Sabtu, Pekan III_Paskah_2009


Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?
Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal


Bacaan

Yoh 6:60-69
Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya." Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.

Renungan:
Membaca dan mencermati bacaan Injil hari ini, kita bisa bertanya, mengapa ada orang merasa sulit untuk menerima pernyataan Yesus. Mereka telah mengikuti Yesus karena kagun akan karya yang dilakukannya. Semua karya itu tentunya memperlihatkan kerahiman dan kemurahan hati Allah. Karya-karya Yesus yang membuat orang tertarik itu antara lain, menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, memberi makan 5000 orang dan masih banyak lagi. Sekalipun demikian banyak dari mereka tidak memahami Yesus ketika Ia mengungkapkan suatu pernyataan yang hanya bisa disampaikan oleh Allah sendiri. Yesus berkata "makan daging-Nya dan minum darah-Nya" (Yoh 6:51-59). Pernyataan ini membuat banyak orang itu menolak Dia. Yesus menyatakan diri-Nya ssebagai Roti dari surga yang memberikan kekuatan bagi kita dalam perjalanan menuju tanah terjanji yaitu surga. Yesus berkata dengan terus terang mengenai hal ini. Dengan pernyataan ini, Yesus dengan tegas membuat para pengikut-Nya harus memilih. Pilihannya adalah menerima perkataan itu sebagai sabda Allah atau menolak. Bahkan di antara para murid mengakui bahwa “perkataan itu keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya”. Ungkapan para murid ini berarti bahwa perkataan Yesus itu bukan saja sulit untuk dimengerti, tetapi juga sulit untuk diterima. Yesus lalu berkata kepada para murid-Nya “adakah perkatan itu menggoncangkan imanmu?” Di sini Yesus mau menguji iman dan loyalitas para murid-Nya. Yesus menjanjikan berkat yang melimpah dan kehidupan bersama Allah lepada para murid-Nya. Yesus meyakinkan para murid bahwa Bapa-lah yang telah mengundang orang-orang untuk percaya kepada Yesus meskipun ada percatan yang sulit: “tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengarunikannya kepadanya. Iman itu adalah statu anugerah Allah dan bukannya sebuah usaha manusia.

Iman yang sejati bukanlah iman yang buta dan bersikap masa bodoh melainkan iman yang mencari pengertian. Dalam istilah St. Anselmus “Fides Quarrens Intelectum est.”. Itulah sebabnya Allah mengaruniakan kepada kita Roh Kudus untuk menerangi mata hati kita, agar dapat mengerti tentang kebenaran dan hikmat Allah (Bdk Ef 1:17-18). Yesus memberikan sabda kehidupan-Nya dan Roh Kudus kepada setiap orang yang percaya dan taat kepada percatan-nya. Pengakuan iman dan loyalitas Petrus yang terungkap dalam kalimat: “Tuhan kepada siapakah kami akan pergi…….” Didasarkan atas relasi pribadi yang intim dengan Yesus. Pengakuan iman Petrus tidak didasarkan atas pengetahuannya tentang Yesus. Dia percaya kepada Yesus karena ia tahu bahwa ketika Yesus berbicara, di situlah Allah berbicara – ketika Yesus bertindak, di situlah Allah bertindak. Melalui anugerah iman ini, Petrus mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, yang kudus dari Allah (Mrk 8:29). Petrus menerima perkataan Yesus karena Ia menerima Yesus sebagai Putra Allah, penyelamat dunia.

Iman merupakan tanggapan pribadi atas pewahyuan diri Allah kepada kita. Iman adalah kunci untuk memahami dan mengalami karya dan tindakan Allah dalam hidup kita. Statu pertanyaan yang hendaknya kita renungkan berkaitan dengan bacaan Injil ini adalah; Apakah anda percaya, sebagaimana Petrus bahwa Yesus dapat mengubah hidupmu karena Ia memiliki perkataan hidup yang kekal? Berdoalah mohon “Tuhan tambahkanlah imanku” sehingga semakin hari kita semakin bertumbuh dalam relasi dengan Allah dan dalam memahami betapa Allah mencintaimu.

Doa:
Tuhan Yesus, pada-Mu adalah sabda kehidupan yang kekal. Bantulah aku untuk mengatasi segala rasa bimbang dan takut untuk hidup menurut perkataan-Mu. Semoga aku menerima perkataan-Mu dengan penuh iman dan kegembiraan. Hari ini saya menyerahkan hidup saya kepada-Mu. Jadilah Tuan atas hati, budi, pikiran, kehendak dan tindakan-tindakanku selama hari ini. Semoga tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi aku untuk dekat pada-Mu. Amin.

Tidak ada komentar: