Tampilkan postingan dengan label Homili Hari Minggu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Homili Hari Minggu. Tampilkan semua postingan

Ulasan Bacaan Liturgi Minggu 07 Agustus 2016



Saudara-saudari seiman
Damai sejahtera dari Allah yang melampau segala akal kiranya memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. 

Perkenankan saya mengganggu kesibukanmu dengan berbagi sedikit ulasan atas bacaan-bacaan liturgi yang akan kita dengar pada hari Minggu yang akan datang (Minggu 07 Agustus 2016).

Carilah waktu untuk membaca perikope-perikope di bawah ini supaya dapat memahami ulasan singkat saya atas semua bacaan tersebut.

Bacaan Liturgi

Keb 18: 6-9
Maz 33: 1, 12, 18-22
Ibrani 11: 1-2, 8-19
Luk 12: 35-40

Abraham adalah Bapa Iman kita. Jika kita renungkan rentang waktu yang panjang dari Abraham sampai sekarang, ada begitu banyak orang yang telah hidup oleh iman yang diwariskan dari Abraham.  Karena itu, kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita... (bdk Ibrani 12:1).

Dengan mewarisi iman Abraham, kita telah dijadikan sebagai umat pilihan Tuhan, kita dipilih untuk menjadi ahliwaris janji Allah kepada Abraham. Itulah sebabnya dalam Mazmur Tanggapan minggu ini kita menyanyikan: "Bahagia kuterikat pada Yahwe, harapanku pada Allah Tuhanku." Bahkan dalam ayat-ayat mazmur dikatakan: "berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya."

Liturgi hari ini mengajak kita untuk menyanyikan kembali lagu-lagu pujian para leluhur kita. Dalam bacaan II kita diingatkan akan panggilan Abraham, sedangkan dalam bacaan I kita diingatkan akan peristiwa 'Keluaran' saat di mana Allah mengumpulkan anak-anak yang kudus bagi Israel.

Para leluhur iman kita, sungguh percaya akan Sabda Allah. Mereka percaya akan janji dan sumpah yang telah dibuat Allah, bahwa Allah akan melaksanakan apa yang telah Ia janjikan walaupun tak satu pun dari mereka yang hidup sampai menyaksikan terpenuhi janji itu.

Sesungguhnya janji Allah kepada Abraham bahwa keturunannya akan sebanyak bintang di langit dan pasir di laut baru terpenuhi pada zaman Kristus dan sampai sekarang. (Bdk Gal 3: 16-17, 29). Sesungguhnya, korban anak domba paskah pertama oleh bangsa pada malam ketika mereka keluar dari Mesir baru mendapat kepenuhannya pada malam Perjamuan Malam terakhir yang kemudian  diteruskan dalam ekaristi. 

Kita sekarang ini hidup dalam masa penantian akan pemenuhan janji yang telah Allah janjikan kepada kita di dalam Kristus, Yesus. Hal ini dikatakan Yesus dalam bacaan Injil hari ini: "Jangan takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberi kamu Kerajaan-Nya" Untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah itu, Yesus katakan: "hendaknya pinggangmu tetap berikat" - sebagaimana bangsa Israel mengikatkan pinggang pada jubah mereka dan sambil berdiri makan domba paskah. Bangsa Israel berjaga dan bersiap untuk melaksanakan kehendak Allah (Bdk Kel 12: 11; 2Raja 4: 29).

Tuhan akan datang pada saat yang tidak kita harapkan. Ia akan mengetuk pada pintu kita (Bdk Wahyu 3: 20) dan mengundang kita ke pesta pernikahan di tanah air surgawi, sesuatu yang telah dilihat jauh oleh para leluhur iman kita, suatu perjamuan yang telah kita cicipi dalam setiap Ekaristi yang kita rayakan.

Dalam penantian ini, marilah kita terus berpegang teguh pada sabda Tuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh para leluhur iman kita. Sabda Tuhan adalah pelita bagi langkah kita (Bdk Mzm 119: 105). Allah kita adalah Allah yang setia jika kita menanti-Nya dengan penuh iman, berharap pada belaskasih-Nya dan terus mencintai Dia sebagaimana Dia telah mencintai kita. Hanya dengan cara ini kita dapat menerima berkat dari janji yang telah diberikan yaitu dibebaskan dari kematian kekal. Tuhan membekati.

Pastor Tonny Blikon, SS.CC – Paroki St. Mikael – Waringin.

Homili Minggu Advent IV-tahun B 2011

Oleh Pastor Tony Blikon, SS.CC

Bacaan
2Sam. 7:1-5, 8b-12, 14a, 16;
Rom. 16:25-27;
Luk. 1:26-38

Renungan:

Saudara dan saudariku
Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita untuk berrefleksi mengenai kepenuhan janji keselamatan Allah melalui Yesus Kristus. Bahwa melalui Yesus Allah akan mendirikan Kerajaan-Nya yang akan bertahan sampai pada akhir zaman.

Mulai dari bacaan I yang diambil dari kitab 2 Sam, kita mendengar kisah tentang Daud yang menjadi raja atas bangsa Israel. Allah telah mengarunikan keamanan kepadanya terhadap semua musuh di sekelilingnya.

Karena itu, sebagai tanda baktinya kepada Allah, Daud ingin melakukan sesuatu bagi Allah. Dia mendatangi nabi Nathan dan mengungkapkan maksud baiknya: “Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu arah, padahal tabut Allah diam di bawah tenda” – dulu boleh jadi umat tinggal di tenda tetapi sekarang kan mereka sudah punya rumah, masa sih tabut Allah tetap tinggal di tenda? Karena itu saya mau bangun sesuatu yang lebih pantas daripada sekedar tenda.

Mendengar maksud baik raja Daud, nabi Natan berkata: “Baiklah, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab Tuhan menyertai engkau”

Tetapi nampaknya Allah punya rencana lain. Karena itu pada malam itu juga, datanglah firman Tuhan kepada Nathan untuk disampaikan kepada Daud. Intinya bahwa Allah menolak rencana baik Daud itu. Mengapa? Mendirikan rumah bagi Allah itu tidak cukup. Tetapi harus mendirikan Kerajaan Allah. Dan tidak ada yang bisa mendirikan Kerajaan Allah selain Allah sendiri.

Karena itu, dengan mempertimbangkan niat baik dan tulus dari Daud untuk menyediakan tempat yang pantas bagi Allah, maka Allah membuat sebuah janji.

Janji Allah yang panjang itu kita dengar dalam bacaan I tadi. Pada bagian akhir dari janji Allah terhadap Daud itu, Allah bersabda: “Aku akan membangkitkan keturunanmu dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Aku akan menjadi Bapanya, dan Ia akan menjadi anak-KU.

Di sini kita dapat mengatakan bahwa Allah telah berbicara mengenai Yesus karena Allah adalah Bapa bagi Yesus dan Yesus adalah Anak Allah. Aku akan menjadi Bapanya, dan Ia akan menjadi anak-KU.

Melalui Yesuslah keluarga dan kerajaan Daud itu akan untuk selama-lamanya dan tahta kerajaan Daud akan kokoh selama-lamanya.

Dari bacaan pertama tadi, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pada peristiwa inkarnasi, Allah memenuhi janji-Nya kepada Daud: “Kerajaan dan keluargamu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, tahtamu akan kokoh untuk selama-lamanya”

Dalam bacaan II, kita mendengar rasul Paulus berkata: “Allah mampu menguatkan kita di dalam Roh kebenaran.” Kebenaran apa? Bahwa apa yang telah menjadi rahasia berabad-abad lamanya, dan yang telah diramalkan oleh para nabi kini telah dinyatakan kepada kita orang yang percaya bahwa Yesus adalah Hikmat Allah. Hikmat dan Kebijaksanaan Allah itu telah menjadi daging sama seperti kita supaya dia dapat mengajar kita untuk taat kepada Allah. Oleh Yesus Kristus, segala kemuliaan sampai selama-lamanya.

Dengan kata lain, rasul Paulus mau mengatakan bahwa kita harus mendengarkan, patuh dan setia kepada sabda Yesus, karena hanya melalui Dialah kita dapat mencapai keselamatan kekal.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Bacaan Injil hari ini memberikan jawaban.

Allah mengutus malaikat Gabriel ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunganang densang seorang bernama Yosep dari keluarga Daud. Nama perawan itu Maria.

Mengapa Lukas menyebutkan dengan lengkap bahwa malaikat Gabriel datang kepada "seorang perawan yang bertunangan dengan seorang yang bernama Yusuf dari keluarga Daud. Nama perawan itu Maria." ? Lukas merasa perlu merasa perlu menampilkan profil Maria sebagai tunangan Yusuf, orang keturunan Daud. Dengan demikian menjadi jelas bahwa berkat kedua orang inilah, Yesus nantinya menjadi keturunan Daud dan dengan demikian berhak mendapat kepenuhan janji Tuhan kepada nenek moyang dahulu. Hal ini akan ditegaskan kembali dalam silsilah Yesus (Luk 3:23-38). Dengan menyebut Maria dalam kedudukan ini, Lukas ingin mengajak pembaca melihat bahwa Gabriel memang diutus mendatangi seorang yang memungkinkan Yesus nanti lahir dalam garis keturunan Daud. Ini yang pokok. Sehingga kita tidak bisa mengatakan: “Oh…Allah memilih maria itu kan hanya kebetulan. Allah bisa memilih siapa saya wanita di dunia ini?”

Ketika Malaikat masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang penuh rahmat, Tuhan menyertai engkau.”

Coba bayangkan kalau seorang malaikat dan menampakan diri kepada anda dan mengatakan hal yang sama. Mungkin kita anda dan saya akan kaget dan berkata: ‘apa-apaan ini? Sebagai manusia, tetapi bebas dari segala noda dosa, Bunda Maria juga kaget, tetapi ia bertanya dalam hatinya: ‘Apakah artinya salam itu?

Dan Malaikat menjawab: “Jangan takut Maria sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapa Allah.” – kalimat ‘beroleh kasih karunia di hadapan Allah’ berarti rahmat Allah menyertai engkau atau Allah telah memilih engkau’

Lanjut malaikat Gabriel: ”Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang putera dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. ia akan menajadi besar dan akan disebut Putera Allah yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya tahta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”

Secara manusiawi, orang akan berpikir bahwa Yesus putera Maria ini tidak akan mati sehingga dia dapat menjadi raja sampai pada keabadian.

Tetapi bagi orang Yahudi, sabda Tuhan dalam bacaan I tadi tidak dimengerti bahwa Allah akan mendirikan suatu kerjaan duniawi, tetapi lebih sebagai sebuah kerajaan surgawi.

“Bagaimana hal itu mungkin terjadi?” Tanya Maria. Dan malaikat menjawab: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu putera yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Putera Allah.”

Suatu tanda diberikan Allah supaya Maria percaya akan peristiwa itu adalah Elisabeth pun sedang mengandung seorang anak pada hari tuanya.

Akhirnya Maria pun menjawab: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu” – Maria sebagai seorang gadis Yahudi yang saleh sangat akrab dengan kitab suci. Dia tahu betul akan semua hal besar yang telah dikerjakan Allah bagi bangsanya: membebaskan mereka dari perbudakan Mesir, membimbing mereka melewati laut merah, mengantar mereka masuk ke tanah terjanji, dll
Setelah itu Malaikat itu meninggalkan Maria.

Saudara dan saudariku.
Bacaan-bacaan mewahyukan kepada kita bahwa Kerajaan Allah yang didirikan oleh Yesus, tidak akan berakhir.

Minggu depan kita akan merayakan Natal, - pesta kelahiran Yesus – sang Messias yang dijanjikan. Dialah yang akan mengokohkan kerajaan Daud sampai selama-lamanya – kerajaan bukan dalam arti duniawi tetapi kerajaan rohani.

Ketika nanti kita melanjutkan ekaristi ini, hendaklah kita tetap ingat bahwa Yesus Kristus ada bersama kita saat ini, sedang membangun kerajaaan rohani yang anggotanya adalah kita. Semoga kita tetap ingat dan sadar bahwa dengan mengambil bagian dalam ekaristi ini, kita ternyata sedang mengambil bagian dalam perjamuan surgawi yang tak dapat kita lihat dengan kasat mata.

Minggu Biasa ke 25 - tahun A - 2011

Bacaan

Yes 55:6-9
Flp 1:20c – 24.27a
Mat 20:1-16a

Renungan oleh pastor Tonny Blikon, SS.CC

Saudara dan saudariku yang terkasih!
Dalam bacaan Injil nanti kita akan mendengar kisah perumpamaan tentang seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Ada yang mulai bekerja pada pagi hari, ada yang jam 9 pagi, ada yang jam 12 siang, ada yang jam 3 sore dan ada yang jam 5 sore. Setelah itu masing-masing mendapat upah yang sama yaitu 1 dinar. saya yakin kita semua tahu kelanjutan kisah perumpamaan ini.

Saya akan mengawali renungan ini dengan sebuah kisah: Pada suatu hari ada seorang pengusaha yang sangat kaya melakukan perjalanan bisnisnya. Dalam perjalanan itu dia bertemu dengan dua orang.... mereka saling berkenalan dan bersahabat satu sama lain. Tentang dua orang itu, yang pertama namanya RAKUS dan yang kedua namanya IRI. Nah....ketika mereka harus berpisah, sang pengusaha berkata kepada keduanya, ”Sebelum kita berpisah, saya ingin memberikan kamu hadiah. Kamu boleh minta apa saja. Caranya begini: Orang yang pertama menyampaikan permintaaannya - akan langsung mendapatkan apa yang dimintanya. Orang yang kedua tidak perlu menyampaikan lagi permohonanya karena dia pun langsung mendapatkan dua kali dari apa yang didapatkan oleh orang pertama. Misalnya, kalau orang pertama meminta satu mobil, maka orang kedua akan mendapatkan dua mobil.”

Kedua orang itu sangat senang dengan tawaran itu yang menarik itu. Sayangnya, masing-masing menunggu siapa yang harus mulai. Si RAKUS berharap bahwa si IRI akan menyampaikan permohonannya terlebih dahulu sehingga dia bisa mendapatkan dua kali lipat. Sebaliknya si IRI juga menunggu supaya si RAKUS yang lebih dulu menyampaikan keinginannya sehingga dia bisa dapat dua kali lipat. Setelah menunggu dan menunggu, ternyata tidak ada yang memulai untuk menyampaikan permintaannya. Akhirnya si RAKUS mengamcam si IRI; ’Ayo..kamu yang duluan menyampaikan permintaanmu, kalau tidak kamu saya pukul nanti.” akhirnya si IRI berkata: ”Baiklah kalau begitu. Saya minta supaya satu mata saya menjadi buta.” Pada saat itu juga satu mata si IRI menjadi buta dan pada pada saat yang sama kedua mata si RAKUS menjadi buta.

Saudara dan saudariku
Kedua orang dalam kisah tadi menjadi korban kerakusan dan iri hatinya sendiri. Kerakusan dan iri hati seringkali melekat dalam hati manusia dan telah menimbulkan banyak persoalan dalam kehidupan bersama.

Dalam hidup ini, kita seringkali iri hati terhadap orang yang bernasib lebih baik dari diri kita. Seringkali kita membandingkan: ”oh dia lebih berbakat dari saya, dia lebih kaya, lebih cakep, lebih cantik, dll”

Dengan berpikir demikian, kita telah melakukan suatu kesalahan yaitu: menilai orang lain berdasarkan standar yang sangat duniawi dan bukan dengan standar Allah. Seandainya kita dapat menilai mereka berdasarkan ukuran yang diberikan oleh Allah maka kita akan menyadari bahwa kita sama-sama bernasib baik.

Kalau kita memang merasa bahwa diri kita kurang beruntung bila dibandingkan dengan orang lain, maka St. Paulus meneguhkan kita dengan kata-katanya kepada jemaat di Korintus: ”Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti” (1Kor 1:27-28).

Inilah cara kerja Allah. Orang yang bodoh dipilih oleh Allah, yang lemah dipilih oleh Allah, yang tidak terpandang dipilih oleh Allah. Lantas mengapa kita suka membanding-bandingkan berkat Allah bagi kita dengan berkat Allah bagi orang lain? Hal itu hanya akan membuat kita masuk dalam dosa iri hati dan akhirnya kurang bersyukur kepada Tuhan .

Allah dalam bacaan I tadi berbicara melalui nabi Yeremiah: ”Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu dan jalanmu bukanlah jalan-Ku. Seperti tingginya langit dari bumi, demikian pun jalan-Ku lebih luhur dari jalanmu dan pikiran-Ku lebih mulia dari pikiranmu”.

Saudara dan saudari
Bacaan Injil tadi memang mengundang orang untuk mempertanyakan dimanakah keadilan Allah? Protes kaum pekerja yang masuk lebih awal memang bisa kita terima secara akal sehat. Kalau memang pemilik kebun anggur itu murah hati, apakah dia tidak memberikan ’bonus’ kepada mereka yang bekerja lebih awal?

Ada beberapa penafsir yang mencoba meminimalisasikan persoalan ini dengan mengatakan: mungkin kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang bekerja lebih awal dengan mereka yang bekerja hanya satu jam, setara atau sama. Mereka yang bekerja lebih awal, banyak waktu dihabiskan dengan sia-sia sedangkan mereka yang masuk kemudian langsung bekerja dengan sungguh-sungguh.

Nah... ini hanyalah tafsiran yang juga berdasarkan akal manusia. Akan tetapi perumamaan ini lebih berbicara tentang sifat radikal dari belaskasih Allah. Allah menunjukkan belaskasih kepada kita bukan karena jasa-jasa kita melainkan atas dasar kasih sayang itu sendiri.

Saudara dan saudariku
Pengalaman ’mengeluh’ ini seringkali kita alami di dalam kehidupan kita. Banyak orang mengeluh karena kerja, pelayanan, dedikasi dan pengorbanan mereka untuk gereja tidak dibayar dengan dengan gaji atau tanda jasa yang setimpal. Atau seringkali kita mendengar orang mengeluh seperti ini: ”Selama ini saya aktif di mana-mana: di lingkungan, Legio, kharismatik, rajin misa, ikut offisi, kok hidup saya tetap menderita? Jika kita berpikir demikian, baiklah dengan rendah hati kita harus mengakui bahwa kita tidak bedanya dengan para pekerja yang masuk pagi-pagi benar dalam kisah Injil tadi.

Saudara dan saudariku
Tidak ada di antara kita yang dapat menuntut berkat yang sebenarnya telah Allah siapkan bagi kita. Segala karya baik kita, tidak membuat kita berhak menuntut rahmat istimewa dari Allah. Kata ’hak’ tidak ada dalam kosa kata Kerajaan Allah.

Satu hal yang dapat kita lakukan hanyalah mengharapkan belaskasih Allah. Logika manusia ada batasnya, tetapi rahmat dan belaskasih dari Allah tidak terbatas.

Rahmat dan berkat Allah itu selalu berlimpah. Dan setiap orang menerima bagiannya sendiri-sendiri. Jika Allah memang memberikan kita lebih, tidak berarti kita lalu bersikap sombong dan mengabaikan orang-orang yang kurang beruntung.

Saudara dan saudariku
Bagi saya, hanya ketika orang yang berkelebihan dan yang berkekurangan, hidup bersama dalam kerendahan hati dan kesederhanaan, dan mengakui bahwa Allah adalah kasih, barulah mereka dapat belajar arti yang sebenarnya dari cinta dan keadilan.

Beberapa point untuk refleksi kita.

Dalam Injil Yesus mengajarkan bahwa kita harus membuang segala rasa cemburu dan iri hati. Hal ini nampak jelas dalam bacaan Injil hari ini. kepada mereka yang menggerutu, pemilik kebun anggur itu berkata: ”tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikan engkau, karena aku murah hati?”

KGK, pada pembahasan bagian Sepuluh Perintah Allah mengatakan demikian:

KGK 2552: Perintah kesepuluh melarang kelobaan, yang muncul dari kerinduan tanpa batas dan penuh nafsu akan kekayaan dan akan kekuasaan yang berkaitan dengannya.

KGK 2553: Iri hati terdiri dari kesedihan karena orang lain mendapatkan untung dan kerinduan yang tidak terkendalikan untuk memperoleh milik orang lain. iri hati adala suatu kebiasaan buruk yang pokok.

Amsal 14: 30 “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang” – artinya iri hati menghancurkan hidup kita, justru dari dalam.

Iri hati adalah dosa yang membuat kita tidak mampu mengenal keindahan dan keunikan orang lain dan membuat kita tidak dapat menghargai orang lain. Nah....agar kita dapat mendekatkan diri kepada Allah yang adalah sumber segala kebaikan, keindahan dan kemurahan hati, maka sikap iri hati ini harus dimatikan. Iri hati membutakan mata kita.

Karena itu, Injil hari ini mengajak kita untuk berhenti membandingkan diri kita dengan orang lain. Injil mengundang kita untuk menerima diri kita sebagaimana adanya kita. Ia mengajak kita untuk mengikuti nasihat rasul Paulus kepada umat di Galatia: ”Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain” (Gal 6:4).

Hal yang terpenting dalam hidup ini bukanlah apa yang orang lain pikirkan tentang dirimu, tetapi apa yang Allah pikirkan tentang anda. Bukan soal bagaimana orang lain telah menilai saya tetapi tetapi bagaimana Allah menilai hidup saya.

Untuk itu marilah kita bersyukur kepada Tuhan atas segala rahmat, berkat, dan talenta yang telah Tuhan berikan kepada kita. Berkat Allah selalu lebih dari yang kita harapkan....

Mengampuni berarti menyembuhkan diri sendiri

Renungan Minggu Biasa XXIV – Tahun A
Oleh Pastor Tonny Blikon, SS.CC

Bacaan:
Sir 27:30 - 28:9
Roma 14:7-9
Matius 18: 21-35

Renungan:

Saudara dan saudariku
Dalam cerita silat, salah satu tema yang menonjol adalah balas dendam. Sebuah kalimat yang seringkali muncul adalah: "Aku akan mati dengan tenang sesudah dendamku usai terbalas."

Inilah yang seringkali terjadi dalam kehidupan ini. Banyak orang berpegang pada kebencian, mereka menimbun rasa dendam terhadap orang yang menyakiti mereka dan suatu hari nanti mereka akan membalasnya. Namun yang sebenarnya adalah: jika kita tidak mengampuni orang maka kita sedang menghukum dalam diri kita sendiri. Tidak mengampuni merupakan penghalang bagi kita untuk merasa damai. Kita harus menyingkirkan penghalang itu, membuka lebar pintu dan memberikan pengampunan kepada orang. Di saat hati terbuka maka kita dapat melepaskan sakit hati, penderitaan dan memberikan kesembuhan.

Dalam Injil hari ini, Petrus bertanya kepada Yesus : "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Jawab Yesus : "Sampai tujuh puluh kali tujuh kali." Mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali artinya mengampuni secara tuntas, tanpa bekas.

Ini pengajaran yang bagus, tetapi sulit untuk dilaksanakan karena memberikan pengampunan tidak semudah membalikan telapak tangan. Banyak orang berkata, "Aku tidak memaafkan dia, hatiku sudah terlanjur sakit. Kok enak, dia sudah berbuat jahat dan menyakiti aku, kok saya yang harus mengampuni dia?" Harus kita akui bahwa hal mengampuni ini memang hal yang tidak mudah untuk dilakukan, terlebih lagi jika orang yang menyakiti dan berbuat jahat kepada kita adalah orang-orang terdekat atau orang yang kita kasihi. Tetapi sebetulnya jika kita mengampuni maka kita berada pada posisi sebagai pemenang.

Saya punya suatu film yang bagus sekali, ”Karol: a Man who became Pope.” Film ini dibuat oleh para actor-aktris Polandia dalam rangka penghormatan bagi salah seorang pemimpin terbaik kereja, bahkan salah seorang pemimpin dunia terbaik, yang banyak kita kenal keteladanan pribadinya: Paus Yohanes Paulus II.

Dikisahkan bahwa ketika masih sebagai dosen di sebuah universitas di Polandia, Karol mempunyai seorang mahasiswa yang sangat dekat dengannya yang bernama. Karol tidak menyadari atau mencurigai bahwa sebenarnya mahasiswa itu adalah mata-mata yang dikirim oleh Parta Komunis yang berkuasa saat itu. Adam menyamar sebagai mahasiswa dan bersahabat dengan Karol dengan maksud mencari kesalahan-kesalahan yang bisa dipakai untuk menangkap Karol.

Dalam film itu, terlihat bahwa Adam Zielinski memasang alat rekam suara di mana-mana bahkan sampai di ruang pengakuan. Namun sepanjang pengamatannya, Adam tidak menemukan hal-hal subversif yang dilakukan oleh Karol Woytila sebagai bukti untuk menangkapnya. Yang terjadi justru sebaliknya. Ia makin mengenal Karol Woytila sebagai seorang hamba Tuhan yang sungguh mendedikasikan hidupnya bagi Tuhan, bangsa dan negaranya. Adam sendiri tidak tahan mendengar penderitaan orang yang datang berkonsultasi. Dia akhirnya mengakui dan meminta maaf di hadapan gurunya itu.

Melihat dan mendengar pengakuan Adam Zielinski yang mengakui kesalahannya dengan menyesal dan hancur hati, Karol Woytila mengatakan: ’if you made mistakes, you already paid for them’, maksudnya, penyesalannya yang diungkapkan itu sudah cukup untuk membayar kesalahannya. Karol Wojtyla, dengan gampang sekali mengampuninya, ia sama sekali tidak bertanya mengapa ia melakukan perbuatan jahat kepadanya, apa latar belakangnya, ataupun jengkel, marah dan dendam. Adam Zielinski tak pernah menduga bahwa ia mendapatkan maaf dan ampun dari gurunya segampang itu, padahal dialah yang selama ini menyebabkan gurunya itu menderita kesulitan akibat tekanan-tekanan partai komunis. Mengapa Karol Wojtyla begitu mudah mengampuninya? Sebab, harga dari jiwa yang menyesal itu lebih mahal, dan rasa dendam sama sekali tidak sebanding dengan indahnya pertobatan.

Saudara dan saudariku
Di saat hati terbuka untuk mau mengampuni maka kita dapat melepaskan sakit hati, penderitaan dan memberikan kesembuhan. Bila kita bisa mengampuni dengan tuntas maka yang kita dapatkan adalah kesembuhan dalam jiwa kita, bebas dari marah, benci, dendam dan tentu saja berkat Tuhan untuk kita tidak terhalang. Pertumbuhan hidup rohani sangat erat terkait dengan kesediaan untuk mengampuni. Bila seseorang tidak mampu atau tidak mau mengampuni orang yang bersalah dengannya itu berarti dia menutup kesempatan bagi rohaninya untuk bertumbuh. Jadi, kalau mau bertumbuh maka belajarlah untuk mengampuni.

Kesaksian:
Saya adalah seorang biarawati dari tarekat CB yang berkarya di Kupang NTB, nama saya Suster Marietha, CB (umur 37 tahun). Tiga tahun yang lalu saya divonis oleh dokter di RS Panti Rapih Jogja bahwa saya menderita Kanker Payudara stadium 1B. Selama 1 tahun lebih saya berusaha minum obat-obatan tradisionil dan teh hijau, tapi setelah 1 tahun saya check kembali ke dokter di Panti Rapih, stadium bertambah menjadi 2B, kemudian oleh seorang ibu di Semarang, saya dianjurkan ke Romo Yohanes Indrakusuma, O Carm di Cikanyere, Puncak, Jawa Barat untuk didoakan.

Pada waktu tangan Romo Yohanes menumpangkan tangan di atas kepala saya,dia berkata: "Suster pasti menyimpan dendam yang sudah lama kepada seseorang di hati suster."

Mendengar itu saya menangis tersedu-sedu dan saya katakan kepada romo: "Benar romo, saya memang membenci ayah saya sejak saya di SMP, karena ayah saya telah mengkhianati ibu, 2 kakak saya dan saya. Kami diusir dari rumah kami, kemudian ayah dan seorang wanita menempati rumah yang sudah bertahun-tahun kami tempati itu. Sejak saat itu ibu saya sakit-sakitan dan akhirnya meninggalkan kami selama-lamanya. Dan sejak itu saya memendam kebencian terhadap ayah."

Setelah mendengarkan cerita saya, Romo Yohanes berkata: "Ya, itulah BIANG dari penyakit suster, selama suster tidak mau mengampuni ayah, obat apapun tidak akan menyembuhkan suster. Dan mengampuni bukan hanya dengan kata-kata tapi harus dibuktikan dengan perbuatan."

Setelah itu saya minta ijin cuti selam 6 bulan pada suster provinciaL CB untuk menengok dan merawat ayah, karena saya dengar dari saudara ayah kalau ayah terkena stroke. Selama 6 bulan itu saya merawat ayah dengan cinta kasih yang tulus. Selama bersama ayah saya tidak minum obat apapun.

Setelah selesai masa cuti, sebelum kembali ke Kupang, saya ke RS Panti Rapih di Jogja untuk check up, dokter yang merawat saya sangat heran dan bertanya: "Suster minum obat apa selama ini?" Saya jawab kalau tidak minum apa2, dan saya balik bertanya ada apa dokter?

Dokter menjawab dari hasil pemeriksaan, baik darah maupun USG semuanya NEGATIVE. Langsung saya jawab obatnya PENGAMPUNAN. Dokter heran dan bertanya apa maksud suster? Saya ceritakan semuanya, kemudian dokter berkata wah kalau begitu kepada pasien-pasien saya yang menderita kanker, saya akan bertanya apakah anda punya perasaan dendam atau benci terhadap seseorang. Kalau jawabannya ya, saya akan suruh berdamai dan memberikan pengampunan seperti suster, sambil tertawa si dokter menepuk pundak saya.

Demikianlah pengalaman yang saya alami bisa dibagikan kepada saudara-saudari semua, bahwa PENGAMPUNAN itu sangat besar faedahnya, tidak hanya untuk jasmani tapi juga rohani kita. (kisah Sr. Marietha, CB di sharingkan via Timothy Wibowo)

Saudara dan saudariku.
Marilah kita semua berlutut dan berdoa mohon rahmat pengampunan. Kita bisa berdoa bagi diri kita sendiri, juga bagi orang lain yang kita tahu bahwa sampai saat ini masih sulit untuk mengampuni.

Meditasi (Music)
Bayangkan segala sakti hati, dendam yang masih mempengaruhimu sampai saat ini. Bayangkan juga wajah orang yang telah menyakitimu itu. Dia datang kepadamu untuk meminta maaf.

Dari dalam dirimu sadarilah bahwa tidak ada gunanya menyimpan rasa sakit hati. Dengan mengampuni maka hidup jadi lebih ringan. Mintalah rahmat dari Tuhan: rahmat untuk mengampuni.

Hayatilah perasaan yang terluka dan berduka itu. Yesus berjanji: Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.

Ingatlah bagaimana Allah telah mengampuni Anda. Dalam imaginasimu…pandanglah salib Kristus, hampirilah salib itu. Anda akan mendapat keadilan dan kekuatan.

Mintalah karunia dan kuasa untuk mengampuni. Mungkin batin kita berontak, ’Aku tidak mungkin mengampuninya” – tidak apa-apa. Ceritakan saja pada Yesus. Dia pasti bisa mengerti.

Dari atas salib, Yesus telah mengajar kita sebuah doa yang sangat indah: ”Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan” – jadikanlah doa ini sebagai doamu saat ini.

Lagu: Mengampuni lebih sungguh.

Mengasihi, mengasihi lebih sungguh (2x)
Tuhan lebih dulu mengasihi kepadaku
Mengasihi, mengasihi lebih sungguh.

Melayani, melayani lebih sungguh (2x)
Tuhan lebih dulu melayani kepadaku
Melayani, melayani lebih sungguh.

Mengampuni, mengampuni lebih sungguh (2x)
Tuhan lebih dulu mengampuni kepadaku
Mengampuni, mengampuni lebih sungguh.

Manisnya Pengampunan

Renungan Minggu Biasa ke 24 Tahun A
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Bacaan:
Sir 27:30 - 28:9
Roma 14:7-9
Matius 18: 21-35

Renungan:

Pengampunan mengingatkan kita akan lagu “Madu dan Racun” yang dinyanyikan oleh Arie Wibowo : “Madu di tangan kananmu, Racun di tangan kirimu, Aku tak tahu mana yang akan kau berikan padaku”. Madu adalah simbol manisnya pengampunan dan racun adalah lambang pahitnya kebencian. Mengampuni memang tidak mudah, apalagi mengampuni orang yang sama. Lebih mudah mengampuni seratus kali kepada orang yang berbeda daripada sepuluh kali kepada orang yang sama. Menyimpan kebencian berarti menyebarkan racun yang mematikan diri kita sendiri. Membuang kebencian mendatangkan kelegaan. Ilustrasi ini indah sekali.

Seorang ibu guru meminta murid-murid-Nya membawa satu kantong plastik dan kentang sejumlah orang yang dibencinya. Masing-masing kentang diberi nama berdasarkan orang yang dibencinya. Ada yang membawa kantong plastik berisi satu kentang, ada yang dua, ada yang tiga, bahkan ada yang lima. Murid-murid itu harus membawanya kemana saja mereka pergi selama satu minggu. Hari berganti hari, kentang-kentang itu mulai membusuk. Mereka mengeluh, apalagi yang membawa lima buah kentang, selain berat, baunya juga tidak sedap. Pada hari ketujuh semua murid merasa lega setelah membuang kantong plastik berisi kentang-kentang kebencian itu ke tempat sampah. Inti dari ceritera itu : tidak enak membawa kebencian dalam hidup kita. Menyimpan kebancian bisa menimbulkan penyakit. Tidak ada jalan lain agar kita mengalami kelegaan, yaitu melepaskan pengampunan kepada orang yang melakukan kesalahan kepada kita. Kemarahan yang disimpan adalah sampah dan racun bagi jiwa ! Karena itu, buanglah kemarahan dan lepaskanlah pengampunan bagi siapapun juga.

Ada sebuah kesaksian tentang pengampunan di antara suami dan istri dalam sebuah retret. Kesucian pernikahan mereka telah dinodai dengan perselingkuhan suami. Perselingkuhan sang suami dengan pembantu rumah tangganya sendiri tertangkap basah oleh istri. Hati sang istri terluka sekali. Tidak ada kata “maaf” sampai mati. .Ia mempertahankan perkawinannya ini hanya demi anak-anak yang membutuhkan “papi”, walaupun ia harus makan hati. Situasi rumah tangga sudah menjadi seperti api neraka. Pertengkaran terjadi setiap hari. Pertengkaran yang berakar dari kecurigaan. Istri tidak percaya lagi dengan suami. Suami diam-diam memata-matai istri. Ia takut istrinya membalas perbuatannya selama ini. Setiap malam ia memeriksa handphone istri untuk melihat apakah ada kata-kata “romantis” dari pria lain yang mengungkapkan “jatuh hati”. Kecurigaan telah melenyapkan kenyamanan hati suami dan istri. Dalam doa pemulihan dan adorasi, mereka merasakan sebungkah es pelan-pelan melelehi hati. Air mata pun tertumpah di pipi. Mereka saling memandang, tetapi tidak ada yang berani mengatakan “maaf” karena gengsi. Getaran handphone yang hampir bersamaan di dalam saku celana mereka telah mengubah keadaaan. Tak terduga getaran handphone itu berisi SMS dari puterinya yang berumur tujuh tahun : “Papi dan mami, jangan lupa besok ulang tahunku ! Aku tak mau tas baru sebagai hadiah ulang tahunku. Janji ya….. sebagai hadiah ulang tahunku adalah papi dan mami tidak boleh bertengkar lagi !”. SMS dari anak kecilnya ini mampu membuat mereka tersenyum. Senyuman membawa mereka pada pembaharuan janji pernikahan. Janji pernikahan membuat mereka berjalan sambil berangkulan dengan meninggalkan aku bengong sendirian di kamar makan ha…. ha…..ha….

Yesus mengatakan kepada Petrus bahwa ia harus mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali. Pengampunan bukan sekedar jumlah atau sekedar melupakan kesalahan. Pengampunan merupakan panggilan untuk menghadirkan kerajaan Allah. Menghadirkan Kerajaan Allah berarti menghadirkan belaskasihan Allah yang tak terhingga kepada umat-Nya. Dengan mengampuni, kita memperoleh kedamaian di hati karena terlepaskan dari belenggu balas dendam, kemarahan, dan kebencian. Pengampunan tidak pernah rugi. Menyimpan kesalahan membikin sakit hati, batin tertekan, perasaan tidak nyaman, muka muram, dan senyuman menjadi hambar. Pengampunan akan memulihkan perasaan tidak nyaman menjadi menyenangkan. Trauma pun akan hilang. “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian” (Kolese 3:13). Tuhan memberkati.

Teguran Kasih

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC
Homili Minggu Biasa XXIII

(Mateus 18:15-20)

Dalam sebuah museum, terdapat sebuah patung marmer yang sangat indah dan juga lantai marmer. Si lantai bertanya kepada si patung : “Kamu enak sekali ya, orang-orang datang ke museum ini pada memuji-muji kamu, sedangkan aku diinjak-injak orang. Padahal, kita kan dari gunung yang sama”. Si patung menjawab menjawab : “Kita memang dari gunung yang sama. Akan tetapi, kamu tidak mau dipahat oleh tukang pahat sehingga menjadi lantai saja. Aku mau dibentuk oleh tukang pahat walaupun sakitnya bukan kepalang sehingga menjadi patung yang dilihat banyak orang. Ada harga yang harus dibayar untuk menjadi indah”.

Tuhan ingin membentuk kita menjadi lebih indah dari hari ke hari. Tuhan membentuk kita dengan meminta kita untuk saling menasihati/menegor. Mau menegor dan ditegor perlu pengorbanan. Ditunjukkan kesalahan kita pasti menyakitkan, sedangkan menegor juga makan hati, yaitu perasaan takut dimarahin dan bahkan dimaki. Ketika mau melakukannya dengan tulus, kita akan menjadi semakin sempurna. Semakin sempurna adalah indah. Karena itu, Tuhan Yesus menasihati kita untuk menegur saudara kita yang bersalah dengan empat mata. Menegor dengan empat mata adalah manasihatinya dari hati ke hati. Menegor dari hati ke hati akan membuatnya termotivasi untuk berubah daripada menggosipkan kesalahannya. Menggosipkan kesalahannya akan membuatnya enggan berubah karena merasa sudah terlanjur malu. Permohonan mereka pun dikabulkan : “Jika dua orang daripadamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga” (Mateus 18:19). Permohonan yang dikabulkan adalah permohonan untuk berubah. Perubahan terjadi pada orang yang berbuat salah dan juga kita yang menegornya dengan mau mengampuni kesalahannya.

Ada sharing iman dari seorang remaja dalam sebuah retret. Ibunya meninggal dunia satu menit setelah melahirkannya karena kehabisan darah. Sejak itu, ia diasuh oleh tantenya (adik dari ibunya) yang belum menikah. Ketika ia berumur sepuluh tahun, ayahnya menikahi tantenya itu. Pernikahan ayahnya dengan tantenya memukul jiwanya. Ia merasa ayahnya bukan miliknya lagi, tetapi milik tantenya. Tekanan jiwanya semakin diperparah dengan kelahiran adiknya, hasil dari pernikahan ayah dan tantenya itu. Ia tidak berani bermanja-manja lagi dengan ayahnya. Ia mengalami kesepian di dunia yang ramai. Ia merasa diri sebagai anak yang paling menderita di dunia. Ia menyimpan segala kekecewaan di dalam hatinya sehingga ia menimbulkan penyakit lupus di lehernya. Ia sudah pergi ke mana-mana untuk memperoleh kesembuhan, tetapi kesembuhan tetap tinggal keinginan. Ketika doa pemulihan dikumandangkan, ia terbayang sebuah peristiwa. Pada suatu malam, tantenya memindahkan dia yang tertidur di sofa di depan televisi ke kamarnya dan menyelimutinya sambil berkata : “Nak, engkau harus tahu bahwa aku sangat menyayangimu”. Selama ini ia termakan dengan perasaannya sendiri sehingga tidak bisa melihat kasih tantenya. Ia dengan air mata bercucuran menuliskan sebuah untaian kata pada selembar kertas putih : “Tante, aku mohon maaf karena selama ini aku tidak melihat kasihmu. Terimakasih Tuhan, Engkau telah mencintaiku melalui tanteku”. Ketika bangun pagi, ia terkejut karena luka-luka dilehernya akibat lupus terkelupas dengan sendirinya. Ia disembuhkan karena bisa melihat kasih Allah yang selama ini tenggelam dalam kecurigaannya sendiri.

Teguran kasih persaudaraan harus kreatif. Tegoran tidak harus dengan kata-kata. Tegoran yang paling efektif adalah tidak lelah-lelahnya melakukan kebaikan kepada orang yang bersalah. Orang yang bersalah itu akan tersentuh hatinya. Orang yang tersentuh hatinya akan rela berubah. Tegoran kasih akhirnya berbuah. Buahnya : keindahan rohani, yaitu baik kita yang menegor dan yang ditegor bertumbuh di dalam belaskasihan. Karena itu, marilah kita memelihara ketulusan hati kita agar hati kita terus memancarkan keindahan hidup : “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Amzal 4:23). Tuhan memberkati.

Correctio Fraternal bukan bergossip

Renungan Minggu Biasa ke XXIII Tahun A
Pastor Tonny Blikon, SS.CC

Bacaan :
Yeh 33:7-9
Roma 13:8-10
Matius 18:15-20

Renungan:

Dalam bacaan pertama tadi, kita mendengar Allah bersabda kepada nabi Yehezkiel: “Hai anak manusia, Aku mengangkat engkau menjadi penjaga kaum Israel” sedangkan dalam bacaan Injil tadi Yesus berbicara tentang apa yang harus kita buat jika melihat sesama kita melakukan kesalahan atau dosa.

Peranan sebagai ‘penjaga’ dan tugas untuk ‘correctio fraternal’ adalah hal yang tidak mudah. Tetapi ini adalah suatu tugas yang harus kita jalankan.

Ada seorang wanita – irma meninggalkan gereja ketika masih remaja. Selama 9 tahun dia tidak pernah ke gereja. Tapi syukur bahwa kasih Tuhan akhirnya mengantar dia kembali ke gereja. Suatu ketika Irma ini berceritra seperti ini: hal yang paling menyakitkan selama 9 tahun pengembaraannya adalah bahwa ketika ia tidak muncul lagi di gereja, atau jarang aktif lagi dalam lingkungan, tidak ada orang yang pernah berkontak dengan dia, bertanya “gimana kabarmu? Kok nda muncul-muncul lagi?”. Tidak ada orang yang bertelepon atau mengunjungi saya untuk menanyakan apakah saya ada masalah atau tidak? Seakan-akan semua orang tidak pernah merindukan kehadirannya. Saya mendapat kesan bahwa orang-orang gereja tidak membutuhkan saya.”

Saudara dan saudariku….. banyak umat paroki kita yang tidak aktif di lingkungan atau di paroki. Ada banyak alasan tentunya. Pertama, bisa jadi karena gereja terlalu jauh…ongkos ke gereja lebih mahal dari biaya hidup sehari. Kedua, bisa juga mereka pernah merasa sakit hati dengan orang-orang tertentu di di dalam suatu kelompok, sehingga mereka tidak mau muncul lagi. Terhadap situasi ini, apa yang harus kita buat? Apakah kita membela diri dengan mengatakan “Itukan bukan urusan saya?”

Mungkin ada yang bertanya, mengapa menjadi urusan saya? Kan itu urusan dia sendiri apakah dia mau aktif atau tidak. Ingat dalam bacaan pertama tadi, Allah berfirman: “Jika engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya....maka Aku akan menuntut pertanggung-jawaban dari padamu.”
Salah satu panggilan kita sebagai umat Kristen adalah sebagai nabi. Sebagai nabi kita dipanggil untuk menjadi “corong” Allah mengingatkan orang yang bersalah atau orang yang jarang aktif supaya mereka kembali.

Untuk merasakan daya atau kekuatan firman Allah dalam bacaan pertama tadi, saya mau membaca sekali lagi teks tadi tapi mau mengantikan dengan nama seseorang.
Tuhan bersabda demikian, “Hai Tony, Aku telah mengangkat engkau menjadi penjaga umat paroki St. Odilia – Citra Raya. Bilamana engkau mendengar sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka demi nama-Ku …..dst

Kita bisa terapkan firman untuk diri kita masing-masing sesuai tugas dan fungsi kita di dalam gereja. Misalnya sebagai ketua lingkungan, Hai ibu Davi, Aku telah mengangkat engkau menjadi penjaga umat lingkungan St. Antonius – Paroki St Odilia …..
Jadi, saudara dan saudariku… kita tidak bisa mengatakan “itu bukan urusan saya, kalau dia mau aktif atau nggak!”

Pesan ini menjadi jelas dan sangat praktis dalam bacaan Injil hari ini: “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawa empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali”

Kita harus agak hati-hati jika menegur sesama kita. Motivasi kita dalam ‘menegur atau memperingati’ mereka bukan untuk mempersalahkan dia tetapi untuk mendapat kembali mereka.

Bacaan Injil hari ini juga memberikan 3 tahap bagaimana menegur sesama: (1) Tegurlah dia secara pribadi. (2). Cobalah sekali lagi dengan mengajak orang-orang yang bisa dipercayai. (3). Bawalah masalah ini kepada jemaat.

Beberapa catatan untuk diperhatikan dalam ‘menegur”: Jika anda tidak mencintai orang itu, janganlah menegur dia, biarlah orang lain yang melakukannya. Sebab jangan sampai anda terbawa emosi.

Jangan suka membicarakan kesalahan atau dosa orang lain tanpa kehadiran orang itu. Itu namanya gossip. Gossip itu sesuatu yang sangat menyakitkan. Bukan baru zaman ini tetapi bahkan sejak abad ke 6 Bc, pemazmur telah memohon kepada Allah untuk melindungi dia dari orang-orang yang suka gossip:

Mzm 57 “Kiranya Ia mengirim utusan dari surga dan menyelamatkan aku dari orang yang suka menerkam anak-anak manusia yang giginya laksana tombak dan panah dan lidahnya laksana pedang tajam”

Mzm 64: “sembunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat. Yang menajamkan lidahnya seperti pedang, yang membidikan kata yang pahit seperti panah”

Mzm 140: Luputkanlah aku, ya Tuhan dari manusia jahat, mereka yang menajamkan lidahnya seperti ular, bisa ular sendok ada di bawah bibirnya”

Tetapi zaman ini lebih parah lagi. Gossip malah masuk dalam tabloid atau acara-acara TV. Zaman ini orang merasa tidak salah kalau membicarakan kesalahan atau masalah orang lain. Bahkan di dalam gereja sendiri. Ada yang merasa bahwa mereka ‘telah diurapi’ untuk meng-ekspose kesalahan-kesalahan orang lain. Mereka merasa seakan memainkan peranan sebagai ‘nabi’

Saudara dan saudariku
Ketika Allah memilih Yehezkiel sebagai ‘penjaga’ atas umat Israel, Allah tidak memberikan dia ijin untuk menyebarkan gossip.

Kenyataannya..... gosip telah menghancurkan hidup banyak orang, menghancurkan perkawinan, membuat anggota-anggota tubuh Kristus saling memusuhi dan menimbulkan perselisihan dan perpecahan di dalam gereja.

Rasul Yakobus membandingkan lidah manusia dengan api yang bila dibiarkan tidak terkontrol akan dinyalakan dan dikobarkan oleh iblis. Rasul Yakobus berkata, "Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar" (Yak 3:5-6). Lidah yang diserahkan kepada gosip adalah seperti api liar yang menjalar ke dalam hutan membawa pengrusakan. Gosip adalah akar dari perselisihan. Ketika kita menghentikan gosip, kekacauan dan perselisihan akan berhenti juga. Sebagai pendengar firman Allah, langkah berikut yang mesti kita ambil adalah melaksanakannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Amen.

Bangga sebagai Katolik

Homili Minggu Biasa XXI Tahun A - 2011
Tonny Blikon, SS.CC

Saudara dan saudariku
Renungan saya kali ini lebih bersifat apologetik, artinya pembelaan iman. Ada satu hal, yang mendasari permenungan saya ini: beberapa hari yang lalu, saya mendapat berita bahwa ada anak katolik di sekolah negeri tidak bisa mendapatkan pendidikan iman katolik secara benar karena tidak ada yang mau mengajar. Dan lebih parah lagi, salah seorang katekis mengatakan: ’Biar aja mereka ngikuti pelajaran agama Kristen, kan sama saja.’

• Ada yang setuju dengan pendapat ini?
• Apakah antara Katolik dan Protestan itu sama saja? Kalau memang, sama, ngapain kami sibuk cari dana untuk bangun gedung pastoral ini?
• Apa yang membedakan kita orang Katolik dengan teman-teman kita dari Protestan?

Tentu masih banyak lagi perbedaannya, terutama menyangkut sumber kebenaran iman. Kalau kita bahas satu per satu maka akan menjadi bahan kuliah satu semester. Kesempatan ini saya hanya membahas beberapa point.

Saudara dan saudariku
Inti dari ajaran Protenstantisme adalah: Sola Scriptura, Sola Fide dan Sola Gratia. Artinya, hanya Kitab Suci sebagai dasar iman dan hanya imanlah yang menjadi dasar keselamatan.

Nah....hal ini bertentangan sendiri dengan kitab suci sendiri karena Santo Yakobus mengatakan: “Iman tanpa perbuatan adalah mati”. Pandangan ini bertentangan juga apa yang dikatakan oleh Paulus: “sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.” (1Kor 13:2)

Ajaran selanjutnya adalah "Sola gratia" (hanya rahmat). Menurut mereka, keselamatan bukan tergantung pada usaha manusia melainkan hanya dari rahmat dan belas kasihan Allah. karena itu, percaya saja (memiliki iman) yang berdasarkan Kitab Suci saja sudah menjamin keselamatan.

Hal ini sangat bertolak belakang dengan ajaran Katolik. Menurut ajaran Katolik, rahmat tetap penting tapi keselamatan adalah soal perjuangan pribadi setiap orang.

Mungkin kalimat ini bisa menjelaskan maksudku; "Ketika Allah menciptakanmu, Ia tidak pernah bertanya: Kamu nanti mau dikasih nama siapa ya? Kamu mau rupamu seperti apa nanti? Kamu mau lahir di mana? Kamu mau dilahirkan dalam keluarga seperti apa? Tetapi ketika Allah mau menyelamatkanmu (rahmat) maka Ia akan bertanya kepadamu, apakah anda mau diselamatkan?”

Ajaran ini menekankan betapa kebebasan manusia sangat dihargai oleh Allah. Allah tidak perlu memberikan kebebasan kepada manusia, kalau keselamatan otomatis diterima ketika kita percaya kepada-Nya.

Saudara dan saudariku.
Apakah anda bangga sebagai orang Katolik? Apa yang membuat anda bangga sebagai orang Katolik?

Saya memberikan satu alasan mengapa kita harus berbangga sebagai orang Katolik karena hanya gereja Katolik-lah yang didirikan oleh Yesus di atas batu karang, yaitu Petrus dan kuasa itu diteruskan kepada para penggantinya sampai kepada Paus kita sekarang ini.

Kalau kita bertanya: siapakah pendiri gerejamu? Kaum Protestan dengan berbagai macam aliran tidak bisa berkata bahwa Yesus yang mendirikan. Seorang Protestan akan berkata: pendiri gerejaku adalah MARTIN LUHTER; Seorang sekte Marmons akan berkata: Pendiriku, JOSEPH SMITH; seorang Methodis akan berkata: "JOHN WESLEY"; Seorang Anglikan akan berkata: "Raja HENRY VIII"; Gereja Babtis akan berkata: "JOHN SMITH"; Jehova: "CHARLES TAZE RUSELL".

Saudara dan saudariku.
Kita boleh berbangga bahwa gereja Katolik adalah satu-satunya gereja yang mewarisi tahta santu Petrus, namun tahukan anda bahwa betapa banyak orang yang membenci gereja Katolik? Banyak yang mengatakan bahwa gereja Katolik itu sesat. Banyak yang mengatakan bahwa orang katolik itu akan masuk neraka. Banyak yang menghojat Bunda Maria dan juga banyak yang mengatakan dan meyakini bahwa Paus itu adalah pengikut setan.

Point terakhir ini akan mendapat penekanan saya. Pertama, karena hal itu berkaitan dengan bacaan Injil hari ini. Kedua, karena hal inilah yang sekarang ini gencar diajarkan di mana-mana. Para orang tua yang anaknya sekolah di UPH, harap berhati-hati karena anakmu dituntut untuk mengikuti pendidikan agama Kristen Evangelis, salah satu pointnya adalah memperkarakan soal primat atau kuasa Paus ini.

Saudara dan saudariku....
”Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini akan kudirikan gereja-Ku”. Orang-orang yang membenci Katolik akan mengatakan: ”Batu karang itu bukan Petrus melainkan Yesus.”

Saya mengajak kita untuk melihat pendasaran bagi issue ini sehingga bisa dipertanggung jawabkan. Bahwa Yesus memang menghendaki gereja-Nya di didirikan di atas batu karang Petrus.

Dalam Injil tadi (Mat 16:18-19) jelas dikatakan: “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkaulah Petrus (kefas) dan di atas BATU KARANG ini Aku akan mendirikan Jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia akan terlepas di surga.”

Saya mau bertanya: yang dimaksudkan dengan batu karang di situ siapa?

Anti Katolik menafsirkan kata BATU KARANG adalah bukan Petrus melainkan kepada Yesus sendiri (kita bisa lihat ketidak-logisan cara berpikir mereka). Saya kira, anak kecil pun akan mengerti dengan baik perkataan Yesus ini. Yesus tidak berbicara kepada dirinya sendiri melainkan kepada Simon, “engkau adalah Petrus” (batu karang) dan di atasmu Aku akan mendirikan gereja-Ku. Jadi, di sini batu karang adalah Petrus dan bukan Yesus.

Kalimat berikut (ayat 19) semakin memperjelas penjelasan ini bahwa “Aku akan memberikan kepadamu kunci Kerajaan Sorga, . Apa yang kauikat di dunia akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia akan terlepas di surga.”

Untuk membingungkan umat, maka para anti Katolik mengutip semua kutipan yang berbicara tentang baru karang atau dari mana kata itu berasal. Biasanya mereka menggunakan 1 Kor 10:3-5 – ”sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu adalah Kristus.”

Nah...kata-kata dalam teks ini sebetulnya berada di luar konteks, sehingga tidak bisa diterapkan dalam perintah Yesus yang tertulis dalam dalam Mat 16 tadi.

Lebih dari itu, kalau pun kita menerima apa yang tertulis dalam 1 Kor 10: 3-5 maka itu sama sekali tidak berlawanan dengan posisi Petrus. Orang Katolik selalu percaya bahwa Yesus adalah kepala Gereja yang tak kelihatan dan sebenarnya atau batu karang spiritual dari Gereja yang didirikannya. Akan tetapi, Gereja ini tidak dibawa ke Surga. Gereja ini ada, tumbuh dan hidup di dunia di mana setan akan bisa menghancurkannya setiap saat. Oleh karena itu, kuasa Petrus menjadi sangat penting untuk menjaga Gereja Kristus.

Lalu bagaimana dengan Paus sebagai kepala yang kelihatan dari Gereja Kristus? Perlu diingat bahwa ketika Allah membuat perjanjian dengan Abraham, Ia menjadikan Abraham sebagai bapa sekalian bangsa, tetapi itu tidak merongrong atau menggantikan peranan Allah sebagai Bapa segala bangsa/segala ciptaan. Allah tetap menjadi Bapa spiritual umat untuk selamanya.

Saudara dan saudariku.
Satu hal yang bisa kita pelajari dari Santo Petrus adalah kesetiannya kepada Yesus. Kalau kita baca ayat-ayat selanjutnya dari kutipan Injil tadi, Petrus justru ditegus dengan sangat keras oleh Yesus. Ketika Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Setelah mendengar itu, apakah Petrus sakit dan meninggalkan Yesus? Sakit hati pasti iya.... apalagi ditegur di depan umum. Tetapi dia tetap mengikuti Yesus.

