Kesatuan antara Kitab Suci dan Tradisi

Kesatuan antara Kitab Suci dan Tradisi

Saudara dan saudariku.
Tema pengajaran bulan Kitab Suci ini adalah kesatuan antara Kitab Suci dan Tradisi. Dan tokoh ziarah bulan ini adalah St. Matius, penginjil dan St. Hironimus.

Hampir semua denominasi protestan mengatakan bahwa ’hanya Alkitab” adalah sumber iman Kristiani. Tetapi tidak untuk gereja katolik. Memang Gereja katolik juga menerima Kitab Suci sebagai dasar iman tetapi bukan satu-satunya. Karena kita juga mengakui adanya tradisi dan magisterium (hak mengajar) gereja yang tertuang dalam ajaran resmi gereja.

Dalam suatu kesempatan, Bapak Uskup Julius Kardinal pernah menyampaikan keprihatinannya bahwa banyak umat katolik tidak PD kalau berhadapan dengan sesama kita dari protestan kalau mulai membahas soal KS. Lebih lanjut Bapak Uskup menegaskan bahwa sebagai orang katolik, kita harus berbangga karena memiliki banyak kekayaan rohani. Selain KS, kita juga punya tradisi, ajaran resmi gereja dan sakramen-sakramen. Kita orang Katolik melihat KS bukan sebagai satu-satunya aturan normative tetapi KS dilihat sebagai sumber inspirasi.

Saudara dan saudariku.
Ada 3 semboyan reformasi yang dikalukan oleh kaum protestan dalam menentang gereja Katolik: ”Sola fidei, sola gracia, sola scriputra” Berkaitan dengan tema pengajaran minggu ini saya hanya ingin mempersoalkan ’Sola Scriputra’ Artinya; hanya Kitab Suci yang menjadi otoritas kebenaran. Di luar kitab suci, seperti tradisi dan ajaran gereja tidak diterima sebagai kebenaran. Tapi kalau kita teliti, tidak pernah di dalam KS diajarkan bahwa ’Hanya Alkitab saja” lah yang menjadi otoritas tunggal.

Dasar ajaran Sola Scriptura itu hanya merupakan tafsiran atas 2 Tim 3:16-17 ”Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik”.

Tetapi kalau kita teliti, kita bisa lihat bahwa Paulus tidak berkata: ”Hanya Alkitab yang diilhamkan Allah memang bermanfaat”, tetapi ia berkata: ”segala tulisan yang diilhamkan Allah”. Tulisan Para Bapa Gereja yang adalah tradisi yang dibukukan, juga diilhamkan oleh Allah

Berbicara tentang tradisi, Yesus Mat 15, tidak mengutuk semua tradisi tetapi hanya tradisi yang menyimpang.

Juga dalam 2 Tes 2:15: ”Paulus menasihatkan umatnya: ”Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.” Ajaran-ajaran yang tidak tertulis inilah yang disebut sebagai tradisi.

Jadi ajaran tentang Sola Scriptura itu tidak ada dasar dalam alkitab. Alkitab tidak pernah mengajar bahwa ia adalah otoritas satu-satunya.

Tradisi adalah ajaran yang tidak ditulis di dalam kitab suci. Mengenai ajaran yang tidak tertulis ini pun disebut dan diakui di dalam Kitab Suci. Misalnya

Kis 2:42 dikatakan bahwa jemaat perdana ”bertekun dalam pengajaran para rasul”. Jadi, jauh sebelum kitab-kitab Injil ditulis kehidupan iman gereja tergantung pada ajaran lisan para pemimpin suci yang ditetapkan oleh Tuhan.

1 Kor 15:3 ”Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci”. Di sini Paulus mengatakan bahwa kebenaran tentang Yesus yang ia terima sendiri telah ia sampaikan (dan ini secara lisan, tentunya)

Yoh 21:25 “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu”. Yohanes mengakui bahwa yang ia tulis hanyalah hal-hal yang paling mendasar untuk keselamatan manusia.

Yoh 16: 12-13 “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.”. Nah…. Bagaimana Roh Kudus akan membimbing kita kepada seluruh kebenaran, jika kebenaran itu hanya dibatasi oleh tradisi yang sudah dituliskan dalam alkitab”

Bagaimana terjadinya tradisi ini?
Pada waktu Yesus masih hidup, Ia memilih para rasul, supaya mereka menemani-Nya sebagai pemberita kerajaan Allah, lalu sesudah kebangkitan-Nya menjadi saksi-Nya yang resmi sampai ke ujung bumi. Selama Yesus hidup, para rasul mengalami-Nya, tetapi belum memahami-Nya. Setelah dicurahi Roh Kudus, seluruh pengalaman yang sudah mereka miliki sehubungan dengan Yesus dan karya-Nya, mereka renungkan dan olah sedemikian rupa, sehingga mereka:
1. Memahami Yesus;
2. Mampu meneruskannya kepada generasi selanjutnya.
Pengalaman unik para rasul itu, yang kemudian mereka teruskan, disebut Tradisi Apostolik. Iman Gereja sepanjang masa bertumpu pada refleksi atas pengalaman nyata para rasul yang dibimbing oleh Roh Kudus secara istimewa itu. Gereja kristen berlandaskan Tradisi ilahi-rasuli itu. Dalam tahap awalnya, Gereja belum memiliki Perjanjian Baru tertulis.

Apa itu Tradisi?
Tradisi ialah "Sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para Rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya mereka, dalam terang Roh kebenaran, dengan pewartaan mereka memelihara, menjelaskan dan menyebarkannya dengan setia." (Dei Verbum , no.9) Para Rasul meninggalkan kepada Gereja pemberitaan hidup. Di dalamnya tercakup segala sesuatu yang mereka lakukan dan ajarkan tanpa ditulis, baik sebelum maupun sesudah tersusunnya Perjanjian Baru.
Tradisi mencakup segala sesuatu yang diteruskan oleh para rasul untuk dipelihara sebagai bagian integral iman, antara lain ajaran, persekutuan kasih, ibadah. Semuanya itu merupakan sarana untuk hidup suci dalam iman. Semuanya itu dapat diteruskan, tetapi tidak semuanya dapat diteruskan secara verbal. Vatikan II,
Dei Verbum menerangkaannya sebagai berikut, "Adapun apa yang diteruskan oleh para Rasul mencakup segala sesuatu, yang membantu umat Allah untuk menjalani hidup yang suci dan untuk berkembang dalam imannya. Demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadahnya melestarikan serta meneruskan kepada semua keturunan dirinya seluruhnya, iman seutuhnya." (Dei Verbum, no.8.)

Saudara dan saudariku
Dari uraian mengenai tradisi ini jelaslah bahwa ada kaitan yang erat antara Tradisi dan Kitab Suci. Oleh karena itu, Alkitab harus ditafsirkan dalam konteks dan dalam kesatuan dengan Tradisi. Sulit membayangkan bahwa penafsiran Alkitab itu lepas dari Tradisi, sebab sebelum Alkitab ditulis, Sabda Allah itu sudah lebih dahulu dihayati dalam Tradisi.
________________________________________

Ada banyak tradisi yang tidak diterima oleh gereja sebagai sebuah tulisan suci karena tidak mengungkapkan kebenaran yang ada di dalam kitab suci.

Misalnya Injil Yudas.... Dalam Injil Yudas dikatakan bahwa Yesus tidak mati disalibkan tetapi Yudas Iskariot. Pandangannya mengatakan: Orang yang mati disalib dianggap sebagai orang yang dihukum oleh Allah sehingga Yesus tidak mungkin mati disalibkan. masakan Yesus Putra Allah dibiarkan oleh Allah untuk mati disalibkan? Sehingga pada waktu disalibkan, Yesus dengan kuasanya turun dari salib....dan digantikan dengan Yudas Iskariot..... nah itu pandangan menurut Injil Yudas...yang tentu bertentangan dengan Injil Yohanes. Dalam Yohanes 19:35 ”Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya”

Yohanes...murid yang dikasihi Tuhan... berdiri di bawah kaki salib Yesus.. Dia yang adalah murid yang terkasih tentu tidak mungkin salah mengenal bahwa yang tergantung di salib itu adalah Yesus, Tuhan dan Gurunya.

Dalam banyak hal, Injil Yudas, bertentangan dengan teks Injil yang kita miliki sekarang sehingga tidak diterima sebagai suatu tradisi gereja.
Ada yang bertanya: Kok kenapa hanya empat Injil? Kan ada Injil Petrus, Injil Barnabas, Injil Thomas dll....

St. Irenius (abad 2) memberikan jawabannya sbb: Hanya ada 4 kitab Injil dan sampai kapan pun tetap 4 tidak akan bertambah apalagi berkurang. Empat itu menunjuk pada 4 titik utama pada kompas penunjuk arah. Gereja menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan 4 Injil sebagai 4 pillar utama dan sebagai empat arah mata angin yang bertiup ke mana pun umat hidup. 4 kitab itu sebenarnya merupakan satu Injil yang diinspirasikan oleh Roh Kudus.

Sebenarnya jumlah 4 ini sudah digambarkan dalam pengalaman rohani nabi Yehezkiel (Yez 1:4-10) ”Lalu aku melihat, sungguh, angin badai bertiup dari utara, dan membawa segumpal awan yang besar dengan api yang berkilat-kilat dan awan itu dikelilingi oleh sinar; di dalam, di tengah-tengah api itu kelihatan seperti suasa mengkilat. Dan di tengah-tengah itu juga ada yang menyerupai empat makhluk hidup dan beginilah kelihatannya mereka: mereka menyerupai manusia, tetapi masing-masing mempunyai empat muka dan pada masing-masing ada pula empat sayap. Kaki mereka adalah lurus dan telapak kaki mereka seperti kuku anak lembu; kaki-kaki ini mengkilap seperti tembaga yang baru digosok. Pada keempat sisi mereka di bawah sayap-sayapnya tampak tangan manusia. Mengenai muka dan sayap mereka berempat adalah begini: mereka saling menyentuh dengan sayapnya; mereka tidak berbalik kalau berjalan, masing-masing berjalan lurus ke depan. Muka mereka kelihatan begini: Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang.
Hal yang sama dilihat oleh Yohanes dalam wahyu 4:7 ”Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang”

Keempat Injil yang kita miliki sekarang ini sangat erat kaitan dengan penglihatan-penglihatan kudus ini. Yesus tetap menjadi pusat dari ke-4 injil tersebut.

Lambang ke empat penginjil itu sama dengan lambang binatang-binatang yang digambarkan dalam penglihatan tadi.

Markus dilambangkan dengan singa karena ia mengawali pewartaannya dengan kisah tentang tampilnya Yohanes Pembaptis yang berseru di padang gurun seperti singa yang mengaum-ngaum mencari mangsanya.

Matius dilambangkan dengan suatu makluk serupa seorang manusia yang bersayap. Karena dalam Injilnya dia lebih menekankan Yesus sebagai anak manusia. Istilah ’anak manusia’ ini berakar dalam Dan 7:13-14 ”Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah”. Dalam Mat 25 tentang Pengadilan Terakhir Yesus tampil sebagai raja yang menerima kuasa dari Allah untuk menghakirim dunia.

Lukas dilambangkan dengan seekor anak lembu karena ia mengawali kisah dengan ceritra tentang nabi Zakariah yang mempersembahkan korban di Bait Allah.

Yohanes dilambangkan dengan burung rajawali karena pada awal injilnya dia berbicara tentang kekuasaan dan kemuliaan Sang Sabda yang nampaknya terlalu tinggi untuk dipahami oleh manusia (seperti En avrch/| h=n o` lo,goj( kai. o` lo,goj h=n pro.j to.n qeo,n( kai. qeo.j h=n o` lo,gojÅ Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. (Yoh 1:1).

St. Hironimus berkata: ”Ignorance of the scripture is ignorance of the Christ”

Tidak ada komentar: