Senin Pekan IV Paskah_2009



Bacaan: John 10:1-10

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal." Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.


Renungan:

Gambaran gembala dengan berpuluh-puluh ekor domba tidak kita kenal di Indonesia. Toh kalau ada biasanya hanya beberapa ekor saja. Tetapi saya yakin bahwa tidak sulit untuk memahami apa yang mau diungkapan dengan gambaran Yesus sebagai gembala yang baik.

Sedikit soal latar belakang kehidupan masyarakat Yahudi. Dalam dunia PL dan pada zaman Yesus profesi sebagai seorang gembala adalah suatu hal yang biasa dan umum. Seorang gembala bertugas mengembalakan kawanan ternak yang dipercayakan kepadanya. Ketika pagi hari ia harus mengeluarkan mereka dari kandang dan menuntun mereka ke padang rumput. Pada siang hari ia menuntun mereka ke sumber air. Setelah itu ia kembali membimbing kawanan domba ke padang rumput…. Pada petang hari ia membawa kawanan ternaknya kembali ke kadang. Kandang ini biasanya terletak di pinggir kampung. Ada seorang penjaga yang berjaga di sana pada malam hari.

Terkadang…ia harus menuntun mereka jauh…. Untuk mencari padang rumput yang lebih hijau dan segar….. mungkin karena padang rumput di sekitar desa sudah habis termakan…. Kalau memang demikian maka pada petang hari ia tidak sempat membawa mereka pulang ke rumah. Dalam situasi semacam itu ia biasanya ia mencari sebuah gua atau sebuah kandang yang disusun dari batu….. berbentuk lingkaran yang tingginya Kira-kira 4-5 meter dengan sebuah pintu kecil. Ia dan membawa kawanan dombanya ke dalamnya. Ia lalu berjaga sepanjang malam – untuk memastikan bahwa tidak ada binatang buas yang datang untuk memangsa domba-dombanya.

Saudara dan saudariku..
Kalau kita memahami bacaan Injil hari ini, di dalamnya Yesus berbicara tentang dua macam kandang ini. Pada bagian pertama, Ia berbicara tentang kandang yang berada di pinggir kampung. Pada pagi hari ketika sang gembala tiba di kandang untuk mengeluarkan kawanannya dan menuntun mereka ke padang rumput. Hal ini nampak dalam perkataan Yesus: “untuk dia penjaga membukakan pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya keluar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.”

Pada bagian yang kedua, Yesus berbicara tentang jenis kandang yang kedua..yaitu kandang yang berada jauh dari kampung, terbuat dari batu dan hanya mempunyai sebuah pintu masuk yang sempit. Sang gembala bisanya tidur di depan pintu yang sempit itu. Dengan itu tidak ada domba yang akan keluar dari kandang itu dan juga tidak akan ada binatang buas yang bisa masuk tanpa harus melewati tubuhnya. Dkl, tempat di mana penjaga itu berbaring adalah pintu dari kandang itu. Kalau binatang buas datang ia pasti tahu dan ia pasti akan berusaha untuk menyelamatkan domba-dombanya. Hal ini terungkap dalam kalimat: “akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia kan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput”

Saudara dan saudariku....
Ada dua hal yang bisa kita pelajari tentang seorang gembala dari dua jenis kandang ini. Jenis yang pertama, dikatakan “gembala mengenal domba-dombanya… mengenal mereka dengan nama mereka sendiri, memanggil mereka satu per satu. Dan dombo-dombanya mengikuti dia sebab mereka mengenal suaranya.” Hal ini mengandaikan bahwa ada banyak waktu yang dihabiskan bersama dengan domba-domba itu. Ada kedekatan, keakraban yang terjalin antara gembala dan domba-dombanya. Gembala tahu manakah domba yang berbulu bagus, mana yang kurang bagus…manakah yang rakus makannya dan mana yang tidak. Mana yang sehat dan mana yang sakit. Manakah yang harus digunting bulunya dll. Singkatnya ia mengetahui segala detail tentang domba-dombanya satu per satu. Hal ini mengungkapkan kesatuan… keakbraban, kedekatan antara seorang gembala dan domba-dombanya.

Intermeso: saya waktu kecil punya seekor kuda – warnanya putih sehingga saya kasih nama putih. Lantas karena saya juga punya nama marga – jadi kuda pun saya kasih nama marga sesuai dengan nama marga saya. Praktis sepanjang hari saya bersama dengan kuda itu. Biasanya kalau saya teriak namanya putih blikon…dia langsung meringkik karena ia mengenal suara saya. Tetapi kalau orang lain yang memanggil biasanya dia diam-diam saja. Ada keakraban, kesatuan yang terjalin antara saya dan kuda saya.

Itu gambaran pertama seorang gembala yang bisa kita pelajari dari jenis kandang yang pertama.

Gambaran gembala yang kedua sesuai dengan jenis kandang yang kedua adalah seorang gembala yang punya dedikasi dan pengabdian yang tinggi terhadap domba-dombanya. Ia tidur di depan pintu kandang… Kalau ada binatang buas yang mau memangsa kawanan domba, itu berarti bahwa binantang itu harus melewati tubuh sang gembala. Dengan ini kita bisa lihat bahwa seorang gembala adalah seorang yang mau mengorbankan hidupnya untuk kawanan dombanya.

Saudara dan saudariku
Dari dua gambaran ini, kiranya kita bisa memahami apa yang ada di dalam hati dan pikiran Yesus ketika Ia mengatakan “Akulah gembala yang baik”

Dengan ini Yesus sebetulnya mau mengatakan bahwa: relasi, kedekatan dan dedikasinya terhadap kita adalah seperti seorang gembala terhadap kawanan dombanya. Seperti seorang gembala – Yesus pun selalu bersama dengan kita. Yesus katakan: “Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 20:28)

Seperti seorang gembala yang mengenal dombanya satu per satu, Yesus pun mengenal kita secara mendalam satu per satu. Ia tahu siapa di antara kita saat ini yang sedang patah semangat, yang lemah imannya, siapa di antara kita yang sering tidak taat mengikuti suaranya…. Ia tahu itu…….

Yesus berkata: “aku mengenal kerapuhanmu..aku mengenal pergumulanmu… aku mengenal kekurangamu, dosa-dosamu. Sekalipun demikian, Aku tetap berkata: cintailah aku sebagai adanya engkau – dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Jika engkau menungguh sampai engkau merasa sempurna baru lalu mencintai dan mendengarkan suara-Ku maka engkau tidak akan pernah mencintai Aku. Cintailah Aku sebagaimana adanya engkau”

Saudara dan saudariku
Apa yang dikatakan oleh Allah kepada bangsa Israel dalam Yes 43:1,4-5, itu juga dikatakan Yesus kepada kita satu per satu:

"Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,… Janganlah takut, sebab Aku ini menyertai engkau.”

Doa:
Tuhan Yesus, Engkaulah gembalaku. Engkau selalu membimbing aku ke tempat yang aman dan tentram. Semoga aku ragu akan bimbingan dan penyertaan-Mu dalam perjalanan hidupku. Dan semoga aku tidak menjauhkan diri dari cinta-Mu. Jagalah aku dengan aman di dalam perlindungan kasih-Mu.

Pastor Tonny Blikon, SS.CC
Renungan ini pernah disampaikan pada Minggu Paskah IV Tahun A di Paroki St. Odilia - Citra Raya - Tangerang

2 komentar:

Anonim mengatakan...

“aku mengenal kerapuhanmu..aku mengenal pergumulanmu… aku mengenal kekurangamu, dosa-dosamu. Sekalipun demikian, Aku tetap berkata: cintailah aku sebagai adanya engkau – dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Jika engkau menungguh sampai engkau merasa sempurna baru lalu mencintai dan mendengarkan suara-Ku maka engkau tidak akan pernah mencintai Aku. Cintailah Aku sebagaimana adanya engkau”

aq paling suka bagian ini...ini kata2 yang dulu menyadarkan thia...kalau terus bilang besok....sampai mati pun thia tidak akan pernah sempat....pasti besok terus....

Anonim mengatakan...

melalui renungan ini saya diingatkan kembali untuk selalu dekat dengan sang Gembala yang baik. kata kata ini yang cukup menyentuh........Dengan ini Yesus sebetulnya mau mengatakan bahwa: relasi, kedekatan dan dedikasinya terhadap kita adalah seperti seorang gembala terhadap kawanan dombanya. Seperti seorang gembala – Yesus pun selalu bersama dengan kita. Yesus katakan: “Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 20:28) kadang kita jauh tp sebetulnya secara tdk saya sadari dia selalu menjagai saya tiap hari tiap waktu tiap menit dan detiknya hanya saja mungkin saya kurang mencintainya sebagaiman sang Gembala yang baik selalu mencintai saya dengan sepenuhnya... trimakasih Tuhan saya kembali diingatkan melalui renungan singkat ini,.... AMIEN..