Dari pribadi Petrus kita bisa belajar bahwa di dalam hidup bersama sebagai umat, tentu ada saat-saat di mana kita merasa sakit hati karena teguran atau perkataan dari sahabat atau dari kami para imam. Banyak orang ketika mengalami hal itu, mengambil sikap untuk ’mutung’ artinya tidak mau aktif. Tetapi itu sikap yang bukan ditunjukkan oleh rasul Petrus.

Melalui pengajaran hari ini kita juga bisa belajar bahwa setia kepada Yesus berarti setia kepada gereja Roma Katolik. Sekali Katolik tetap Katolik. Jangan hanya karena pernikahan atau apapun alasannya, kita lantas meninggalkan gereja yang benar, yang satu, kudus dan apostolik ini.

Badai Kehidupan

A_Minggu Biasa XIX_2011_Tonny Blikon

Saudara dan Saudariku
Gelombang adalah suatu kata yang sangat dipahami oleh kita semua yang hadir di sini. Kalau mendengar kata ‘gelombang’ apa yang anda pikirkan? Pada umumnya orang berbicara tentang gelombang laut. Ada juga gelombang pasir- kalau itu terjadi di padang gurun.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kata ‘gelombang’ ternyata mempunyai arti yang simbolik. Dalam arti yang simbolik ini orang berbicara tentang gelombang hidup. Jika seseorang sedang mengalami gelombang cinta berarti ia sedang mengalami jatuh cinta setengah mati. Jika seseorang sedang dilanda gelombang hidup berarti ia sedang mengalami suatu tantangan hidup atau penderitaan.

Kejadian yang dialami oleh murid-murid Yesus dalam Injil tadi merupakan gambaran mengenai badai yang sering kita alami dalam kehidupan kita. Sampai-sampai ada lagu diberi judul: “di tengah ombak”. – di tengah ombak dan arus pencobaan, hampir terhilang, tujuan arah hidupku. Bagaikan kapal yang diombang ambingkan – seolah olah mengatasinya tiada mampu”

Dalam menyeberangi lautan kehidupan tidak selamanya kita menghadapi cuaca yang cerah. Ada kalanya badai datang menerpa hidup kita. Dan sebagaimana yang dialami oleh murid-murid Yesus, badai yang datang merupakan suatu hal yang dapat membuat kita semua gentar dan goyah dalam iman kita.

Contohnya adalah Nabi Elia, yang kita dengar dalam bacaan pertama tadi. Ia sedang mengalami gelombang hidup yang dasyat yang hampir saja membuatnya putus harapan dan iman. Sedikit tentang kehidupan nabi Elia. Ia adalah seorang nabi pejuang, habi politik, yang dengan berani menentang raja Ahab, yang menyebarkan kekafiran di Israel dengam memperbolehkan pemujaan dewa Baal dan Dewi Asyera. Nabi Elia dengan gigih menentang kekairan pada umat Allah yang justru disebabkan oleh raja Ahab. Maka ia mengadakan konfrontasi langsung dengan raja ahab, mengecamnya habis-habisan. Akibatnya bahwa ia dibenci oleh raja Abad dan semua elit politik di Israel, serta para nabi dari dewa Baal dan dewi Asyera. pada waktu itu. Meskipun Elia berhasil melenyapkan seluruh nabi-nabi dewa Bal dan dewi Ayera, namun ia tidak lupun dari ancaman kematina, karena Izebel, Isteri raja Ahab mengancam untuk membunuhnya. Elia merasa tergoncang dan putus asa karena perjuangannya seakan gagal total. Maka ia melarikan diri dari Israel dan dari Tuhan, dan mengarungi gelombang pasir di gurun, lalu bersembunyi di dalam sebauah gua di gunung Horeb.

Untung bahwa Alla tak membiarkan Elia menguburkan dirinya dalam gua gelap karena keputus-asaan. Allah mengulurkna tangan-Nya dengan menyurus Elia keluar, bahkan memberikannya makan dan minum. Allah tidak membiarkan Elia terbenal dalam gelombang keputus-asaan dan seelah memberikan peneguhan, Allah mengutusnya untuk kembali ke tengah Israel untuk mengurapi raja baru yan telah dipilih oleh Tuhan. Pada saat yang tepat, Allah selalu mengurulkan tangan-nya kepada siapa saja yang telah berbut baik, meskpun sempat hampir tewas diremukan oleh gelombang kehidupan yang keras.

Rasul Petrus dalam bacaan Injil tadi mengalami suatu ‘tiupan angin kencang’ yang membuatnya hampir tenggelam di danau Galilea.

Sedikit cacatan tambahan menarik untuk kita perhatikan. Dalam Injil tadi dikatakan: “Kira-kira jam tiga malam, datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.” Pencatatan jam ini penting karena dalam teologi kita, jam 3 pagi adalah jam di mana para setan mulai beraksi. Kebalikan dari jam 3 sore di mana saat Yesus wafat. Dengan berjalan di atas air, penginjil Matius ingin menonjolkan superioritas Yesus atas kuasa lain yang sering membuat manusia hampir tenggelam. Semangat Petrus untuk meniru sang Guru menaklukkan kejahatan, tak mencukupi, bahka ia sendiri hampir digulung oleh gelombang kekuatan jatah. Untunglah di saat yang kristis ia masih sempat berteriak, ”Tuhan, tolonglah aku” – dan Yesus pun segera mengulurkan tangan-Nya.

Ada beberapa Legioner yang selalu berdoa Kerahiman Ilahi atau doa lainnya pada jam 3 pagi. Itu tentu dengan maksud supaya pada saat itu, ketika setan mulai beraksi, kita mohon kekuatan dari Yesus karena kita percaya bahwa hanya Yesuslah yang sanggup mengalahkan kekuatan si jahat.

Saudara dan saudariku.
Kita kembali pada tema kita ’gelombang kehidupan.” Sesungguhnya gelombang hidup ini, penderitaan dan kesulitan yang kita alami hanyalah sebuah godaan yang memang bisa menghancurkan kita bila kita terlalu terfokus padanya. Semua kesulitan, bahkan penderitan hidup, hanyalah pernak pernik kehidupan yang harus ada namun sebenarnya hanyalah sebuah pelengkap. Tak seharusnya mata dan hati kita tertancap tajam pada relalitas negatif hidup kita tetapi sebaliknya hendaknya mata dan hati kita tetap terpaut pada Yesus yang adalah sumber kebahagiaan kita. Yang sering kita alami dalam hidup adlah bahwa kesadaran akan penderitaaan begitubsar, sementara ksadaran akan rahmat, keterikatan kepada Kristus begitu tipis dan lemah. Padhal, andaikata kita lebih terfokus pada Kristus, maka kita akan makin peka bahwa Kristus senantiasa mengulurkan tangan-Nya untuk menolong kita sehingga kita aman dari gelombang hidup yang dapat menghanyutkan kita.

Kisah berikut ini kiranya memberikan kita inspirasi: pada suatu pagi yang cerah dan tenang, seorang anak remaja ikut naik ke sebuah perahu layar untuk mulai belajar menjadi seorang pelaut. Setelah berlayar beberapa hari, terlihat tanda-tanda bahwa badai akan dantang. Anak remaja itu disuruh memanjat tinag layar sampai ke atas untuk memperhatikan datangnya arus badai. Ia lalu memanjat dengan mudah sampai ke bagian tengah dan ketika itu matanya terakra ke atas, melihat ke langit. Namun setiapnya di bagian tengah tiang itu, ia melakukan kesalahan. Ia memandang ke bawah, ke atau laut yang sedang bergemuruh. Ia lalu ketakutan dan hampir saja terjatuh karena perasaan ngeri. Seorang pelaut lain yang sudah berpengalaman berteriak kepadanya: ”Lihat ke ats.... lihat ke atas..... anak itu mengalikan pandannya kembali ke langit, dan ia selamat sampai di punyak tiang layar.

Jadi saat badai menerpa, arahkan hati agar takut pada Allah. Tunduklah oleh tuntunanNya. Maka kita berjalan dan melayang-layang diatas badai.

1 Sam 12:24
“Hanya takutlah akan Tuhan dan setialah beribadah kepadaNya dengan segenap hatimu, sebab ketahuilah, betapa besarnya hal-hal yang dilakukanNya di antara kamu.”

Ibrani 13:6
Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"

I Petrus 5:7
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

Roma 8:28
Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,