Hari Raya Pentekosta



Bacaan
Kis 2:1-11
Gal 5:16-25
Yoh 15:26-27.16:12-15

Renungan:

Saudara dan Saudariku
Saya akan mengawali renungan kali ini dengan sebuah kisah imajinatif:
Ada seorang anak yang merayakan ulang tahun... (Sebut saja namanya Aurelia). Meskipun umurnya belum masih muda, tetapi pada ulang tahun kali ini dirayakan secara meriah karena sekaligus untuk mensyukuri kelulusannya. Dia mendapat banyak hadiah. Ketika tiba saatnya bagi dia untuk membuka semua hadiah yang ia terima, dia mulai merobek sebuah bingkisan dengan berbagai macam jenis lipatan. Ketika dia membuka bungkusan pertama, dia mengamati hadiah itu untuk beberapa lama, setelah itu dia menyingkirkan dan membuka hadiah yang kedua. Dari semua hadiah itu dia merasa tidak ada yang ia butuhkan karena semua hadiah yang diberikan sudah ia miliki. Dia tidak terlalu bahagia dengan semua hadiah yang ia terima. Hal yang yang ia butuhkan sebenarnya cinta dan bukan barang.

Saudara dan saudariku
Hari ini kita merayakan pentekosta. Pentekosta disebut juga sebagai hari kelahiran gereja. Pada hari itu, para murid menerima Roh Kudus. Tidak seperti Aurelia yang menerima hadiah ulang tahunnya tadi, Roh Kudus tidak memberikan kepada para rasul, barang. Tetapi Roh Kudus membangkitkan apa yang sebenarnya sudah ada dalam diri para rasul.

Analoginya begini: 2 hari yang lalu.... udara terasa panas sekali...sekali sehingga salah satu pohon puring saya di atas dek pastoran, nampak layu. Juga karena tidak disiram selama beberapa hari. Akhirnya saya membawa turun, menggantikan pot dan media dan menyiramnya. Hari sabtu kemarin bunga itu sudah tampak segar sehingga saya mengembalikan ke posisinya. Air yang saya siram....itu ibarat ’roh’ bagi tanaman itu... air itu membangkitkan daya hidup yang sebenarnya sudah ada pada tanaman itu.

Demikian pun yang terjadi dengan para rasul pada hari Pentekosta. Roh Kudus hanya membangkitkan daya rahmat yang sebenarnya sudah Allah berikan kepada mereka. Dan terjadilah suatu yang menakjubkan. Mereka saling berbagi – demi kelangsungan komunitas kecil yang baru terbentuk.

Paulus dalam 1Kor 12: 4-7 mengatakan: ”Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.

Dalam bacaan-bacaan hari ini kita dapat menangkap dan memahami bagaimana pengaruh Roh Allah itu yang mampu merobah hidup dan hati manusia, khususnya hidup orang beriman:

Dalam bacaan pertama, kita mendengar pengaruh Roh Kudus itu bagi para rasul. Mereka yang tadinya takut dan kehilangan semangat mengunci diri di ruangan tertutup, tiba-tiba berubah sama sekali. Mereka mulai berbicara dan menantang para pendengarnya untuk mengubah cara hidup dan dipermandikan.

Dalam bacaan kedua, St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia menyimpulkan apa artinya buah Roh. Dari pengalaman iman dan keterlibatan-nya dalam pewartaan, dia mensharingkan apa artinya pengalaman Roh. Dia mempertentangkan antara perbuatan daging dan buah roh. Buah-buah Roh itu ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Inilah kekayaan Roh Allah yang bisa terlihat dalam hidup kita orang Kristen. Paulus tidak mau menjelaskan Roh itu apa, tetapi kehadiran-nya justru dapat dirasakan dan dialami serta terung-kap dalam perbuatan baik yang disebutkan tadi.

Pentekosta adalah tawaran Roh Allah bagi kita. Roh itu merubah hidup murid-murid pertama. Roh itu terpancar dalam perbuatan orang-orang kristen, Roh itu kekuatan, pembela dan penghibur kita di masa penuh tantangan dan kesulitan.

Saudara dan saudariku….
Bagi saya menarik kalau kita melihat bagaimana gereja awal itu terbentuk. Sangat sederhana. Mereka tidak punya harta benda gereja, tidak punya bagunan, tidak punya uang. Yang ada hanyalah orang. Itupun jumlahnya tidak banyak. Sekalipun kecil, tetapi punya semangat. Mereka bersatu dalam doa dan pelayanan.

Bagaimana dengan yang terjadi di lingkungan-lingkungan di paroki kita. Ada lingkungan yang besar.... tetapi hanya sedikit orang yang berkumpul. Yang punya semangat hanya segelintir orang.

Oleh karena itu, Bapa Uskup dalam kunjungan pastoral mencanangkan comunitas basis gerejani sebagai cara hidup menggereja. Comunitas itu harus kecil jumlahnya supaya orang saling mengenal satu sama lain. Ada kedekatan satu sama lain.

Saudara dan saudariku….
Semalam…. Ketika merenungkan bacaan-bacaan hari ini saya teringat akan sebuah lagu…..

Bind us together Lord… bind us together with chord that cannot be broken. Bind us together Lord, bind us together Lord. Bind us together with love.There is only one God…. There is only one king… there is only one body… that is why I sing….

Kita meminta Tuhan untuk menyatukan kita dengan cinta-Nya agar kita saling peduli satu sama lain. Apalagi di tengah krisis global yang tengah melanda dunia sekarang ini. Ingat Pesan Bapa uskup kita: "Pastikan bahwa tidak ada seorangpun di antara kita yang tidak punya sesuatu untuk dimakan"

Saudara dan saudariku.
Kita memang belum punya Gedung Pastoral. Keuangan kita mungkin pas-pasan belum cukup untuk memulai membangunan…. Tetapi kita punya umat dengan berbagi pontensi yang kita miliki. Semoga Roh Kudus yang kita terima pada hari Pentekosta ini membangkitkan semangat kasih dan pelayanan serta hidup menggereja di dalam diri kita.

Berkaitan dengan hidup menggereja, kita bisa belajar dari cara hidup jemaat perdana. Dalam Kis 2:46: disebutkan salah satu kegiatan jemaat pada waktu itu: “Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati.”.

Nah…kebiasaan ini kita teruskan sampai sekarang dengan adanya Misa Lingkungan. Ingat... Ekaristi diadakan di rumah-rumah umat secara bergilir….

Ada lingkungan yang Sejak dicanangkan adanya misa lingkungan, tidak pernah ada misa lingkungan… kecuali ada umat yang minta intensi… jadwal yang ditetapkan akhirnya hanya tetap tertulis tanpa dijalankan.

Mari kita membuka diri bagi semangat, gairah baru Roh itu agar kita pun diperbaharui, menunjukkan gairah baru lagi dan dapat menghayati hidup kristiani kita. Seperti pengalaman para murid, doa adalah tempat istimewa turunnya Roh. Maka kita beri tempat bagi doa dalam hidup, menanti dan berjaga-jaga agar Roh itu datang.

Tidak ada komentar: