Teguran Kasih

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC
Homili Minggu Biasa XXIII

(Mateus 18:15-20)

Dalam sebuah museum, terdapat sebuah patung marmer yang sangat indah dan juga lantai marmer. Si lantai bertanya kepada si patung : “Kamu enak sekali ya, orang-orang datang ke museum ini pada memuji-muji kamu, sedangkan aku diinjak-injak orang. Padahal, kita kan dari gunung yang sama”. Si patung menjawab menjawab : “Kita memang dari gunung yang sama. Akan tetapi, kamu tidak mau dipahat oleh tukang pahat sehingga menjadi lantai saja. Aku mau dibentuk oleh tukang pahat walaupun sakitnya bukan kepalang sehingga menjadi patung yang dilihat banyak orang. Ada harga yang harus dibayar untuk menjadi indah”.

Tuhan ingin membentuk kita menjadi lebih indah dari hari ke hari. Tuhan membentuk kita dengan meminta kita untuk saling menasihati/menegor. Mau menegor dan ditegor perlu pengorbanan. Ditunjukkan kesalahan kita pasti menyakitkan, sedangkan menegor juga makan hati, yaitu perasaan takut dimarahin dan bahkan dimaki. Ketika mau melakukannya dengan tulus, kita akan menjadi semakin sempurna. Semakin sempurna adalah indah. Karena itu, Tuhan Yesus menasihati kita untuk menegur saudara kita yang bersalah dengan empat mata. Menegor dengan empat mata adalah manasihatinya dari hati ke hati. Menegor dari hati ke hati akan membuatnya termotivasi untuk berubah daripada menggosipkan kesalahannya. Menggosipkan kesalahannya akan membuatnya enggan berubah karena merasa sudah terlanjur malu. Permohonan mereka pun dikabulkan : “Jika dua orang daripadamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga” (Mateus 18:19). Permohonan yang dikabulkan adalah permohonan untuk berubah. Perubahan terjadi pada orang yang berbuat salah dan juga kita yang menegornya dengan mau mengampuni kesalahannya.

Ada sharing iman dari seorang remaja dalam sebuah retret. Ibunya meninggal dunia satu menit setelah melahirkannya karena kehabisan darah. Sejak itu, ia diasuh oleh tantenya (adik dari ibunya) yang belum menikah. Ketika ia berumur sepuluh tahun, ayahnya menikahi tantenya itu. Pernikahan ayahnya dengan tantenya memukul jiwanya. Ia merasa ayahnya bukan miliknya lagi, tetapi milik tantenya. Tekanan jiwanya semakin diperparah dengan kelahiran adiknya, hasil dari pernikahan ayah dan tantenya itu. Ia tidak berani bermanja-manja lagi dengan ayahnya. Ia mengalami kesepian di dunia yang ramai. Ia merasa diri sebagai anak yang paling menderita di dunia. Ia menyimpan segala kekecewaan di dalam hatinya sehingga ia menimbulkan penyakit lupus di lehernya. Ia sudah pergi ke mana-mana untuk memperoleh kesembuhan, tetapi kesembuhan tetap tinggal keinginan. Ketika doa pemulihan dikumandangkan, ia terbayang sebuah peristiwa. Pada suatu malam, tantenya memindahkan dia yang tertidur di sofa di depan televisi ke kamarnya dan menyelimutinya sambil berkata : “Nak, engkau harus tahu bahwa aku sangat menyayangimu”. Selama ini ia termakan dengan perasaannya sendiri sehingga tidak bisa melihat kasih tantenya. Ia dengan air mata bercucuran menuliskan sebuah untaian kata pada selembar kertas putih : “Tante, aku mohon maaf karena selama ini aku tidak melihat kasihmu. Terimakasih Tuhan, Engkau telah mencintaiku melalui tanteku”. Ketika bangun pagi, ia terkejut karena luka-luka dilehernya akibat lupus terkelupas dengan sendirinya. Ia disembuhkan karena bisa melihat kasih Allah yang selama ini tenggelam dalam kecurigaannya sendiri.

Teguran kasih persaudaraan harus kreatif. Tegoran tidak harus dengan kata-kata. Tegoran yang paling efektif adalah tidak lelah-lelahnya melakukan kebaikan kepada orang yang bersalah. Orang yang bersalah itu akan tersentuh hatinya. Orang yang tersentuh hatinya akan rela berubah. Tegoran kasih akhirnya berbuah. Buahnya : keindahan rohani, yaitu baik kita yang menegor dan yang ditegor bertumbuh di dalam belaskasihan. Karena itu, marilah kita memelihara ketulusan hati kita agar hati kita terus memancarkan keindahan hidup : “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Amzal 4:23). Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar: