Minggu Biasa XXXIII_Tahun C_2010

Bacaan

Mal. 4:1-2; 2 2Tes. 3:7-12; Luk. 21:5-19


Pengantar

Saudara dan saudariku
Hari ini adalah hari minggu ke 33 dalam tahun liturgi. Minggu depan kita adalah akhir dari tahun liturgy yang ditandaikan dengan perayaan Kristus Raya semesta Alam. Mendekati akhir tahun litugi ini, gereja mengajak kita untuk berefleksi ataus suatu peristiwa yang pasti akan terjadi, tetapi mengenai waktu dan saatnya hanya Allah saja yang tahu; yaitu tentang akhir dunia. Tujuan dari refleksi atas peristiwa akhir zaman ini bukannya membuat kita takut, tetapi hendaknya membuat kita memilih apa yang tepat dalam hidup ini. Artinya suatu cara hidup yang akan membuat kita mampu menghadapi saat itu dengan penuh iman dan harapan, karena kita tahu bahwa yang akan menghakimi kita adalah Yesus yang kita puji dan sembah dalam perayaan ekaristi ini. Oleh karena itu, dalam perayaan ekaristi ini, marilah kita mohon rahmat untuk senantiasa bisa hidup dalam hadirat Allah. Artinya terus-menerus menyadari kehadiran Allah dalam segala aktivitas yang kita lakukan sehingga membawa kita semakin berkembang dalam hidup rohani. Semoga Tuhan menemukan kita dalam keadaan senantiasa berjaga, ketika ia datang mengambil kita untuk hidup bersamanya di surga.

Homili

Saudara dan saudariku
Bacaan-bacaan hari ini bicara tentang hari kiamat. Beberapa gereja protestan senang sekali dengan tema ini. Dulu pernah ada seminar di gereja tetangga kita tentang ”Kiamat 2012”.

Ada seroang nenek yang dulunya adalah seorang protestan tetapi kemudian menjadi katolik, memberikan wejangan kepada anak-anaknya sebelum ia meninggal dunia: “Sudah sejak saya masih kecil, saya mendengar akhir jaman dikhotbahkan dan ‘diramalkan’. Katanya sudah hampir datang, tetapi ternyata belum juga datang ya! Jadi lebih baik kita serahkan pada Tuhan, sedangkan bagian kita adalah rajin-rajin berdoa dan berbuat baik saja…”

Saya rasa pesan ini sangat bijaksana, sebab jika kita melihat, memang apa yang dikatakan oleh nenek saya itu ada benarnya. Lihat saja, sepanjang sejarah dunia banyak orang telah meneliti ayat-ayat Alkitab untuk menghitung tahun untuk ‘meramalkan’ akhir jaman, lalu muncullah perkiraan, mulai dari tahun 200, 380, 838, 1000, 1260, 1533, 1844, 1914, 1988… hanyalah sekedar contohnya, tetapi tak ada satupun yang benar. Memang akhir zaman adalah suatu misteri. Kita tak akan mungkin dapat mengetahuinya secara tepat, dan pasti tidak mungkin kita ketahui sampai pada saatnya. Namun, ada banyak hal yang dapat kita ketahui tentang kedatangan Yesus yang kedua ini, dan jangan sampai kita tidak mau tahu tentang hal ini.

Berkaitan dengan akhir zaman itu, Yesus dalam bacaan Injil hari ini berkata: ”Kalau kamu bertekun, kamu akan menyelamatkan hidupmu.”

Seringkali dalam hidup ini, kita menyampaikan maksud kita dengan mengungkapkan apa yang sebaliknya, atau dalam kalimat negasi. Saya kasih satu contoh kalimat negasi tersebut.

Seorang ibu berkata kepada anaknya: “Manda….kalau kamu belajar keras sepanjang tahun ini dan tahun depan lulus dengan nilai yang baik, maka mama akan membelikan kamu sepeda baru.”. Dengan kata lain, jika anak itu tidak belajar dengan baik dan tidak lulus dengan hasil yang memuaskan maka ia pasti tidak akan mendapat sepeda sebagai hadiah kelulusannya.

Saudara dan saudariku
Orang nampaknya lebih menangkap maksud dan isi suatu pesanan kalau itu dikatakan dalam suatu kalimat negasi atau kebalikannya. Berkaitan dengan itu, dalam Injil hari ini - sekali lagi - Yesus berkata: “Kalau kamu bertekun, kamu akan menyelamatkan hidupmu.” Di sini kita bisa menangkap maksud Yesus bahwa ‘jika kita tidak bertekun maka kita kehilangan hidup.

