...ke mana paket-paket itu akan dikirim. Para pemesan paket itu tidak lagi menghubungi saya dan mereka juga tidak minginggalkan alamat pada Saya.

Saudara dan saudariku...
Walaupun kisah ini mungkin dibuat-buat, tetapi pesannya sangat jelas bagi kita. Kita mesti memiliki ketekunan dalam memohon sesuatu pada Tuhan. Tuhan sesungguhnya telah menyediakan paket bagi kita, tetapi paket itu bisa tidak sampai kepada kita karena kita tidak tekun lagi menghubungi-Nya.

Kedua, kita salah berdoa. Kita bisa meminta apa saja kepada Tuhan. Tetapi perlu diingat bahwa berdoa memohon sesuatu bukan sekedar untuk memenuhi hasrat dan kebutuhan kita, melainkan agar kita semakin mampu menanggapi rencana Allah. St. Yakobus mengingatkan kita: ”Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” (Yak 4:2-3). Orang-orang yang disapa oleh rasul Yakobus, dikatakan salah berdoa karena mereka dikendalikan oleh hasrat untuk memiliki sesuatu. Boleh saja kita memohon agar keinginan-keinginan kita tercapai. Tetapi yang terpenting adalah kita mengendalikan keinginan kita. Kerap kita tidak mengendalikan keinginan kita tetapi sebaliknya keinginan kita-lah yang mengendalikan kita. Mengenai hasrat dan keinginan ini, St. Yakobus mengingatkan kita: ”Tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” (Yak 1:14-15)

Orang-orang yang disapa oleh rasul Yakobus, juga tidak memiliki motivasi doa yang benar. Mereka memohon sesuatu hanya sekedar memenuhi kerinduan hari dan memuaskan nafsu mereka. Jika motivasi doa kita tidak benar, maka kita tidak perlu penasaran kalau doa-doa kita tidak terjawab.

Ketiga, mendahulukan kehendak sendiri. Hal ini nampak jelas dalam kitab nabi Hagai 1:3-11. Kisah tentang rombongan kedua umat Israel yang baru pulang dari pembuangan Babel di bawah pimpinan Zerubabel dan Yosua. Sebagai umat yang baru kembali dari pembuangan, masuk akal kalau mereka memikirkan hidup mereka: membangun rumah, bercocok tanam, mencari makanan, bekerja sebagai orang upahan, dll. Bukankah langkah yang diambil oleh umat Israel itu baik?

Kita bisa membayangkan seperti ini: Ada bencana alam...gunung meletus...kita semua mengungsi... letusan itu disertai dengan gempa bumi yang dasyat yang menghancurkan semuanya. Setelah kembali dari pengungsian, pastilah yang kita buat adalah, mencoba merapikan rumah dengan perabot-perabotnya dll. Bukankan langkah yang kita ambil itu baik? Demikian pun bangsa Israel. Langkah yang mereka ambil itu baik, tetapi Tuhan menghendaki lain. Tuhan meminta agar mereka lebih dahulu membangun Bait Suci. Artinya mereka harus menata hubungan mereka dengan Tuhan lebih dahulu.

Doa-doa kita seringkali tidak terjawab karena kita tidak lebih dahulu menata kembali hubungan kita dengan Tuhan. Misalnya melalui sakramen rekonsiliasi. Pelayanan Pengakuan Dosa setiap hari jumad masih sepih... yang datang ya orangnya itu-itu saja.

Keempat, memendam rasa benci dan dendam. Rasa benci dan dendam meracuni seluruh kehidupan kita. Benci dan dendam membuat doa kita tidak berdaya. Yesus sendiri pernah berkata: Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” (Mat 5: 23-24)

Kelima, masih menyimpan dosa.
Pemazmur mengatakan: ”Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar” (Mzm 66:18). Sedangkan nabi Yesaya berkata: ”Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Yes 59:1-2).

Selama kita masih masih menyimpan dosa dalam diri kita, selama itu pula hidup kita kehilangan rahmat. Rahmat itu baru bisa kita peroleh kembali kalau kita sudah bertobat.

Keenam, tidak memiliki belarasa.
Beberapa minggu yang lalu, kita mendengar kisah tentang seorang kaya dan Lazarus yang miskin. (Luk 16:19-31). Ketika mereka sudah berada di alam baka, orang kaya itu menderita dan ia meminta Abraham untuk menyuruh Lazarus menyelupkan ujung jarinya ke dalam air. Dan juga ia meminta supaya Lazarus pergi ke rumah orang tuanya untuk mengingatkan orang tua dan saudara-saudaranya yang masih hidup. Permohonan itu tidak dikabulkan karena ia sendiri semasa hidupnya tidak memiliki belarasa terhada sesama khususnya yang menderita.

Kitab Amzal berkata: ”Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru” (Amz 21:13).

Ketujuh, bimbang. Menurut rasul Yakobus, doa yang disertai dengan sikap bimbang tidak bakal diterima oleh Tuhan. Maka ia menasihati orang bimbang dalam meminta sesuatu kepada Tuhan, demikian: ”Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan” (Yak 1:6-7).

Kedelapan, hanya berdoa tetapi tidak mendengar. Kita perlu mengakui bahwa kita berdoa hanya untuk memohon apa yang kita kehendaki dan lupa bertanya apa yang Tuhan kehendaki dari kita. Pertemuan dengan Tuhan dalam doa, kita kuasai. Kita terus menerus mengutarakan keinginan-keinginan dan keluhan-keluhan kita. Kita tidak berani diam. Ketika kita diam dan mendengar, saat itulah Tuhan menyatakan kehendak-Nya.

Saudara dan saudariku.
Mengapa doa kita tidak terjawab. Mungkin karena salah satu atau lebih dari hambatan-hambatan itu ada di dalam diri kita. Hambatan itu seringkali tidak kita kenali atau tersembunyi di dalam diri kita. Sebab itu, kita perlu meminta bantuan dari Tuhan untuk menunjukkan hambamtan mana yang ada di dalam diri kita. Dan setelah kita kenali, lebih lanjut kita memohon bantuan Tuhan untuk membebaskan kita dari hambatan-hambatan itu. Setelah hambatan-hambatan itu disingkirkan, barulah kita bisa memohon sesuatu dari Tuhan.

Sumber Inspirasi
1. Kitab Suci
2. Mengapa Novenaku belum terkabul?