Tuhanku Dasyat

Refleksi Pastoral
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC.

Aku tiba di Gereja Santo Kristoforus-Grogol satu setengah jam lebih cepat dari jadwal Perayaan Ekaristi untuk orang sakit yang akan aku persembahkan. Aku mengisi waktu luangku dengan berjalan-jalan di tempat parkir. Hatiku terharu melihat banyak orang sakit berjalan dengan bantuan tongkat, tetapi mereka sangat antusias mengikuti Perayaan Ekaristi yang dikoordinir oleh Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Cabang Paroki Santo Kristoforus. Tidak terdengar keluhan dari mereka, tetapi senyuman menawan menghiasi wajah mereka. Perayaan Ekaristi pun menyalurkan rahmat keheningan hati bagi lebih dari empat ratus penderita penyakit. Keheningan ini bukan keheningan hampa, tetapi keheningan spiritual karena menikmati cengkerama bersama Tuhan. Kebersamaan dengan Tuhan dalam Perayaan Ekaristi merupakan kerinduan mereka. “Tuhan, mereka adalah para pewarta Kabar Gembira, tanpa mimbar, melalui ketabahan, senyuman, dan keheningan mereka di tengah pergumulan mereka dengan penyakit-penyakit”, kataku kepada Yang Mahakuasa.

Ketika Perayaan Ekaristi usai, seorang ibu bersama anaknya menemuiku di sankristi. Ia sangat rajin mengikuti Ekaristi ini karena mendapatkan kelapangan hati. Ia menatapku dengan kepuasan hati karena telah menemukan yang telah lama dicari : “Maaf, Romo. Romo masih ingat aku enggak ? Aku adalah sepupunya umat yang tinggal di Jalan Pribadi – Tangerang. Aku adalah ibu dari seorang anak yang dahulu menderita kanker. Romo pernah mendoakan anakku dan mengatakan kepadaku ‘jangan kuatir, anakmu pasti sembuh’. Kata-kata itu telah menguatkan aku ketika aku harus melewati saat yang menegangkan, khususnya waktu anakku harus menjalani operasi dan kemoterapi. Puji Tuhan, aku telah dapat melalui semuanya ini. Dokter akhirnya menyatakan anakku telah sembuh. Aku mengalami banyak mukjizat ketika anakku menjalani kemoterapi. Melalui mujikzat itu, imanku kepada Tuhan Yesus semakin dikuatkan. Tuhan Yesus bagiku sangat luar.... biasa..... Dia adalah Tuhan yang dahsyat”.

Mukjizat Tuhan yang sungguh nyata adalah Tuhan menyediakan biaya kemoterapi tepat pada waktunya. Ketika suaminya sudah putus asa karena uang sudah habis, ia tetap percaya bahwa Tuhan pasti akan menyediakannya. Tuhan ternyata benar-benar menyediakannya. Tiba-tiba ada yayasan dari Negeri Belanda bersedia membayar biaya empat kali kemoterapi yang terakhir. Anaknya harus menjalani sepuluh kemoterapi. Biaya setiap kali kemoterapi adalah enam juta rupiah. Uangnya habis pada saat kemoterapi yang keenam.

Tuhan Yesus tidak pernah berubah. Terang-Nya tetap bersinar kepada semua orang yang mengasihi Dia. Kehadiran-Nya tetap membawa pertolongan kepada orang yang sumeleh (pasrah) pada kuasa-Nya. Tuhan tidak pernah mengingkari janji-Nya : “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekakayaan dan kemulian-Nya dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:19). Kesabaran akan datangnya janji Tuhan merupakan kuncinya. Kita tidak memaksakan waktu kita, tetapi percaya ada waktu Tuhan. Tuhan membuat hidup kita indah bagaikan kuncup bunga mawar yang sedang mekar. Kuncup bunga mawar berkembang secara perlahan-lahan. Jangan mencoba memaksanya untuk bemekar secara sempurna sebelum waktunya karena akan merusakkan keindahan yang terkandung di dalamnya. Setiap tahap perkembangan kuncup bunga mawar mempunyai keindahannya sendiri. Kuncup bunga mawar akhirnya akan menjadi mawar yang keindahannya memukau banyak orang. Keindahan bunga mawar itu muncul melalui batang yang berduri. Keindahan hidup pun menjadi keindahan yang luar biasa justru ketika melalui duri-duri kehidupan, seperti penyakit yang kadang-kadang menyakitkan dan melelahkan. Karena itu, marilah kita menyerahkan seluruh hati kita kepada Tuhan. Tuhan pada waktunya akan mengangkat kita karena kebaikan-Nya kekal : “...Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu” (Yeremia 31:3). Tuhan memberkati.

Pengalaman Kebersentuhan

by Frater Diakon Siprianus Smakur Tukan, SS.CC

Kisah Ibadat Pelepasan Jenasah dan Pemakaman Olivia Dewi Soerijo
(senin 12 Maret 2012)

Hari minggu pagi saya membaca di Koran Kompas halaman 2 di tuliskan, Olivia Dewi Soerijo (17) – runnur up 1 gadis sampul 2010, tewas dalam kondisi hangus dalam kecelakaan tunggal di depan mid-plasa Jakarta Pusat, sabtu 10 Maret 2012 pkl 02.50.WIB. Mobil Nissan Juke dengan nomor polisi B 60 GOH yang di kemudikannya menabrak tiang reklame dan terbakar, sedangkan temannya Joy Sebastian (17) selamat. Ketika membaca berita itu, saya termenung; anak yang masih mudah, cantik dan baik mengalami kecelakaan seperti itu. Bagaimana dan mengapa itu terjadi? Hari itu menjadi permenungan dan doaku. Aku semakin semangat melayani dengan mengajar Anak-anak pukul 08.00 WIB, (menggantikan guru BIA yang tidak datang). Sungguh luarbiasa semangat, bertemu dengan keceriaan anak-anak yang antusias belajar. Dalam pelayanan itu saya membatin dengan doa-doa sambil mengikuti pertemuan PA/PS dan mengikuti gladi bersih untuk minggu Palma. Sungguh kegiatan yang membentukku untuk selalu belajar dan terus belajar.

Malam harinya saya di hubungi Ibu Deasy (Istri Pa Paul) untuk memimpin ibadat penguburan Olivia Dewi Soerijo (17). Reaksi awalku yakni kalaw ada Romo yang bersedia memimpin penguburan akan lebih baik. Namun setelah beberapa lama, ternyata tidak ada yang bersedia karena sudah ada kesibukan. Saya akhirnya mengatakan siap walau dalam hati kecilku saya merasakan ketak-mampuanku (ketakpantasanku). Pikirku Lebih lagi jangan sampai menjadi batu sandungan dalam pelayananku. Saya semakin kuat ketika di teguhkan Rm Felix bahwa selalu siap sedia menjadi seperti Matias - melayani yang tak terlayani. Dalam hati saya berdoa dan mengatakan: TUHAN BILA INI KEHENDAK DAN CARAMU, SAYA SIAP. Saya memantapkan hatiku dan siap untuk melayani. Saya di telpon Ibu Yully untuk memastikan jam berangkatnya.

Malam itu menjadi malam ‘assemblly khas pastoran Odilia’. Saya jadi bahan guyonan (dikerjain) Rm Felix dan Rm Tony, katanya: “Mandi yang bersih dan siap dengan rapih agar mewartakan dan melayani dengan baik, hahaha….ha.ha….”. Sungguh perhatian dan dukungan yang luarbiasa saya terima dari kedua Bapa Romo yang sangat perhatian padaku. Selain itu sharing dan berbagi bahan untuk kotbah menjadi inspirasi bagiku untuk mempersiapkan diri dengan baik. Tuhan selalu menyapaku melalui orang-orang yang ku temui dan hidup bersama. Hidup komunitas yang menguatkanku.

Pukul 05.10 WIB saya di jemput oleh sopir Ibu Yully di Pastoran Paroki St Odilia Citra Raya Tangerang menuju ke Rumah Sakit Darmais untuk memimpin Ibadat pelepasan Jenasah dan sesudahnya di antar menuju ke Pemakaman San Diego Hills di Karawang. Ketika tiba di rumah duka, saya sungguh merasakan kesedihan mendalam yang di alami keluarga. Saya bertemu dengan Ayah Angkatnya Olivia dan bersalaman dengan keluarga yang rendah hati. Terlihat wajah-wajah yang letih penuh kesedihan.

Ibadat pelepasan jenasahpun berlangsung singkat dan sederhana di mana semua yang datang khusuk berdoa mengiringi kepergian Olivia yang sungguh di cintai tidak hanya keluarganya tetapi para sahabatnya, bangsa Indonesia dan juga manca negara. Dalam homili singkat Tuhan memakaiku untuk mengatakan: Lihatlah Yesus yang kita Imani. Yesus wafat dengan cara yang tragis pula dalam bahasa dan cara pandang manusia namun membawa harapan yakni keselamatan umat manusia. Olivia pergi menghadap Bapa di surga karna Ia sungguh di kasihi Tuhan. Harapan akan iman orang beriman yang selalu setia pada Tuhan yang punya kuasa atas hidup kita. Banyak sekali karangan bunga yang di letakan sebagai bentuk ungkapan berbelasungkawa atas kepergian Olivia.

Saat yang mengharukan yakni ketika keluarga hendak berpamitan. Oma-nya Olivia sungguh merasakan kesedihan yang luar biasa. Ia menangis histeris ketika jenasah mau di bawa keluar dari rumah duka. Ia mengatakan: ”saya belum ikhlas atas kepergian Olivia” sambil mendekapp erat foto cantik Olivia. Sungguh di saat itu ku rasakan kuasa Tuhan bekerja. Saya perlahan mendekati dan bertanya pada Oma dan jawabnya saya belum ikhlas. Di saat itu kata-kata ini keluar begitu saja dari mulutku: “Keikhlasan Oma memuluskan perjalanan Olivia. Olivia bahagia kalau Oma ikhlas”. Kami berdoa sejenak (mendoakan oma) dan oma akhirnya perlahan ikhlas dengan menyerahkan foto dan mengizikan jenasah di antar menuju ke Pemakaman San Diego Hills di Karawang. Sungguh Luarbisa karya Tuhan. Kata-kata yang membawa harapan membuat orang bertahan dalam iman dan teguh dalam pengharapan.

Perjalanan menuju Karawang menjadi pengalaman pertama dalam hidupku. Pengalaman yang menggoda sekaligus menantang, Namun kuasa Tuhan selalu membuatku kagum. Hal yang tak terpikirkan selalu terjadi. Saya terus membatin bahwa Tuhan bila ini kehendak-Mu buatlah aku menjadi alat-Mu yang dapat membagikan harapan dan berkat-Mu. Syukur kepada Tuhan, Selama pemakaman berlangsung semua berjalan lancar dan hikmat. Sesudah pemakaman kami santap siang bersama dan saya diantar pulang Sopir Ibu Yully. Dalam perjalanan pulang aku bermenung dan semakin di teguhkan akan kuasa Tuhan yang Luarbiasa.

Banyak hal yang tak kupikirkan terjadi dan menguatkan imanku. Kata-kata St. Paulus yang selalu menjadi peneguhanku. ”Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr 11:1). Sungguh DIA Yang Memakaiku Menjadi perpanjangan tangan-Nya, berbagi harapan, berbagi berkat dan berbagi sukacita.

“Hendaklah kamu berakar di dalam DIA dan di bangun di atas DIA, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan Sukur” (Kol 2:27).

Satu kalimat yang dapat menggambarkan kekagumanku pada Tuhan yang ku dengungkan: WAOH….TUHANKU….SUNGGUH LUARBIASA…!!!