Saya ingin mengajak kita untuk memperhatikan perkataan Yesus tadi: “Kalau kamu bertekun, kamu akan menyelamatkan hidupmu.” Kalimat ini menggarisbawahi dua hal penting. Pertama, soal bertekun. Kedua, soal keselamatan jiwa. Hal yang pertama itu penting supaya yang kedua bisa terpenuhi.

Saudara dan saudariku
Apa saja yang perlu kita tekuni di dalam hidup ini agar bisa memperoleh keselamatan? Bacaan-bacaan hari ini menjawabi pertanyaan itu dan sama-sama memberikan penegasan soal pentingnya bertekun. Dalam bacaan I kita mendengar soal pentingnya tertekun di dalam kebenaran. Dalam bacaan II, kita mendengar soal pentingnya bertekun dalam meneladani orang-orang kudus. Dalam bacaan Injil menegaskan pentingnya bertekun dalam iman. Untuk merangkum semuanya itu, saya bisa mengatakan dalam satu kalimat: “Kita harus bertekun untuk hidup secara benar di dalam iman melalui teladan para kudus.

Saudara dan saudariku
Saya mau mengajak kita untuk melihat khusus bacaan II hari ini. Dalam bacaan II tadi
kita mendengar, rasul Paulus mengecam umat yang salah meniiru teladan orang-orang kudus. Nampaknya umat di Tesalonika percaya bahwa tidak lama lagi, akan datang hari kiamat sehingga mereka tidak mau lagi bekerja, tidak melakukan apa-apa lagi. Mereka hanya menunggu. Kepada mereka, Paulus berkata: “siapa yang tidak bekerja, janganlah ia makan.”

Bagi Paulus, hidup dalam kemalasan membuat hidup ini terasa membosankan. Orang yang tidak bekerja gampang terlibat dalam obrolan-obrolan yang tidak berguna, misalnya suka gossip, fitnah, dan menyebabkan perpecahan di dalam jemaat.

• Ams 26:14 = seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya.
• Ams 21:25 = si pemalas dibunuh oleh keinginannya karena tangannya enggan bekerja.
Dengan tidak bekerja, mereka mengabaikan kemuliaan Allah yang nampak dalam pekerjaan manusia.


Kepada orang-orang yang malas, Rasul Paulus memberikan peringatan dan nasihat dalam nama Yesus supaya tetap tenang melakukan pekerjaannya. Setiap orang harus hidup dari usahanya sendiri dan bukan dari pendapatan dan kekayaan orang lain.

Saudara dan saudariku
Apa yang harus kita lakukan jika akhir dunia itu datang esok hari? Mungkin ada baiknya kita mengingat kisah kuno yang sering dikaitkan dengan St. Fransiskus Assisi, walaupun mungkin ini hanya sekedar legenda. Ada orang yang bertanya kepadanya demikian, “Apa yang akan kamu lakukan kalau besok kiamat?” Pada waktu ia sedang mencabut alang-alang di kebunnya. Lalu ia menjawab dengan cepat, “Aku akan menyelesaikan mencabut alang-alang ini dari kebunku.” Ini adalah jawaban seseorang yang yakin bahwa ia telah berusaha melayani Tuhan, sehingga tidak takut menghadapi akhir dunia. Jika Tuhan Yesus datang kembali, ia hanya berharap akan mendengar Yesus berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia.” (Mat 25:21). Tentu, karena hidup St. Fransiskus yang selalu melaksanakan perbuatan yang ditugaskan kepadanya dengan setia, dengan mata hati terarah kepada Tuhan.

Saudara dan saudariku
Jawaban Fransiskus tadi: “Aku akan menyelesaikan mencabut alang-alang ini dari kebunku.” Apakah kita dapat mengatakan demikian, jika pertanyaan itu ditujukan pada kita. St. Fransiskus tidak mengatakan: ”Saya akan cepat-cepat ke kapel dan menghabiskan waktu yang tersisa ini dengan berdoa” Yang menjadi pertanyaannya adalah: Apakah kita sudah melakukan pekerjaan kita dengan setia sesuai dengan panggilan hidup kita? Apakah kita sudah berusaha melakukan kehendak Tuhan? Belajar dari St. Fransiskus, maka mari kita melakukan hal yang serupa, yaitu mencabut alang-alang dalam kebun hati kita, yaitu mencabut ajaran-ajaran yang keliru tentang akhir jaman, dan mengisinya dengan biji kebajikan, iman, pengharapan dan kasih. Semoga dengan demikian, kita dapat melihat akhir jaman dalam perspektif iman, sebab kita percaya, bahwa akhir jaman akan membawa kita, orang-orang yang percaya, kepada kepenuhan janji Kristus, yaitu keselamatan kekal dan persatuan dengan Allah yang tak terbatas. Maranatha, datanglah, ya Tuhan Yesus!