HARI RAYA KENAIKAN TUHAN YESUS

Bacaan
Kis 1:1-11
Ef 1:17-23
Mrk 16:15-20

Renungan

Saudara dan saudariku
Saya akan mengawali renungan ini dengan sebuah kisah imajinatif. Ketika Yesus baru saja naik ke surga, terjadilah percakapan berikut antara Yesus dan Malaikat Gabriel.

Gabriel: Tuhan, Engkau pasti sangat menderita ketika tergantung pada salib di bukit Golgota itu”

Yesus: Tepat sekali. Waktu itu saya sangat menderita sampai-sampai saya berteriak “Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Gabriel : Tetapi apakah umat manusia tahu bahwa Engkau begitu mencintai mereka sampai Engkau relah digantung pada salib?”

Yesus: Sampai sekarang cuma beberapa orang yang tahu bahwa saya mati untuk mereka.
Gabriel: Lalu apa yang telah Engkau perbuat supaya umat manusia tahu bahwa Engkau mencintai mereka sampai harus mati di kayu salib?

Yesus: Saya sudah memberitahukan kepada Petrus, Yakobus, Yohanes, Andreas dan murid-murid lainnya untuk menceritrakan kepada orang-orang lain bahwa saya mencintai mereka. Mudah-mudahan orang lain itu akan menceritrakan kepada orang-orang lain lagi sehingga semua orang di dunia tahu bahwa saya pernah mati di salib untuk menebus dosa-dosa mereka.

Gabriel: Tetapi bagaimana kalau mereka lupa, cape, sibuk atau tidak berminat? Saya kira Tuhan harus punya rencana lain.

Yesus: (kaget dengan ide Gabriel ini…. Dia menatap dalam mata Gabriel, dan berkata) Gabriel, sampai sekarang saya belum mempunyai rencana yang lain. Hingga saat ini Saya masih percaya dan menggantungkan harapan-Ku pada mereka.

Saudara dan saudariku yang terkasih!
Pesan dari dialog imajinatif antar Yesus dan Malaikat Gabriel ini sangat jelas, yakni hingga saat ini Yesus masih tetap mempercayakan kepada kita murid-murid-Nya untuk memberikan kesaksian tentang cinta-Nya – membawa kabar keselamatan kepada seluruh umat manusia.

Dalam Injil hari ini, dikisahkan bahwa sebelum Yesus terangkat ke surga, Dia memberikan amanat berikut kepada para murid-Nya: ”Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Mrk 16:`15-16).

Amanat Yesus ini menyadarkan kita kembali akan misi Gereja untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa. Kegiatan misi (pewartaan) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan gereja. Seorang penulis – Emil Bruner – pernah berkata: ”Gereja ada dan hidup karena misi seperti api ada dan kelihatan karena terbakar” Dengan kata lain, Gereja akan berhenti berada apabila ia tidak lagi memberikan kesaksian tentang imannya kepada orang lain. Gereja tidak lagi dapat hidup apabila ia berhenti melakukan karya misi. Karena itu tepatlah kalau dikatakan bahwa misi adalah jantung dari kehidupan gereja.

Saudara dan saudariku
Untuk menjadi utusan Tuhan (misionaris) kita tidak harus pergi ke luar negri, meninggalkan orang tua – ke negara-negara lain untuk mewartakan Injil. Itu sudah dilakukan oleh para misionaris yang datang ke negara kita pada abad-abad yang lalu. Kita patut bersyukur kepada mereka. Tetapi untuk kita sekarang ini, tugas mewartakan Injil bisa kita jalankan di tempat di mana kita berada. Salah satunya adalah dengan bersedia menjadi pengurus di lingkungan.

Bicara tentang keterlibatan awam dalam hidup menggereja, minggu yang lalu, saya menyempatkan diri – memberikan semacam sedikit pembekalan kepada para calon pengurus lingkungan St. Petrus, St. Paulus, St. Barnabas – yang rencananya sebentar lagi akan mekar.

Pada kesempatan itu memberikan sedikit dasar-dasar dari dokumen gereja tentang pentingnya keterlibatan kaum awam dalam hidup menggereja.

• Vat II, (LG 31) Gereja memandang dirinya sebagai communio, persekutuan umat Allah. Oleh karena itu, semua umat beriman, mempunyai tugas dan tanggung jawab menurut peran, fungsi dan kharismanya masing-masing untuk ikut mengembangkan gereja.
• Gereja tidak identik dengan kaum berjubah.... Perkembangan gereja tidak lagi tugas dan monopoli kaum berjubah, tatapi tugas dan tanggung jawab semua umat katolik.
• Tugas dan tanggung jawab ini telah kita terima waktu pembaptisan. Pada saat krisma, kita diutus untuk melaksanakan tugas itu.

• Vat II Ad Gentes no 21: Gereja tidak sungguh-sungguh hidup sepenuhnya, dan bukan tanda Kristus yang sempurna di tengah masyarakat, selama tidak ada kehadiran aktif dari kaum awam.

Saudara dan saudariku
Yesus tidak punya rencana lain untuk mengembangkan paroki St. Odilia – Citra Raya ini. Dia mempercayakan semuanya itu kepada kita.

Selain terlibat dalam kehidupan menggereja, kita juga diajak untuk terlibat dalam kehidupan bermasyarakat.

Berkaitan dengan keterlibatan dalam hidup bermasyarakat ini, saya punya sebuah kisah.

Pada suatu hari ada seorang GURU memanggil 5 orang muridnya dan berkata: “Sekarang kalian saya utus untuk pergi mencari lebih banyak orang lain untuk mengikuti kita”.

Kelima orang itu langsung berangkat. Waktu terus berlalu, minggu demi minggu telah lewat, bulan demi bulan berlalu…akhirnya mereka kembali satu per satu.

Murid yang pertama kembali membawa 500 orang pengikut. Sang guru heran dengan hasil yang diperoleh. Dia bertanya: “Bagaimana caramu sehingga bisa mendapatkan orang begini banyak?” Murid itu menjawab: “Saya mendatangi daerah-daerah kumuh. Di sana saya melihat penderitaan dan kemiskinan yang luar biasa. Saya berjanji akan membantu dan memenuhi segala kebutuhan mereka sehingga mereka mengikuti saya.

Sang guru menjawab: ”OK... Baik!”

Kemudian datanglah murid yang kedua dengan membawa sertanya 400 orang. Guru bertanya: ”Cara apa yang kamu gunakan untuk mendapatkan orang-orang ini?”

Murid itu menjawab: ”Saya bercerita tentang surga dan hal-hal yang akan mereka dapatkan jika mereka menjadi salah seorang dari kita.

Guru menjawab: ”OK... baik.

Lalu datanglah murid yang ketiga dengan membawa 300 orang. Sang guru bertanya: ”Cara apa yang kamu pakai untuk mendapatkan orang-orang ini?”

Murid itu menjawab: ”Saya tidak pernah memukul mereka tetapi saya berkata bahwa mereka semua akan masuk neraka jika mereka tidak mengikuti cara hidup kita. Awalnya tidak banyak yang percaya sampai akhirnya saya melakukan sebuah mukjizat.”

”Wah...mujizat apa itu”, tanya sang guru. Murid itu menjawab: ”Saya mengutuk seekor babi yang sedang terkena virus. Babi itu langsung rebah dan mati seketika.” Hal inilah membuat mereka yakin sehingga mereka mengikuti saya”

Guru: ”Oh...begitu toh caramu.... baik!”

Kemudian datanglah murid yang keempat membawa sertanya 200 orang. Guru kembali bertanya: ”Cara apa yang kamu gunakan untuk mendapatkan orang-orang ini?”

Sang murid menjawab: ”Saya mendatangi orang-orang yang sederhana, tidak berpendidikan dan tidak tahu banyak tentang KS. Saya meyakinkan mereka dengan argument-argument saya dengan sedikit kutipan KS. Saya membutakan mereka dengan kepandaian saya.

Guru itu menjawab: ”Oh...gitu toh.... baik”

Akhirnya datanglah murid yang kelima dengan membawa hanya 12 orang pengikut baru.

Guru itu bertanya, ”Kenapa Kok kamu begitu lama.? Udah gitu, hasilnya hanya 12 orang lagi”.

Murid itu menjawab: ”Benih yang saya tanamkan tidak langsung tumbuh dan berbuah.... sehingga saya harus menunggu saat yang tepat. Sementara saya menunggu saya tinggal bersama dengan orang-orang ini. Saya menjadi sahabat mereka, mencoba memberikan contoh hidup sesuai dengan ajaranmu. Sementara itu saya juga menemukan bahwa kebebasan nilai yang tertinggi bagi mereka. Memaksa mereka berarti tidak menghargai martabat mereka dan merusak nilai yang mereka pegang selama ini. Tetapi saya juga belajar bahwa mereka ternyata orang-orang yang suka membantu dan tidak takut berkorban. Saya lalu mengatakan tentang kesulitan-kesulitan jika mereka mau menjadi seorang salah satu dari kita, tetapi saya menekankan lebih pada kebaikan yang bisa mereka lakukan kepada Allah dan sesama jika mereka mau menjadi murid. Mereka nampaknya sangat terkesan dengan hal ini. Namun pada suatu ketika terjadi sesuatu yang menggocangkan sehingga akhirnya hanya 12 orang inilah yang setia dan mengikuti saya.

Sang guru lalu memuji murid yang terakhir ini.

Saudara dan saudariku
Keempat murid yang pertama, memanfaatkan kelemahan dan ketakutan orang. Betapa mudahnya kita mempengaruhi orang dengan menakuti-nakuti mereka.

Tetapi murid yang terakhir tadi menggunakan keutamaan-keutamaan / hal-hal baik dalam masyarakat sebagai pintu masuk pewartaannya. Dia juga mau bersahabat dengan mereka dan menunjukkan contoh hidup baik...sehingga orang terkesan.

Inilah cara menjadi misionaris yang harus ditempuh oleh setiap orang kristiani.

Saudara dan saudariku...
Pada hari raya kenaikan ini, marilah kita menyadari kembali akan hakekat gereja sebagai persekutuan yang bersifat misioner. Gereja tidak bisa hidup dan bertumbuh tanpa bermisi. Bermisi tidak hanya dilakukan oleh para misionaris yang diutus ke tempat lain. Setiap kita bisa menjadi misionaris. Pertama, terlibat penuh dalam kehidupan menggereja, baik pada tinggat paroki maupun terutama dalam lingkungan. Kedua, menyebarluaskan nilai-nilai yang ditawarkan oleh Yesus melalui teladan hidup kita. Amen.

Pastor Tonny Blikon, SS.CC
Renungan ini disampaikan pada Misa Kenaikan Tuhan Yesus
Paroki St. Odilia - Citra Raya

Tidak ada komentar: