Minggu Biasa ke 25_Tahun B_2009

Bacaan:
Bil 11:25-29 Yak 5:1-6 Mrk 9:38-43; 45; 47-48

Saudara dan saudariku…
Saya mulai dengan sedikit menjelaskan konteks dari bacaan I hari ini. Musa, yang ditunjuk Allah untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, merasakan bahwa tugasnya makin lama makin berat. Tiga hari setelah mereka berangkat dari gunung Sinai, tempat di mana mereka tinggal beberapa tahun dan meskipun Allah telah menyediakan bagi mereka air dan makanan berupa manna, umat Israel tetap bersungut. Hal ini membuat Tuhan marah.

Mereka mempersalahkan Allah karena Allah telah menghantar mereka keluar dari tanah Mesir. Di Mesir mereka mendapat ikan untuk dimakan dan buah-buahan yang lezat serta jenis makanan lainnya yang bisa disantap. Sedangkan di padang gurun mereka tidak lagi mendapat barang-barang seperti itu, selain manna yang sama saja setiap hari. (seperti kami di pastoran kalau tiap hari makan tahu-tempe terus, maka rasa bosan itu pasti ada). Berhadapan dengan keluhan umat itu, Musa pun mengeluh kepada Allah bahwa ia sendiri tidak sanggup memimpin umat yang suka mengomel itu. Allah mendengar keluhannya dan menyuruh dia memilih tujuh puluh orang tua berpengalaman yang dipilih dari suku-suku. Allah akan mengangkat mereka sebagai pemimpin umat di bawah Musa. Musa memilih tujuh puluh orang dan menghantar mereka kepada Yahwe. Di sana Allah memberikan mereka sebagian Roh yang dimiliki Musa dan mereka mulai bernubuat sebagai satu tanda bagi umat bahwa Allah sunguh-sungguh memilih mereka sebagai wakilNya.
Pada saat yang sama ada dua orang lain yang tidak datang ke kemah Allah namun menerima Roh dari Allah dan mulai bernubuat. Yosua, seorang pembantu yang terdekat Musa, yang kemudian pengganti Musa menolak kedua penerima karunia bebas dari Allah itu. Ia ingin agar Musa mencegah mereka berbicara atas nama Allah. Musa tidak melakukan hal itu, malah ia menjawab: adalah makin baik kalau makin banyak orang di antara umat beriman mendapat Roh Allah. Tugasnya akan menjadi sangat ringan apabila semua umat Allah menjadi nabi.

Saudara dan saudariku
Peristiwa yang dilukiskan dalam bacaan I ini menunjukkan perhatian Allah pada kesejahteraan jasmani dan rohani dari bangsa terpilih dalam pengembaraan mereka di padang gurun, juga merupakan satu bayangan awal akan kuasa roh yang akan diserahkan Yesus kepada umat kepilihan baru yaitu Gereja, demi peran bimbingan rohaninya.

Musa dan pembantu-pembantunya adalah model bagi Petrus dan Rasul-rasul lain. Mereka dan para penggantinya melakukan bagi Gereja tugas yang sama yang dilakukan Musa dan pembantu-pembantunya untuk Israel.

Mereka akan mengajar dan membimbing Gereja dalam jalan kebenaran, mereka akan membimbingnya dalam jalan hidupnya menuju gerbang keabadian.

Saudara dan saudariku
Dalam bacaan pertama tadi kita melihat bahwa Allah begitu baik dan dekat kepada bangsa Israel. Dia jauh lebih dekat lagi dengan kita dan karunia ilahi yang Ia berikan kepada kita jauh lebih besar. Ia tidak mengunjung kita dengan berselubungkan awan, Ia datang sebagai seorang pribadi dalam diri Putera ilahiNya dan hidup di antara kita. Putera ilahi menderita siksaan dan mati sebagai manusia agar kita memperoleh hidup kekal. Ia pun mendirikan GerejaNya, satu institusi yang hidup, dalamnya kita memperoleh bantuan yang kita butuhkan, termasuk bimbingan pasti dari para pemimpin yang telah ditunjukNya untuk kita. Mereka adalah pengganti Petrus dan para Rasul yang lain. Kalau kita hidup setia di dalam Gereja, berusaha dengan segenap hati untuk menjalankan hukum-hukumNya, kita tidak perlu takut dalam menantikan keselamatan kekal.

Hukum-hukum gereja termasuk di dalamnya hukum dan moral perkawinan. Tetapi seringkali bahkan umat sendiri merasa bahwa hukum perkawinan katolik adalah sesuatu yang out of date, kuno.

Seringkali dalam obrolan santai dengan umat, muncul ungkapan seperti ini: Rm. Menurut saya perkawinan katolik adalah neraka bagi kaum perempuan. Atau seringkali muncul omongan seperti ini: pinginnya sih tukar tambah. Nah…dibalik semua ungkapan ini, sebenarnya ada pemahaman seperti itu.

Saudara dan saudariku….
Sekali lagi, kalau kita hidup setia di dalam Gereja, berusaha dengan segenap hati untuk menjalankan hukum-hukumNya, kita tidak perlu takut dalam menantikan keselamatan kekal.

Dalam bacaan II, rasul Yakobus mengencam dengan tajam orang kaya, yang tidak bermoral. Orang kaya yang diserang Yakobus ini rupanya bukanlah orang kristen. Meskipun demikian ia ingin memperingatkan orang kristen akan bahaya memusatkan perhatian pada pengumpulan barang duniawi, khususnya apabila itu dilakukan lewat pemerasan orang miskin yang tak berdaya yang menjual tenaga kepada mereka.
Dalam kata-kata santu Yakobus ini terdapat satu peringatan untuk kita semua. Kita tidak memiliki tempat tinggal yang tetap di atas bumi ini. Tujuan hidup kita bukanlah untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan maksud agar kita bisa melewati tahun-tahun hidup kita dalam kemewahan dan kesenangan, tetapi dapat menggunakan dunia ini sebagai batu loncatan menuju tujuan kita yang sesungguhnya dalam hidup abadi. Amat disayangkan bahwa bumi ini dengan segala kekayaan dan kesenangannya menjadi daya pikat yang begitu kuat buat kita. Bagi orang tertentu kesenangan duniawi itu menjadi sekian memikat, sehingga dapat mengaburkan dan menutup tujuan hidup yang sesungguhnya.

Sebagai orang kristen kita mengetahui tujuan hidup kita yang sesungguhnya di dunia ini. Kita mengetahui rencana cinta Allah untuk kita. Kebahagiaan kekal menanti kita setelah kita meninggal, apabila kita hidup seturut hukum yang telah Allah berikan kepada kita. Dengan jaminan masa depan demikian yang menanti kita, Allah tidak menuntut terlalu banyak dari kita ketika Ia meminta kita sedikit mengambil jarak dengan barang-barang dunia ini. Tentu saja kita boleh menggunakan barang dunia ini untuk kebutuhan kita dan kita boleh bergembira dengan kesenangan hidup ini sesuai dengan keadaan hidup kita, tetapi hanya sejauh tidak bertentangan dengan kehendak Allah.

Maka marilah kita menguji hati kita dalam hubungan dengan barang-barang dunia. Apakah kita mencari lebih dari yang kita butuhkan? Apakah kita memperolehnya secara adil? Apabila status kita majikan: Apakah kita telah memberikan upah yang layak kepada pekerja kita? Apakah kita telah memperlakukan mereka sebagai sesama, sesama orang kristen, sesama peziarah ke surga? Jika kita bekerja untuk orang lain: Apakah kita bekerja sungguh-sungguh untuk upah yang kita peroleh? Apakah kita punya minat pada usaha dan keuntungan majikan? Apakah kita bersikap adil kepada sesama pekerja? Apabila setiap kita menjawab “ya” terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, maka kita telah menyimpan “harta di surga, di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar dan mencurinya” (Mat 6:21). Semoga.

Tidak ada komentar: