Minggu Biasa ke 25_tahun B_2009

B_25th Sunday OT_2009
Tonny Blikon, SS.CC

Bacaan: I Keb 2:12.17-20 II Yak 3:6 - 4:3 Injil Markus 9:30-37

Pengantar:
Setiap kita pasti punya ambisi. Ambisi itu memang penting untuk menjadi daya gerak untuk mencapai cita-cita kita. Tetapi dalam hidup bersama, ambisi bisa menjadi penyebab perpecahan. Pada Minggu biasa 25 ini kita diundang untuk mengatasi ambisi itu dengan cara bersikap rendah hati dan mau melayani.

Dalam bacaan Injil hari ini Yesus menantang kita untuk menjadi hamba dari semua orang. Inilah cara yang paling praktis dan efektif untuk mengatasi pertentangan di antara umat Allah, sebagaimana terungkap dalam bacaan kedua nanti.

Dalam perayaan Ekaristi ini, marilah kita mohon rahmat dari Allah untuk bisa melayani demi cinta dan karena cinta.

Homili:

Saudara dan saudariku
Saya akan mengawali renungan ini dengan sebuah kisah nyata tentang seorang tokoh dunia yang terkenal: Nelson Mandela. Ketika dia masih sebagai mahasiswa hukum di kota Johannesburg, dia mempunyai seorang teman yanga bernama Paul Mahabane. Paul Mahabane ini adalah seorang anggota Konggres National Africa yang terkenal sebagai orang yang sangat radikal menentang segala macam bentuk penindasan terhadap orang kulit hitam.

Pada suatu hari keduanya sedang berdiri di depan sebuah kantor pos, dan tiba-tiba datanglah seorang hakim, seorang berkulit putih yang berumur kira-kira 60-an. Hakim itu mendekatai Paul Mahabane dan meminta dia untuk masuk ke dalam kantor pos membelikan beberapa perangko. Pada waktu itu adalah hal yang biasa pada waktu kalau orang kulit putih minta orang kulit hitam untuk melakukan apa yang ia inginkan.... (misalnya... ketemu...terus bilang push up....). Pada peristiwa itu, Paul Mahabane menolak untuk membelikan perangko. Dan hakim itu sangat marah.

Dengan marah dia berteriak: “engkau tahu siapakah saya ini?

Mahabane menjawab: “tidak perlu saya tahu siapakah engkau, tetapi saya tahu orang macam apakah anda”.

Hakim tadi menjadi sangat marah...dan mengatakan.... ”Engkau akan membayar perkataanmu ini...engkau akan diseret ke dalam pengadilan” setelah itu dia pergi.

Orang kulit putih tadi yakin bahwa dia adalah bos... hanya karena dia adalah seorang hakim.... dan sudah menjadi keyakinan dia bahwa orang kulit hitam harus menjadi budak untuk melayani dia.

Saudara dan saudariku
Kita cendrung menilai orang berdasarkan pekerjaan yang mereka lakukan. Kalau dia adalah seorang profesor atau dokter....kita memberikan penilaian yang tinggi kepada dia, tetapi berhadapan dengan seorang kuli bangunan atau tukang sapu, penilaian kita terhadap pribadinya pun tidak seberapa. Ini tentu tidak adil karena ada sesuatu yang lebih penting daripada hanya sekedar pekerjaan. Nilai seseorang tidak ditentukan oleh pekerjaannya tetapi orang seperti apakah yang ada di balik pekerjaan itu...

Beberapa hari ini media massa diramaikan dengan kasus yang menyerang beberapa anggota KPK. Pada awalnya kita mungkin menilai bahwa sebagai anggota KPK, integritas pribadi orang itu tentu sangat matang dan kuat. Mereka adalah orang yang tidak mudah dipengahuri oleh pihak manapun.... nah...kita memberikan penilaian yang tinggi kepada mereka..... tetapi setelah muncul banyak kasus akhir-akhir ini, kita baru mengerti. Sekali lagi, yang menentukan nilai seseorang adalah bukan pekerjaannya tetapi pribadi macam apakah yang ada di balik pekerjaan itu.

Dalam bacaan Injil hari ini, kesalahan yang dilakukan oleh para murid adalah menempatkan pekerjaan atau posisi mereka sebagai yang utama... dalam pandangan mereka yang menjadi terbesar di antara mereka adalah yang mendapat kedudukan tertinggi. Mereka jelas berpikir bahwa Yesus akan membangun sebuah kerajaan duniawi karena itu mereka masing-masing ingin mendapat posisi yang tertinggi di dalam kerajaan-Nya.

Tetapi Yesus mengatakan bahwa Kerajaan-Nya buakn soal mencari penghormatan dan kedudukan pribadi tetapi soal melayani orang lain. Jika mereka siap untuk melayani orang lain, maka dengan cara demikian mereka akan mendapat kedudukan tertinggi di dalam Kerajaan-Nya. Mendapat kedudukan tertinggi di dalam Kerajaan Allah tidak berarti duduk di atas sebuah tahta atau sofa yang empuk tetapi akan direndahkan...duduk di atas lantai seakan dengan sebuah ember berisi air di tangan yang satu dan di tangan yang lain memegang sebuah handuk...mereka harus membasuh kaki dari orang-orang yang mereka layani.

Yang terpenting itu bukan apa yang kita lakukan (pekerjaan) tetapi orng seperti apakah kita. Harga diri seseorang tidak ditentukan oleh apa yang ia kerjakan.

Banyak studi psikologi sekarang mengembangkan ilmu tentang pengembangan diri. Dan saya kira ini penting karena inilah yang mendasari segala hal yang kita lakukan. Jika kita ingin bermegah atas diri kita, maka kita harus melakukan sesuatu yang dapat membuat kita bermegah. Pekerjaan apakah itu yang dapat membuat kita bermegah? Yesus dalam bacaan Injil hari ini dengan tegas mengatakan bahwa pekerjaan itu adalah mencintai dan melayani.
Paus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik yang disegani oleh dunia, menyebut dirinya sebagai ”servus servorum Dei” (Hamba dan semua hamba Allah).

Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Filipi mengajak umat untuk ”dengan rendah hati yang seorang mengganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” (Flp 2:5)

Dalam bacaan II tadi kita mendengar terjadinya kekacauan di antara jemaat karena mereka masing-masing tidak mau merendahkan diri dan menjadi pelayan atau hamba bagi satu sama lain. Mereka saling menghadang satu sama lain sebagaimana terungkap dalam bacaan pertama hari ini.

Saudara dan saudariku.
Kidung Hamba Allah dalam Flp 2:5-8 kiranya memberikan inspirasi bagi kita untuk saling menjadi pelayan satu sama lain. ”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”

Kita bisa merenungkan dalam hati: bagaimana saya dengan pekerjaan sekarang ini bisa melayani orang lain? Semoga Tuhan memberkati karya pelayanan kita.

Tidak ada komentar: