Minggu Advent III-Tahun A-2010

Bacaan:
Yes 35:1-6a.10
Yak 5:7-10
Mat 11:2-11

Pengantar

Pada Minggu Ketiga Adven atau dikenal sebagai "Minggu Sukacita" - St Paulus mengajak kita untuk bersukacita. Dia mengingatkan kita untuk menyingkirkan dari hati kita segala kecemasan dan ketakutan, karena Tuhan sudah dekat

Dalam Injil nanti,, St Yohanes Pembaptis mendesak kita untuk bermurah hati, bersikap adil dan senantiasa mengarahkan pikiran kita kepada pelayanan. Inilah hal-hal praktis yang mesti kita bangun sebagai persiapan kita untuk menyambut Natal. Dalam masa penantian yang penuh harapan ini, marilah kita semakin bersikap terbuka untuk menyambut Yesus. Inilah sikap dasar yang paling penting, yang ingin Yesus temukan di dalam diri kita sehingga pada natal nanti, Ia dapat membawa suatu pembaharuan dalam diri kita; suatu kelahiran baru yang tentu sangat kita harapkan.

Homili

Saudara dan saudariku.
Dalam bacaan Injil tadi kita mendengar bahwa Yohanes Pembaptis telah dipenjarakan. Kita semua pasti tahu alasan mengapa ia dipenjarakan. Menurut sejarawan Yahudi, Yosefus Flavius, penjara itu berada di benteng istana Machaerus, yang dibangun oleh Herodes Agung yang letaknya di pegunungan curam Moab dekat dengan laut tengah pada pesisir Laut Mati. Ketika berada di dalam penjara, Yohanes Pembaptis terus mengikuti perkembangan Kerajaan Allah yang kedatangannya telah ia mulai. Ia mendengar banyak hal yang dilakukan oleh Yesus, sehingga ia mengirim para muridnya untuk kepada Yesus: “Engkaukah dia yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?”

Yesus tidak menjawab pertanyaan itu hanya dengan mengatakan: “YA” atau “bukan” tetapi dia menjawab dengan sebuah cara dimana Yohanes Pembaptis dapat mengerti: “Pergilah dan katakankanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan apa yang kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang misin diberitakan kabar baik”

Setelah murid-murid Yohanes pergi, Yesus mulai berbicara tentang Yohanes dengan mengajukan pertanyaan kepada orang banyak: “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Apa yang ingin kalian lihat di padang gurun?

Tentu mereka ke sana untuk mendengarkan pewartaan Yohanes Pembaptis dan menerima pembaptisan demi pengampunan dosa.

Saudara dan saudariku
Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Apa yang ingin kalian lihat di padang gurun? Pertanyaan ini pernah ditanyakan lebih dari 2000 tahun yang lalu dan terus mengema hingga saat ini. Pertanyaan ini sangat penting untuk setiap kita saat ini.

Dalam konteks kita sekarang, untuk apa kamu datang ke gereja? Apa yang ingin kalian lihat? Apa yang ingin kalian dengar? Atau lebih jauh lagi, ketika memutuskan untuk mengikuti Kristus, apa sih yang kita cari?

Ada sebuah kutipan yang menarik untuk kita renungkan bersama:

When I say, I am a Christian, I am not shouting “I have been saved but I am whispering “I get lost that’s why I chose this way.

When I say, I am a Christian, I don’t say with human pride but I am confessing I stumble-needing God to be my guide.

When I say, I am a Christian, I am not trying to be strong but I am professing that I am weak and pray for strength to carry on.

When I say, I am a Christian, I don’t wish to judge. I have no authority… I only know that I am loved.


Saudara dan saudariku
Dengan dibaptis, tidak serta merta membuat anda dan saya menjadi seorang Kristen. Itu sama seperti memiliki sebuah piano di rumah tetapi anda bisa memainkannya.

Pagi tadi saya BBM seseorang, ‘apakah yang kamu cari sebagai murid Yesus? Dia menjawab: “Bisa mengikuti sikap sebagai murid Yesus yang baik”

Yesus berkata: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yoh 8:31-32).Juga dalam Yoh 13: 35 Yesus berkata: “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi”.

Jadi menjadi murid Yesus berarti mengikuti ajaran Yesus. Dkl, orang Kristen itu berarti orang yang mempraktekan seluruh ajaran Yesus.

Saudara dan saudariku yang terkasih.
Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Apa yang ingin kalian lihat di padang gurun? Kita orang Katolik perlu bertanya kepada diri kita sendiri: Apa sih yang ingin saya dengar? Apa sih yang ingin saya cari dalam hidup ini?

Apakah kita ingin mendengar tentang kebenaran, apakah kita bersedia mengubah cara hidup kita secara radikal?

Apakah kita mau mendengar pewartaan Yohanes Pembaptis: “Bertobatlah sebab Kerajaan Allah sudah dekat…. Ratakanlah jalan bagi Tuhan dan persiapkanlah jalan bagi-Nya” dan bersedia mengubah cara hidup kita?

Ataukah kita kita adalah orang tidak terlalu serius menanggapi pewartaan Yohanes Pembaptis. Sama seperti orang farisi dan ahli taurat yang juga pergi ke padang gurun tetapi tidak menanggapi dengan serius seruan Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis sebetulnya telah menegur mereka dan meminta mereka untuk bertobat tapi mereka tidak mau.

Saya tertarik dengan status FB dari seorang pada tanggal 27 November yang lalu: ”besok udh minggu adven 1..... kita sdh memasuki masa penantian dan tentu masa pertobatan untuk menyambut natal yang sukacita....... ayooooo bertobat."

Besar harapan saya bahwa kalimat itu tidak menjadi kalimat yang kosong.

Saudara dan saudariku
Kalau kita mau disebut sebagai pengikut Kristus, kalau kita mau disebut sebagai orang Kristen, Katolik...maka kita harus menjalani cara hidup yang kita sebut sebagai pertobatan yang terus menerus. Apakah kita mau menerima cara hidup ini?

Saudara dan saudariku
Sekarang saya mau bertanya: apakah anda mau mendengar suara nabi yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskanlah jalan baginya?

Mau?

Padang gurun itu adalah hatimu. Sang nabi berseru dari kedalaman hatimu : “bertobatlah" Suara itu berseru : Berbaliklah dari dosamu dan kembalilah kepada Tuhan. Suara itu berseru: carilah Tuhan dengan hati yang sabar.

Yesaya 55 :6 mengatakan “Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui, berserulah kepada-Nya selama Ia dekat”

Saudara dan saudariku…
Jika kita mau melakukan semuanya ini maka sebagaimana nabi Yesaya dalam bacaan pertama tadi mengatakan: “padang gurun dan padang kering akan bergirang”

Inilah yang ingin gereja katakan kepada kita pada hari minggu ini, yang disebut sebagai Minggu sukacita…..karena itu, lilin advent yang ketiga.

Kita sudah berada di tengah masa advent ini....karena itu marilah kita menanggapi dengan serius seruan nabi ini, sehingga pada perayaan natal nanti, padang gurun hati kita yang kering boleh bersukacita menyambut Sang Raja di dalam hati kita. Amen.

Renungan Kedua Novena Bunda Pembantu Abadi

Bacaan
Lukas 1:26-38

Renungan
Dalam sejarah keselamatan Maria menempati peranan yang penting. Maria menempati posisi kunci yang menghantarkan Sang Putera untuk menebus manusia. Oleh karena posisinya yang sangat penting itulah mengapa Maria dipersiapkan sejak awal mula untuk mengandung YESUS yang adalah ALLAH. Hal ini berkaitan dengan perayaan hari rabu kemarin, yaitu Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa.

Dalam bacaan Injil tadi, Malaikat Gabriel berkata kepada Maria: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungimu; sebab itu Anak kudus yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” ( Luk 1:35). Roh tak bisa menaungi orang berdosa. Hanya Maria-lah satu-satunya manusia yang dinaungi oleh Roh Kudus. Inilah keistimewaan Maria. Keistimewaan itu didasarkan bahwa sejak awal mula Maria telah dipersiapkan untuk mengandung Yesus, yang adalah Allah. Untuk menyimpan sabda Allah orang memerlukan tempat yang terbaik, yang dipersiapkan sedemikan rupa. Maria adalah Tabut Perjanjian Baru.

Gereja Katolik percaya Maria dikandung tidak bernoda dosa asal karena Maria mengandung Yesus sang sabda yang menjadi Manusia. Kita tahu bahwa Allah tidak mungkin bersatu dengan dosa karena Allah adalah Kudus dan jika kita tidak suci maka kita tidak akan melihat Allah (Ibrani 12:14) apalagi Maria yang harus mengandung Allah yang menjelma menjadi manusia.

Pada Lukas 1:28 "engkau yang dikaruniai" menurut salah seorang Bapa Gereja yang bernama Origenes kata dikaruniai hanya diberikan kepada Maria hal itu dikarenakan Maria dibebaskan dari noda dosa sehingga ia layak menyandang gelar "yang dikaruniai" dosa asal dan dosa pribadi menghalangi orang untuk menerima Karunia sedangkan pada Maria mendapat gelar "yang dikaruniai".

Kalau kita selidiki KS, kata ‘yang dikaruniai’ ini hanya ada dalam Luk 1:28 dan itu hanya ditujukan kepada Maria. Martin Luther (Tokoh Reformasi Protestan) mengatakan: "She is full of grace, proclaimed to be entirely without sin - something exceedingly great. For God's grace fills her with everything good and makes her devoid of all evil." (Personal {"Little"} Prayer Book, 1522).

Artinya: "Maria adalah penuh rahmat, dan tanpa noda dosa. -. Sesuatu rahmat yang sangat besar karena kasih karunia Allah memenuhi dia dengan segala sesuatu yang baik dan membuat dia bebas dari segala kejahatan”

Oleh karena itu, gereja Katolik percaya bahwa Maria dipersiapkan dari awal mula untuk mengandung Yesus sang sabda. Dalam Yer 1:5 "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau…". Allah tentu telah mengenal dan mengetahui bahwa Maria akan mengandung sang Sabda tentunya Maria dipersiapkan sebaik mungkin oleh Allah.

Sekalipun demikian, Maria tetapi menyadari bahwa dirinya tetap membutuhkan penyelamat. Itulah sebabnya di dalam magnificatnya ia mengatakan: "hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,"

Putera Puteri Maria yang terkasih.
Berbeda dengan Bunda Maria, kita semua sangat rentan untuk jatuh dalam dosa. Akibat dari dosa pertama adalah keterasingan dari Allah. Seperti Adam dan Hawa, orang akan meniru perilaku mereka yaitu bersembunyi tatkala jatuh dalam dosa dan melarikan diri dari Tuhan seperti domba yang tersesat. Padahal, Bapa kita di sorga tidak mau seorang pun dari anak-anak-Nya hilang (Mat 18:14).

Ada sebuah kisah nyata yang terjadi di Chili. Kisah ini saya ambil dari majalah Ave Maria. Kisahnya begini: Pada suatu hari, datanglah seorang ibu kepada seorang imam dan menceritakan kepada iman itu, bahwa tetangganya adalah seorang gadis muda yang miskin, hidup dalam dosa dengan seorang bajingan yang telah menggoda dia.

Pastor itu lalu memberi dia sebuah medali Bunda Maria Pembantu Abadi, dan menyuruh dia membawanya pada si pendosa yang malang itu, dan supaya berusaha sekuat tenaga untuk membawa si gadis yang malang itu kepadanya. Ia berharap agar Bunda Maria menarik jiwa itu dari jurang dosa.

Keesokan harinya, ibu itu datang lagi dan mengatakan kepada Pastor itu: “Pastor, gadis muda itu mengambil medali yang Pastor berikan dan aku telah membawa dia kepadamu, inilah dia orangnya.”

Pastor itu mengetahui dari seorang yang lain bahwa bahwa orang tua gadis itu tinggal cukup jauh, di kota lain dan juga bahwa gadis muda ini digoda oleh seorang yang malang yang telah mengikuti dia untuk waktu yang lama. Gadis itu lari dari rumah dan hidup tanpa kendali dengan pria itu di suatu tempat di mana ia tak dikenal, supaya ibunya tidak dapat menemukannya.

Pastor itu lalu meminta gadis itu berjanji untuk memikirkan jiwanya, untuk merubah hidupnya dan menjelaskan kepadanya, bahwa ia dapat saja menghindari usaha pencarian ibunya, tetapi Allah dapat melihatnya di mana-mana dan dari mata Allah ia tidak dapat menghindar.

Pastor itu akhirnya membujuk gadis itu untuk meninggalkan kehidupannya yang penuh dosa dan sekali lagi kembali kepada Allah, karena Bunda Maria Pembantu Abadi telah menyentuh hatinya.

Hanya satu kesulitan yang menghalangi dia, yaitu ketakutan untuk pulang ke rumah karena ia berpikir bahwa ibunya tidak akan mengampuni dia dan menerima dia kembali.

Pastor lalu memanggil ibu dari gadis tadi, sepertinya ia mempunyai sesuatu yang penting untuk disampaikan pada dia. Setelah menerima pesan, ibu itu datang pada pastor itu, dengan sangat sedih hati dan bingung.

Pastor menerangkan alasannya mengapa ia memanggilnya, pertama-tama si ibu yang malang itu hanya dapat menjawab dengan air mata saja dan sedu sedannya. Dan Pastor sangat terharu ketika ia mendengar si ibu berkata : “Pastor, ini benar-benar mukjizat dari Bunda Maria Pembantu Abadi. Putriku meninggalkan rumah, aku telah berusaha mencarinya, tetapi sia-sia. Aku lalu memohon kepada Bunda Maria Pembantu Abadi, ‘Bunda Pembantu Abadi, hanya engkaulah yang harus membawa anakku pulang. Engkau harus mengembalikannya kepadaku.’ Dan hari ini dia mengembalikanya kepadaku dan di sinilah, di tempat kudusnya.”

Gadis malang itu lalu mempersiapkan diri untuk melakukan pengakuan dosa yang baik, kemudian pulang ke rumah bersama ibunya. Keduanya sekarang penuh suka cita, bersyukur dan memuji Bunda Maria Pembantu Abadi yang dengan cara Ilahi telah mempersatukan mereka kembali.

Marilah kita memohon kepada Bunda Maria Pembantu Abadi agar berkenan mendoakan diri kita sehingga memperoleh kekuatan untuk kembali kepada Putera-nya melalui Sakramen Tobat. Maria, yang secara sempurna dibentuk oleh Allah dengan dikandung tanpa tercemar dosa sedikit pun, akan menolong kita memperbaiki dan merubah diri kita yang telah dinodai dosa.

Eksorsisme, Pengalaman yang Tak Terlupakan

Pengantar dari editor:

Terima kasih, Romo Santo. Alangkah luar biasa kesaksian Romo ini, dan kami bersyukur Romo mau membagikannya kepada kami semua. Kesaksian Romo semakin menguatkan iman kita, bahwa Tuhan hadir di dalam Gereja-Nya terutama di dalam Sakramen Maha Kudus. Secara khusus, Kristus menyertai para imam-Nya, dan sakramen Imamat yang diberikan kepada mereka merupakan rahmat tak ternilai yang diberikan kepada semua orang percaya. Sebab melalui para imamNya, Tuhan menjaga dan melindungi GerejaNya.

Pengalaman Romo Santo ini menjadi bukti akan sabda Tuhan kepada para murid-Nya, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surge. (Mat 18:18)….”Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu sampai kepada akhir jaman.” (Mat 28:20). Sungguh ada kuasa dalam nama Yesus, yang mematahkan segala ikatan kuasa jahat. Sebab “dalam nama Yesus, bertekuk lutut segala yang ada di langit dan di bumi, dan segala lidah mengaku “Yesus Kristus adalah Tuhan” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:11) Terpujilah Allah Bapa dan Putera Raja semesta alam, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, bersama semua para malaikat dan para orang kudus-Nya. Biarlah kekuatan surga dan kerajaan Allah semakin meraja di seluruh bumi!

Pengalaman tak terlupakan

Saudara-Saudari terkasih, dan para imam yang terhormat. Rasa hati saya masih menggelegak, bergetar, tremendum-fascinoscum oleh pengalaman pertama saya melakukan eksorsisme. Pertama-tema saya mengucapkan terima kasih kepada Bruder Yohanes FC yang telah pernah memposting teks resmi mengenai doa exorcism dari Vatikan ke milist komunikasi KAS. Saya sempat membacanya sambil lalu waktu itu, namun puji Tuhan, saya dapat ingat akan apa yang tertulis di postingan bruder ketika harus menghadapinya sendiri. Melalui pengalaman saya melakukan eksorsisme, sayapun semakin bersyukur atas rahmat Sakramen Imamat kepada Gereja, yang ternyata memang menjadi sasaran tembak utama setan namun sekaligus juga alasan ketakutan setan.

Panggilan menjelang tengah malam

Kisahnya demikian: Pada hari Sabtu, tanggal 27 November 2010, saya mendampingi rekoleksi OMK (Orang Muda Katolik) Stasi Tambun paroki Bekasi di Cipanas. Dewan Stasi dan Paroki turut mendampingi. Acara berlangsung dengan baik dan inspiratif sampai malam hari. Setelah acara api unggun, semua peserta dan penyelenggara bersiap untuk tidur. Sayapun masuk ke kamar saya. Baru saja saya jatuh tertidur, pintu kamar saya diketuk. Saudari Marta dan Anton serta beberapa orang yang lain memberitahu saya, bahwa di Cibulan di daerah bawah Cisarua, ada sekelompok Mahasiswa KAJ dekenat Timur yang sedang rekoleksi, dan mereka membutuhkan bantuan imam untuk menghadapi empat orang mahasiswi yang sedang kesurupan. Satu orang di antara mereka bahkan telah menghilang dan tidak ada di villa. Romo pendamping yakni Rm. Hari Sulistyo sudah pulang dan tidak akan kembali lagi ke sana.

Saya terhenyak. Pikiran saya langsung bekerja: jarak antara Cipanas hingga Cibulan adalah sekitar 15 Km. Cukup jauh. Menjelang pukul sebelas malam begini pula…. Namun hati saya tergerak untuk menolong. Akhirnya saya memutuskan untuk berangkat ke sana disertai oleh Martha dan Anton. Sambil mengemudikan mobil, saya mengingat kembali postingan bruder Yohanes dalam milist, apakah ciri-ciri orang kerasukan setan dan perbedaannya dengan orang yang mengalami stress berat/depresi. Lalu saya berpikir, ah, jangan-jangan mereka hanya depresi saja. Biasanya perempuanlah yang suka kesurupan, dan benar juga, perempuanlah yang dikatakan kesurupan malam ini. Jujur saja, sebenarnya saya termasuk golongan orang yang skeptis dalam urusan semacam ini. Maksud saya datang hanyalah sekedar menenangkan anak-anak itu saja. Kehadiran pastoral sajalah, demikian pikir saya. Namun demikian, saya tetap mencoba mengingat- ingat kembali teks itu. Kebetulan handphone BB saya hang setelah tersiram air teh di gerbong kereta api saat saya kembali dari Jogja ke Jakarta hari Jumat dinihari kemarin. Karena itu, saya tidak dapat membuka kembali teks dari milist itu. Saat itu saya tak punya pilihan lain, selain berusaha mengingat- ingat sendiri saja, sambil berbincang-bincang dengan Anton dan Martha.

Villa tua, tempat si jahat beraksi

Sesampainya kami di villa tua itu, terlihat para “pasien” sudah terlentang dan tengkurap tidur. Mereka dipisahkan di tiga tempat. ’Pasien’ yang hilang sudah ditemukan. Menurut berita, ia kini berada di kamar atas. Dari keempat anak itu, ada satu orang yang kata mereka paling kuat. Karena villa itu tidak dikelola Gereja dan bukan tempat khusus retret, maka reaksi spontan orang sekitar villa adalah memanggil Pak Kiyai/dukun setempat. Mbah dukun itu sudah dipanggil sejak pukul tujuh malam tadi dan gagal, lalu pulang. Kata mbah dukun, jenis ini bukan yang dia ketahui. Mereka memanggil pula pak Pendeta Protestan dari gereja terdekat. Namun kata mereka, Pak pendeta juga menyatakan tak sanggup pula, lalu pulang. Terlihat para mahasiswa masih menggenggam rosario dan berdoa bersama. Ada salib besi tergeletak di sofa. Pasien terparah itu adalah seorang perempuan berperawakan kecil saja. Ia tergolek tengkurap di sofa, ditunggui oleh teman-temannya. ”Ia sudah tidur”, demikian kata mereka. Karena kondisi sudah tenang, saya spontan memutuskan: ”Ya sudah saya kembali saja, kan anaknya sudah tidur… ” Tetapi beberapa mahasiswa meminta saya melihat dulu kondisi gadis yang terparah itu. Kata mereka, tadi dia kuat sekali. Delapan orang mahasiswa lelaki yang kuat pun dia hempaskan. Rosario yang mereka kalungkan di lehernya ia putuskan, dan ia lemparkan ke halaman. Anehnya, rosario itu kemudian mereka temukan berada di WC villa. Salib besi itu juga telah ia ludahi. Kata mereka, suaranya pun berubah seperti bukan suara gadis itu. Hhmm… Masih dengan agak skeptis, saya mendekatinya.

Kuncinya: jangan berkompromi dengan setan

Terlihat badan gadis itu tengkurap, mata terpejam separuh. Dari situ terlihat manik matanya…. melihat ke arah mata saya… Aneh… Saya agak tersinggung. Lha kok dia melirik ke saya terus. Kepalan tangannya menggenggam erat. Saya duduk di sofa yang sama, dekat punggungnya. Ia mengais punggung bawah sambil keluar bunyi desis dari mulutnya, sampai bajunya terlihat sobek sedikit. Desisnya berbunyi ”panasss” …..Lalu, saya nekad… Saya pegang tangannya. Ia memberontak. Saya buka genggaman tangannya, dia melawan dengan sebaliknya. Posisinya masih menelungkup. Saya ingat postingan teks dari bruder Yohanes. Ciri kerasukan setan yang membedakannya dari depresi antara lain adalah, jika disebut nama Malaikat Agung Santo Mikael, atau nama Para Kudus, juga Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus, maka ia tentu akan bereaksi dengan keras. Agak skeptis, namun tetap dengan memegang erat jari-jari kaku yang mencekam dari anak itu, saya katakan dengan suara wajar namun jelas terdengar, ”Keluarlah dari badan anak ini! Dalam nama Yesus Kristus Tuhanmu, serta Malaikat Agung Santo Mikael yang kepadanya kamu membangkang, keluarlah”. Namun reaksi anak itu begitu mengejutkan kami semua, termasuk saya sendiri. Dengan gerakan cepat dan tak terpahami dari sudut mekanika badan manusia, ia berkelit langsung menatap wajahku, face to face, eyes to eyes….Ia mendesis menatap lurus ke mata saya, matanya penuh kebencian… Lalu dia berkata: ”Jangan sebut nama itu! Itu musuh kami!”. Dia bertanya : ”Apakah kamu takut, Bapa?” Saya menjawab, ”Kamulah yang takut!” Kemudian, dengan tatapannya yang tajam dia bertanya, ”Mengapa Bapa mengusir saya? Saya juga anak Tuhan. Kalau tidak, tentu saya tidak ada!” Segera kujawab, ”Kamu anak Tuhan yang tidak taat, sombong. Mengapa kamu memasuki anak ini?” Namun setan itu menjawab enteng saja, ”Tempat ini nyaman. Saya mau pergi asalkan anak ini kubawa. Saya telah menambah penyakit pada dirinya, meremas alat cernanya, dan membunuhnya. Itu salah Bapa kalau Bapa memaksakan kehendak”. Saya tidak mau diajak tawar menawar dengan setan. Maka saya menjawab: ”Tidak ada kompromi. Kamu tidak bisa membunuh anak ini dan tidak akan mampu membawa nyawanya”. Setan inipun menantang saya dengan mengatakan bahwa ia tidak takut pada imamNya, tidak takut pada Sakramen dan tidak takut pada Yesus, karena dia juga mengaku sebagai anakNya.

Pergumulan dari tengah malam sampai dini hari

Maka sejak pukul 23.45 hingga memasuki hari Minggu dini hari, saya dan para mahasiswa Katolik di sana bergumul untuk mengusir setan dari anak itu. Ia yang kesurupan itupun berubah dari waktu ke waktu. Kadang-kadang suaranya berubah menjadi lembut bak wanita cantik, namun kemudian menjadi ganas. Kadang ia tertawa ngikik, kadang menantang, kadang merunduk sok kalah. Kadangkala ia merajuk minta dikasihani. Anak itu muntah-muntah berkali-kali. Kadang setan melepaskan anak itu, lalu masuk lagi. Ketika anak itu dilepas, si anak mengeluh, ”Romo, saya tak kuat, badan saya dan usus serta lambung sakit semua. Saya mau mati saja, dan takut”. Kami menguatkan agar ia berani melawan. Ternyata si anak ini juga diberitahu oleh setan bahwa Romo akan dibunuhnya jika anak itu tidak taat padanya. Maka si anak merasa lemah, karena tak mau Romo diapa-apakan oleh setan.

Namun, yang paling mengejutkan ialah, walaupun setan itu dapat keluar meninggalkan anak itu tetapi selang beberapa menit, namun kemudian setan kembali memasuki anak itu dengan jumlah yang makin banyak. ”Kami ini Legion”, katanya jelas sekali. Ia fasih berbahasa Inggris dan Jawa. Hal ini terjadi ketika saya mengajak dia berdialog dalam bahasa Inggris dan Jawa, sekedar mengetes apakah itu benar-benar setan ataukah hanya ’acting’ anak itu. Saya tetap mengingat teks postingan bruder di milist itu, dan makin yakin akan kebenaran isinya. Saya katakan padanya, ”Kekuatanmu hanya seperempat. Masih ada Malaikat Agung Santo Mikael, serta Gabriel dan Rafael.” Mendengar ini, ia mundur dan melepaskan anak itu. Tiba-tiba ia masuk lagi dan berkata, ”You are stupid, Father”, lalu menghantam saya. Suatu saat ia terjatuh tepat di salib, dan kontan ia menjerit kepanasan. Maka para mahasiswa menempelkan salib-salib mereka. Ia berteriak kepanasan dan tersiksa. Begitulah, si setan itu pergi lagi. Namun dengan cepat ia kembali lagi, dengan membawa lebih banyak lagi setan bersamanya. Ia mau menguras kekuatan saya. ”Sampai kapan Bapa bisa bertahan? Akan kukuras tenagamu, Bapa!”. Saya menjawab sambil teringat Mzm 121:2, ”Kekuatanku datang dari Allah, yang menjadikan langit dan bumi”. Kami bertempur lagi. Si setan menjerit-jerit, dan kemudian ia lari lagi… Lalu saya mendengar berita bahwa ketiga mahasiswi lain sudah dilepaskan. Semua setan kemudian berpindah merasuki mahasiswi yang satu ini.


”Aku, Lucifer”


Ketika masuk lagi yang terakhir kali ke dalam anak itu, dia memeluk saya. Dengan seolah suara si mahasiswi, dia mengendus tengkuk saya sambil berbisik, ”Aku Lucifer”. Saya merinding. Terasa bulu kuduk saya berdiri dan ketakutan mendera. ”Kamu takut, Romo?” katanya dengan lembut di telinga saya. ”Aku akan mengincarmu terus sampai kapanpun”. Tiba- tiba bangkitlah keberanian saya. Saya berteriak kepada para mahasiswa: ”Kita mendapat kehormatan, sampai Lucifer sendiri, si penghulu Setan, datang!” Para mahasiswa terbawa emosi, mereka berdoa makin keras. Ada pula yang berteriak, ”Hancurkan saja… Sikat dia, Romo!”. Setan itu berkata, ”Paus Yohanes Paulus II memarahiku”. Kujawab, ”Tak hanya Paus Yohanes Paulus II, semua paus dan uskup, dan imam memarahimu, bahkan Tuhanmu Yesus dan Malaikat Agung Mikael atasan langsungmu! Taatlah kepadaNya!” ”Sayalah tuhan”, jawabnya sinis. Saya membanting dia, dan kami berpegangan tangan sambil saling melawan. Saya mulai berkeringat dan tenaga saya terkuras, tetapi tetap saja saya melawannya. Saya mengatakan, ”Kamulah yang ketakutan, melihat kami semua dan Tuhanmu! Lepaskan badan anak ini, karena dia sudah menerima Sakramen Ekaristi! ” Lucifer menjawab: ”Aih, itu hanya roti biasa! Dan kalian imam-imam semua bodoh!” Mendengar perkataannya, saya marah sekali. ”Kamu sudah melawan kuasa imamat rajawi Tuhan Yesus Kristus! Kamu mau melawan imamatNya?” Lalu ia menjawab dengan nada meremehkan, ”Aku tak takut, Romo, pada imamatmu!”

Ke kapel Lembah Karmel kami membawanya

Ketika Lucifer menantang imamat saya, saya marah. Saya minta tas saya kepada para mahasiswa. Saya melepaskan dia dulu untuk mengambil peralatan aspergil dan stola serta minyak suci, sementara dia ditahan oleh para mahasiswa yang ”menimbunnya”: dengan doa-doa Salam Maria, Bapa Kami, Aku Percaya, serta menindihnya dengan tubuh-tubuh kuat mereka. Ketika saya datang lagi, saya percikkan dia dengan air suci. Ia menjerit kepanasan, dan lari. Saat itu, saya berpikir, ini sudah dini hari, semua akan kacau jika tak diakhiri. Oleh karena itu, saya memerintahkan agar tubuh mahasiswi ini digotong dan dievakuasi. Mereka menggotongnya masuk ke mobil saya, lalu saya tancap gas dengan tujuan ke Lembah Karmel. Saya menelpon Mbak Sari dan Suster Lisa P Karm. Mbak Sari dengan sigap telah meminta Satpam membuka gerbang dan pintu kapel.

Si mahasiswi dipegangi oleh Martha, Anton dan Asrul. Ia berteriak, ”Cepat Romo, cepat… dia mengejar…” katanya panik. Kami tetap berdoa Aku Percaya, Bapa Kami, dan Salam Maria. Tiba-tiba suara mahasiswi berubah lagi, ”Haaa. Mau dibawa ke mana anak ini, Bapa? Aku telah menambah lagi penyakitnya. Aku meremas jerohannya… Anak ini hanya sampai dini hari ini, Bapa. Bapalah yang harus tanggungjawab atas kematiannya!” Kemudian, anak itu muntah-muntah di mobil. Anton, Asrul dan Marta tetap berdoa dengan memeganginya yang berontak ke sana kemari. Saya mengatakan kepada Setan itu, ”Kamulah yang harus bertanggungjawab. Jangan memutarbalik fakta, dasar setan! Kamu telah melecehkan Sakramen Mahakudus. Kamu akan kubawa ke hadapan Yesus, supaya tahu rasa kamu nanti. Mau lepaskan dia sekarang, atau nanti kamu makin sengsara di hadapan Raja Semesta Alam!” Lalu dia mulai merayu lagi, ”Sia-sia semua ini Bapa… Bapa besok banyak acara kan? Ditunggu banyak umat.. sudahlah Bapa kembali saja istirahat”. Saya jawab: “Acara satu-satunya imam Tuhan ialah mengenyahkan kamu ke neraka!” Di situlah selama perjalanan ia menawari saya apapun akan diberikan asalkan saya tunduk pada keinginannya. Namun, saya tak mau berkompromi. Saya katakan dengan tegas bahwa dia yang harus tunduk pada Kristus! Mendengar ini ia berkata, ”Sayalah tuhan, I am the Lord”. Saya tertawakan dia. Lalu ia mengancam akan menggulingkan mobil. Saya menjawab, ”Ini mobil para uskup Indonesia. Tak bakalan kau berhasil menggulingkannya!” Saya mengingatkannya akan Santo Yohanes Maria Vianney yang dia bakar tempat tidurnya gara-gara tak mampu mengalahkan imam kudus itu. Di hatiku aku berharap, Santo Yohanes Maria Vianney, kumohon agar engkau mendoakan aku untuk mengalahkan Setan ini…

Lalu si Setan lalu merajuk lagi, ”Ah kenapa tenagaku melemah, tak sekuat tadi”. Anak-anak mahasiswa ikut menjawab, ”Rasain lu.” Dia mendamprat : ”Apa lo, bocah kemarin sore!” Saya menjawabnya, ”Mereka bukan bocah kemarin sore. Mereka anak-anak Tuhan semesta alam”. Sepanjang jalan kami berdebat dengan bahasa Inggris, Jawa, dan Indonesia. Mobil bagaikan terbang… dalam setengah jam kami mendekati Lembah Karmel, dan semakin mendekati Sakramen Mahakudus. Lagi- lagi, Setan itu mulai menendang dan berontak. Kukatakan padanya, ”No place for evil, you know!” Kutantang dia, ”Kenapa kau kuasai anak ini. Apa salahnya?” Dia menjawab, “Bukan salah anak ini, tetapi ayahnya”. Kujawab: “Ya, aku tahu, berarti ayahnya mengikat perjanjian kegelapan denganmu. Nanti acara kita di rumah Tuhan hanya satu, ialah memutus perjanjian leluhur anak ini dengan Lucifer keparat ini!” Kemudian dia mengikik mirip nenek Lampir dalam film Misteri Gunung Merapi, atau mirip kuntilanak. Dia katakan: “Bukan, bukan begitu imam bodoh. Kamu memang imam munafik dan pendosa!” Aku menjawab, “Aku memang pendosa, namun tidak memberontak kepada Tuhan seperti kamu!”. Dia menjawab lagi, “Ayahnyalah yang mempersembahkan diri kepadaku, Bodooh!” Kupancing dia, “Jadi, ayahnya mengikat perjanjian denganmu bukan?” Dia jawab: “Bukan, bodoh! Kamu keliru, imam bodoh. Ayahnya mempersembahkan diri kepada Kristus. Leluhurnyalah yang mempersembahkan diri kepadaku”. Dia tertawa ngekek lagi. Saya juga, mentertawakan kekeliruan saya. Jadinya kami terkekeh bersama. Namun dengan tegas kukatakan: “Kamu setan bodoh. Gampang dipancing ya hahaha… Maka acara kita satu-satunya di depan Sakramen Mahakudus nanti hanyalah memutuskan perjanjian itu dan kamu akan mengalami sengsara kekal. Go to hell! Kalau kamu ingin bahagia, ajaklah anak buahmu dan dirimu sendiri bertobat, kembali menyembah Allah yang benar! Jangan iri lagi karena Putra-Allah menjadi Manusia”… Mendengar perkataan ini, dia meradang, ”I hate you.. I hate all priests of Christ…!!!” Namun, setelah mendengar betapa ia membenci para imam, saya merasa mendapatkan kekuatan dan keharuan. Sebab itu artinya kami berada di pihak yang benar, sehingga kerenanya, Setan membenci kami. Saya membayangkan jajaran imam Tuhan dan uskup yang berada di pihak saya. Sungguh itu menguatkan batin saya.

Setan kalah di hadapan Kristus dalam Sakramen Mahakudus

Sementara itu pohon-pohon bambu Lembah Karmel sudah mulai tampak… Si Setan berteriak lagi, ”Rumah jelek! Mosok Tuhan mau tinggal di rumah jelek! Akulah tuhan.” Aku menjawabnya, ”Itulah bedanya Kristus dengamu, Jelek! Dia mau merendahkan diri, sedangkan kamu malah menyombongkan diri! Rasakan akibatnya, kebencian abadi bersamamu sajalah!’ Lalu kudengar ia merajuk lagi, ”Romo, ini saya, saya sudah sadar… saya mau pulang ke Bekasi, ke Jatibening, ini mau dibawa ke mana?” Tak terpengaruh atas rajukannya, saya menjawab, ”Sadar gundulmu kuwi! Kami mau membawamu ke hadapan Sakramen Mahakudus, Raja Semesta Alam yang penuh kuasa. Hanya kepadaNya semua lidah mengaku dan segala lutut bertelut, termasuk kamu!”
Pak Satpam membuka gerbang. Ia mengawal kami sampai ke samping kapel kecil (yang sebenarnya besar sekali). Mobil berhenti di jalan menanjak di samping kapel, di depan wisma St. Antonius. Tubuh mahasiswi itu kami bopong keluar mobil. Aneh sekali, badan yang kecil itu mempunyai bobotnya berlipat-lipat. Dia tertawa ngikik. Mengerikan sekali. Melihat pak Satpam yang tinggi besar, dia berkata seolah suara mahasiswi itu : ”Wah, ini dia bapakku”. Tapi segera dia mendesis-desis dan mengikik ketika kami bopong ke kapel, ” Kalian tak kan berhasil… tak kan berhasil kikikiiiiikkk….” Tubuh kecil namun berbobot itu kami baringkan di depan panti imam, di bawah altar, di lantai sebelum trap pertama. Jika dilihat dari ruang umat, kepalanya kami letakkan di sebelah kiri. Anton, Asrul dan Martha memegangi tangan dan kakinya. Saya minta dipinjamkan korek api dari pak Satpam untuk menyalakan lilin di kanan kiri tabernakel. Pak Satpam menyalakan lampu di patung Bunda Maria. Suasana temaram, dan dingin dini hari menggigit. Pukul 03.45. Saya berlutut di hadapan tabernakel. Saya memohon kekuatan dari Tuhan sendiri. Lalu saya turun, berlutut lagi di trap di sisi kiri si mahasiswi. Saya mengajak anak-anak mahasiswa itu berdoa. Saya berdoa: ”Tuhan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, dengan rendah hati kami bawa ke hadapanmu tubuh anakMu yang sedang dirasuki si Jahat. Kami tidak sanggup mengusirnya dengan kekuatan kami sendiri. Bertindaklah Tuhan atas dia, utuslah malaikat agungMu dan balatentara sorgawi membebaskan dia. Amin”. Lalu saya menghadapi tubuh mahasiswi itu dari trap, membelakangi altar dan Sakramen Mahakudus. Dengan duduk karena lelah, saya angkat tangan kanan saya di atasnya dan membuat gerakan tanda salib berkat dengan berkata (saya heran mengapa saya bisa mengatakan ini): ”Atas kuasa imamat rajawi yang diberikan Tuhan Yesus Kristus kepada GerejaNya dan kepadaku, aku melepaskan ikatan perjanjian kegelapan antara kamu dengan leluhur anak ini. Dalam Nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus, Amin.”

Tubuh anak yang berbaring itu tiba-tiba terjungkit, duduk, melengos ke depan, menatap tajam ke Asrul yang memegangi kakinya, lalu menoleh menatap tajam ke kiri menatap langsung ke mata saya….. Sedetik kemudian terkulailah tubuh si mahasiswi ini… Si jahat sudah keluar dari tubuhnya. Si mahasiswi ini lalu merintih : ”Romo, itu Tuhan Yesus… ooo Tuhan”, tangan kiri dan tangannya nya menggapai ke arah altar. Tapi kami bawa keluar dengan dituntun. Tapi ia melihat ke atas, ”Ooo… malaikat banyak sekali… oooh.. Romo, lihat?.. Ooo… Dia yang terjelek, hitam, telah diborgol… dimasukkan ke dalam kereta… Ooo Malaikat Agung Santo Mikael… ooh.. Sampai di pintu utama, anak itu minta kembali ke dalam, ”Romo, teman-teman, saya harus kembali… Itu Tuhan…” Dia kutuntun, dan dengan tangannya ia menggapai ke arah Tabernakel…” Sampai di panti imam, di samping kanan altar ia mencium patung kaki Kristus… Lalu menuju tabernakel, ia memeluk tabernakel itu erat-erat. ”Tuhan Yesus terima kasih.. Syukur kepadamu.. ” lalu ia menangis di situ beberapa saat. Setelah selesai, ia ke altar Bunda Maria, ia memeluk kaki patung Bunda Maria dan menangis: “Bunda, terima kasih atas doamu. Aku tak akan meninggalkan engkau dan putramu”…

Iman lebih kuat daripada segala yang jahat

Pak Satpam menyerahkan kunci wisma Antonius. Anak itu mulai mengeluh lapar dan haus. Pak Satpam menggendongnya. Kini ia tidak berat lagi. Dia membersihkan diri di wisma, sementara teman-teman yang lain membelikan makanan dan minuman di warung yang memang agak jauh, karena dapur rumah retret belum buka. Hari masih pukul 04.30 pagi. Setelah makan minum, anak itu bercerita kepada kami tentang kejadian semalam. Bahwa setelah makan malam, ia masuk kamar di villa, dan melihat dua orang manusia bertanduk. Ia takut, lalu menceritakan hal ini kepada temannya. Kedua makhluk itu marah karena diceritakan keberaadaannya kepada orang lain. Mereka mengancam akan merasuki semua peserta Rekoleksi KMK KAJ itu. Si mahasiswi menawar, karena ketakutan serta kasihan kalau semua peserta kesurupan, maka spontan dia mempersilakan mahluk itu merasuki dirinya saja. Ketika di depan altar itulah, sebenarnya dia hampir saja mengikuti kehendak Lucifer untuk mengikutinya. Pasalnya, Lucifer mengancam, jika ia tidak mau ikut, maka imam itulah yang akan dibunuhnya. Karena kasihan pada Romo, ia akan ikut saja. Tetapi melesat ada malaikat yang membisikinya, ”Romo itu baik-baik saja, maka lawanlah Lucifer, sementara kami akan menariknya keluar dari tubuhmu.” Maka ia berani melawan, dan Lucifer ditarik oleh balatentara malaikat, diborgol lalu dimasukkan ke dalam kereta yang melesat membuangnya ke neraka. Setelah itu tinggal Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang memeluk dan mendukungnya. Begitulah kesaksiannya. Namun bagi saya, ini juga adalah suatu kejadian iman melawan kuasa jahat di awal masa Adven 2010, tepat di Minggu pertama.

Sampai Minggu sore tak habis-habisnya saya, Asrul, Anton, Martha membicarakan hal ini. Juga teman-teman peserta rekoleksi KMK-KAJ Dekenat Timur dan OMK Wilayah Mikael Malaikat Agung dan St. Andreas. Semua membuahkan satu kenyataan: bahwa iman lebih kuat daripada kebencian, apalagi setan. Saya sendiri merasa dikuatkan dalam iman dan imamat saya, dan disadarkan akan kelemahan diri serta pertobatan. Saya makin yakin dan percaya bahwa alam maut tak akan menguasai Gereja sampai kapanpun sesuai dengan janji Tuhan. ”Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:18). Sungguh, kuasa Allah mengatasi segalanya. Berbahagialah semua orang yang percaya yang bersandar kepada-Nya dan mengandalkan Dia.

”Tuhan Yesus, hamba-Mu bersyukur atas pengalaman yang tak terlupakan ini. Aku semakin teguh mengimani kehadiran-Mu di dalam sakramen- sakramen-Mu. Syukur tak terkira untuk kuasa-Mu di dalam Sakramen Maha Kudus dan Imamat yang Engkau karuniakan kepadaku. Segala hormat, pujian dan syukur, kusampaikan kepada-Mu, Ya Tuhan Raja semesta alam. Amin.”

Terima kasih kepada semua yang telah membaca kisah sharing ini. Semoga kesaksian ini berguna bagi iman, harapan, dan kasih para pembaca, kepada Allah pencipta langit dan bumi.

Salam saya,
Yohanes Dwi Harsanto Pr.

dikutip dari http://katolisitas.org/2010/12/01/eksorsisme-pengalaman-yang-tak-terlupakan/