Kerendahan hati adalah dasar dari semua kegiatan legio

Bacaan Rohani Mrk 9: 30-37

Legioner yang terkasih.
Saya akan mengawali alukusio ini dengan sebuah kisah nyata tentang seorang tokoh dunia yang terkenal: Nelson Mandela. Ketika dia masih sebagai mahasiswa hukum di kota Johannesburg, dia mempunyai seorang teman yanga bernama Paul Mahabane. Paul Mahabane ini adalah seorang anggota Konggres National Africa yang terkenal sebagai orang yang sangat radikal menentang segala macam bentuk penindasan terhadap orang kulit hitam.

Pada suatu hari keduanya sedang berdiri di depan sebuah kantor pos, dan tiba-tiba datanglah seorang hakim, seorang berkulit putih yang berumur kira-kira 60-an. Hakim itu mendekatai Paul Mahabane dan meminta dia untuk masuk ke dalam kantor pos membelikan beberapa perangko. Pada waktu itu adalah hal yang biasa pada waktu kalau orang kulit putih minta orang kulit hitam untuk melakukan apa yang ia inginkan.... (misalnya... ketemu...terus bilang push up....). Pada peristiwa itu, Paul Mahabane menolak untuk membelikan perangko. Dan hakim itu sangat marah.

Dengan marah dia berteriak: “engkau tahu siapakah saya ini?

Mahabane menjawab: “tidak perlu saya tahu siapakah engkau, tetapi saya tahu orang macam apakah anda”.

Hakim tadi menjadi sangat marah...dan mengatakan.... ”Engkau akan membayar perkataanmu ini...engkau akan diseret ke dalam pengadilan” setelah itu dia pergi.

Orang kulit putih tadi yakin bahwa dia adalah bos... hanya karena dia adalah seorang hakim.... dan sudah menjadi keyakinan dia bahwa orang kulit hitam harus menjadi budak untuk melayani dia.

Kita cendrung menilai orang berdasarkan pekerjaan yang mereka lakukan. Kalau dia adalah seorang profesor atau dokter....kita memberikan penilaian yang tinggi kepada dia, tetapi berhadapan dengan seorang kuli bangunan atau tukang sapu, penilaian kita terhadap pribadinya pun tidak seberapa. Ini tentu tidak adil karena ada sesuatu yang lebih penting daripada hanya sekedar pekerjaan. Nilai seseorang tidak ditentukan oleh pekerjaannya tetapi orang seperti apakah yang ada di balik pekerjaan itu...

Beberapa hari ini media massa diramaikan dengan kasus yang menyerang beberapa anggota KPK. Pada awalnya kita mungkin menilai bahwa sebagai anggota KPK, integritas pribadi orang itu tentu sangat matang dan kuat. Mereka adalah orang yang tidak mudah dipengahuri oleh pihak manapun.... nah...kita memberikan penilaian yang tinggi kepada mereka..... tetapi setelah muncul banyak kasus akhir-akhir ini, kita baru mengerti. Sekali lagi, yang menentukan nilai seseorang adalah bukan pekerjaannya tetapi pribadi macam apakah yang ada di balik pekerjaan itu.

Kesalahan yang dilakukan oleh para murid adalah menempatkan pekerjaan atau posisi mereka sebagai yang utama... dalam pandangan mereka yang menjadi terbesar di antara mereka adalah yang mendapat kedudukan tertinggi.

Tetapi Yesus mengatakan bahwa Kerajaan-Nya bukan soal mencari penghormatan dan kedudukan pribadi tetapi soal melayani orang lain. Jika mereka siap untuk melayani orang lain, maka dengan cara demikian mereka akan mendapat kedudukan tertinggi di dalam Kerajaan-Nya. Mendapat kedudukan tertinggi di dalam Kerajaan Allah tidak berarti duduk di atas sebuah tahta atau sofa yang empuk tetapi akan direndahkan...duduk di atas lantai seakan dengan sebuah ember berisi air di tangan yang satu dan di tangan yang lain memegang sebuah handuk...mereka harus membasuh kaki dari orang-orang yang mereka layani.

Yang terpenting itu bukan apa yang kita lakukan (pekerjaan) tetapi orang seperti apakah kita. Harga diri seseorang tidak ditentukan oleh apa yang ia kerjakan.

Maria menyebut dirinya sebagai hamba Allah. Dalam kata aslinya doulas artinya seorang hamba perempuan. (perempuan dalam kebudayaan Yahudi ditempatkan sebagai orang yang tidak punya hak apa-apa). Maria menyadari bahwa segala rahmat yang ia peroleh adalah semata-mata karena kasih karunia Tuhan.

Dala buku pegangan Bab 6 point 2 dikatakan bahwa meniru kerendahan hati Maria adalah akar maupun instrumen kegiatan legioner. Api yang berkobar dalam hati legioner sejati hanay timbul dari sikap hidup sederhana yang bernilai luhur. Yang paling utama di antaranya adalah kerendahan hati. Kerendahan hati adalah sarana penting dalam kerasulan legioner. Legio sangat bertumpu kepada karya yang memerlukan pekerjaan kepribadian lembut dan sedrhana yang berasal dari kerendahan hati sejati. Kerendahan hati adalah dasar dari semua semua kegiatan legioner. Tanpa ini tidak ada kegiatan legioner yang efektif.

Paus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik yang disegani oleh dunia, menyebut dirinya sebagai ”servus servorum Dei” (Hamba dan semua hamba Allah).

Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Filipi mengajak umat untuk ”dengan rendah hati yang seorang mengganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” (Flp 2:5)

Kidung Hamba Allah dalam Flp 2:5-8 kiranya memberikan inspirasi bagi kita untuk saling menjadi pelayan satu sama lain. ”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”

Kita bisa merenungkan dalam hati: bagaimana saya dengan pekerjaan sekarang ini bisa melayani orang lain? Semoga Tuhan memberkati karya pelayanan kita.

Tidak ada komentar: