Hari Raya Semua Orang Kudus

Bacaan: Why 7:2-4.9-14 1Yoh 3:1-3 Mat 5:1-12a

By Fr. Tonny Blikon, SS.CC

Pengantar

Hari ini adalah hari raya Hari Raya semua orang kudus. Kita berkumpul di sini pada perayaan ini berarti kita mau merayakan realitas dari misteri keselamatan. Suatu realitas yang kita akui dengan bangga dalam syahadat kita : ‘Aku percaya akan persekutuan para kudus". Mereka adalah orang-orang yang kepadanya Yesus mengatakan: “berbahagialah yang suci hatinya sebab mereka akan memandang Allah"

Merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus adalah suatu kesempatan baik bagi kita untuk memuji dan memuliahkan Allah akan rahmat kekudusan yang telah Ia berikan kepada gereja. Juga merupakan kesempatan baik untuk menghormati secara khusus semua orang yang telah menjadi pahlawan iman.

Di antara semua orang kudus, ada yang diakui secara resmi oleh gereja masih ada begitu banyak orang kudus yang tidak dikenal karena nama mereka tidak tertera dalam kalender liturgi. Mereka mungkin tidak dikenal karena tidak pernah melakukan suatu karya mujikzat atau tidak pernah ada penampakan diri dari mereka. Mereka hanyalah orang-orang biasa sama seperti kita tetapi mereka memiliki sesuatu yang luar biasa yaitu cinta dan kesetiaan kepada Allah serta kemurahan hati kepada sesama.

Dan ini tentu ini merupakan sesuatu dorongan bagi kita yang notabene adalah manusia yang biasa sama seperti mereka untuk melakukan yang terbaik bagi Allah dan sesama agar kita pun kelak dapat masuk surga. Semoga hidup kita merupakan suatu persembahan yang berharga bagi Allah dan sesama.


Homili
Mengapa harus ada hari khusus untuk memperingati semua orang kudus? Kalau kita perhatikan kalender liturgy, sepanjang tahun selalu saja ada orang kudus yang diperingati atau dirayakan. Misalnya, 28 Januari, St. Thomas Aquinas; 10 Mei, St. Damian; 27 Agustus, Sta. Monika, 28 Agustus, St. Agustinus, 1 Okt St. Theresia dari kanak-kanak Yesus, dll… Lantas mengapa ada hari yang dikhususkan untuk merayakan pesta semua orang kudus? Saya kira ada 2 alasan

1. Selain para kudus yang kita kenal dan kita rayakan pada hari-hari khusus, masih ada banyak bahkan miliaran orang kudus yang tidak sempat dirayakan secara khusus atau tidak ada dalam penanggalan resmi gereja. Misalnya….semalam saya coba membaca buku ini: ‘Lives of the Saints” dan saya menemukan bahwa pada tanggal 9 Februari ada pesta St. Miguel Febres Cordero, orang pertama Equador yang diakui kekudusannya. Dia dikanonikasikan pada tahun 1984 walaupun pestanya tidak masuk dalam kalender liturgi romawi.

Orang-orang Kudus yang dikanonisasikan itu hanyalah semacam ‘puncak gunung es’ yang muncul ke permukaan. Kelihatannya kecil, tetapi sebetulnya sangat besar. Artinya, para orang kudus yang diakui oleh gereja adalah semacam ‘puncak gunung es dari kekudusan kristiani dari begitu banyak umat kristiani yang nama mereka tidak pernah disebutkan di dalam kalender liturgi. Mereka mungkin tidak dikenal karena tidak pernah melakukan suatu karya mujikzat atau tidak pernah ada penampakan diri dari mereka. Mereka hanyalah orang-orang biasa sama seperti kita tetapi mereka memiliki sesuatu yang luar biasa yaitu cinta kepada Allah dan kemurahan hati kepada sesama.

Boleh jadi diantara mereka adalah para orang tua dan nenek moyang kita, mereka yang hidupnya baik….mereka yang mungkin mati karena mempertahankan kebenaran, Tibo, CS misalnya… Atau mungkin Paulus Ong Ngi (rasul Pulau Bangka)siapa tahu? Karena itu perayaan hari ini lebih dikenal sebagai pesta para orang kudus yang tidak dikenal. Mereka yang disebutkan dalam bacaan pertama hari ini: “suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.

2. Perayaan hari ini juga memberikan kita pandangan sekilas tentang apa yang akan kita alami kelak. Mereka yang kita rayakan hari ini adalah orang-orang biasa sama seperti kita. Bagaimana kita sekarang, begitulah mereka dulu pernah hidup. Dan bagaimana keadaan mereka sekarang, itulah harapan kita akan masa depan.

Siapa sih di antara kita yang tidak mau menikmati kebahagiaan kekal? Kita semua tentu mau…tapi sayang bahwa untuk mencapai kepenuhan hidup bersama para kudus di surga tidak terjadi secara otomatis. Yesus berkata: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Mat 7:21). Lantas bagaimana caranya kita menjalani kehendak Allah itu dalam hidup sekarang ini?

Jawabannya ada dalam bacaan Injil hari ini. Sabda Bahagia adalah semacam peta yang diberikan Yesus kepada kita para pengikut-Nya untuk mencapai kebahagiaan di Surga. Orang-orang kudus yang kita rayakan hari ini adalah mereka yang telah dengan susah payah mencobai menekuni sebuah jalan hidup yang sulit sebagaimana ditawarkan oleh Injil hari ini. Perayaan hari ini juga merupakan suatu undangan bagi kita untuk mengikuti cara hidup yang ditawarkan oleh sabda Bahagia ini.

Saudara dan Saudariku
Sabda Bahagia menawarkan kepada kita suatu cara hidup. Sabda Bahagia merupakan suatu undangan bagi kita untuk hidup miskin di hadapan Allah, untuk menangis bersama mereka yang menangis, untuk bersikap lemah lembut dan rendah hati dan untuk merasa lapar dan haus akan keadilan. Sabda Bahagia menandang kita untuk menjadi orang yang ‘berbela rasa”, untuk menjadi orang yang suci dan bersih hati, untuk menjadi pembawa damai bagi sesama.

Beberapa minggu yang lalu saya bersama beberapa orang menonton film tentang kisah hidup dan kepahlawahan Pater Damian, seorang konfrater kami yang baru di kanonisasikan pada tanggal 11 Oktober yang lalu. Selesai menonton salah seorang memberi komentar seperti ini: “Sulit ya…untuk menjadi kudus”…. Memang sulit tapi hidup semacam itu pernah dijalani oleh seorang manusia sama seperti kita. Seorang Damian, yang punya banyak kekurangan di dalam dirinya….

Saudara dan saudariku.
Hari ini kita diundang untuk menelusuri jejak langkah hidup para kudus. Hari ini kita diundang untuk menjalani hidup sebagaimana ditawarkan oleh Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Memang berat tetapi kita harus percaya dan berjuang bahwa kita bisa. Kita juga bisa memohon bantuan para kudus melalui doa-doa mereka agar kita dibimbing dan dikuatkan untuk berani hidup sebagai orang Kristen yang sejati.

St. Agustinus pada awalnya merasa bahwa Sabda Bahagia yang kita dengar hari ini adalah suatu cara hidup yang tidak mudah. Tetapi ketika dia membaca…membaca dan merenungkan bacaan Injil hari ini, dia berkata: “Kalau semua orang kudus telah menjalani hidup semacam ini, mengapa saya tidak”. Saya mau mengajak kita semua untuk menjadikan pernyataan ini sebagai ungkapan kesungguhan kita untuk mengejar kekudusan di dalam hidup ini: “Kalau semua orang kudus telah menjalani hidup semacam ini, mengapa saya tidak”.

Semoga nantinya, setelah kehidupan di dunia sekarang ini, kita pun mendengar Sabda Yesus yang menggembirakan kita: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Mat 25:21). Amin.

Tidak ada komentar: