Minggu Biasa ke 27_tahun B_2009

Apa yang telah dipersatukan oleh Allah, janganlah diceraikan oleh manusia


Kej 2: 18-24 Mzm 128:1-2.3.4-5.6 Ibrani 2:9-11 Mark 10:2-16 / 10: 2-12

Saudara dan saudariku

Masih ingat dengan janji perkawinan?

Saya akan mengawali renungan ini dengan sebuah kisah. Suatu pasangan calon pengantin datang kepada seorang rabbi Yahudi. Mereka tengah mempersiapkan perkawinan. Setelah diskusi panjang tentang upacara perkawinan, calon pengantin pria berkata kepada sang Rabbi, katanya : “Rabbi, apakah anda keberatan jika kami membuat sedikit perubahan pada janji perkawinan nanti? Kami mau menggantikan sedikit rumusan janji perkawinan kami. Ketimbang memaklumkan bahwa kami akan hidup sebagai suami istri sampai ajal menjemput kami, maka kami ingin berjanji untuk hidup sebagai suami – istri sejauh kami masih saling mencintai. Kami telah membicarakan tentang hal ini, dan kami berdua sepakat mengenai hal ini. Jika pada suatu saat kami merasa bahwa kami tidak lagi saling mencintai maka secara moral kami bisa dibenarkan jika kami cerai.

Rabbi tadi kaget dengan usulan itu. Dan dengan suara keras dia bilang ‘APA?” Tidak! saya tidak akan mengadakan perubahan pada janji perkawinan itu. Lelbih lanjut Rabbi itu menasihati mereka: "Kita tahu bahwa zaman sekarang banyak perkawinan bermasalah dan banyak dari perkawinan itu tidak bertahan sampai pasangannya meninggal. Jika kamu ingin menikah dengan pandangan semacam itu maka jelas perkawinan kalian tidak akan bertahan. Saya menghargai kejujuran kalian, tetapi kalian harus mengerti bahwa perkawinan adalah suatu komitmen dan bukan hanya sekedar keinginan untuk hidup bersama. Komitmen mengandaikan bahwa masing-masing kalian harus menerima segala macam bentuk frustrasi dan kekecewaan karena keterbatasan manusiawi yang bakal kalian alami.

Saudara dan saudariku
Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita merenungkan tentang keluarga sebagai sebuah institusi Ilahi. Dalam bacaan pertama kita mendengar sabda Allah yang mengatakan: “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”.

Dari sini nampak jelas bahwa persatuan antara pria dan wanita pertama-tama bukanlah kehendak manusia, tetapi kehendak Allah.

Setiap kali kalau memberi kursus tentang hukum perkawinan, saya mulai dengan Kan 1058: “Perjanjian perkawinan dengan mana seorang pria dan seorang wanita membentuk di antara mereka persekutuan seluruh hidup, yang dari kodratnya terarah pada kesejahteraan suami-istri, kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang dibaptis oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen”

Saya biasanya mulai dengan kata ‘Perjanjian” Bahasa Inggris membedakan antara Contract dan Covenant. (feodus) Dalam bahasa Indonesia kedua kata di atas diartikan sebagai Perjanjian. Tetapi sebetulnya dalam zaman dahulu itu dibedakan.

Dalam kontrak, syarat-syarat dinegosiasikan, dalam perjanjian tidak.

Kontrak didasarkan pada janji-janji yang dibuat oleh kedua pihat, sedangkan perjanjian diikat hanya lewah sumpah agung. Dalam bahasa latin: Sacramentum).

Kontrak biasanya dilaksanakan demi manfaat, sedangkan perjanjian dilaksanakan atas dasar kasih.

Kontrak berbicara tentang keuntungan pribadi, sedangkan perjanjian memanggil kita untuk mengorbakan diri.

Dalam kontrak orang bertuka harta dan jasa; dalam perjanjian (covenant) orang bertukar pribadi. Dalam sebuah ‘covenant’ Dalam sebuah covenant, orang bisa berkata: “Aku adalah milikmu dan engkau adalah milikku”. Perkawinan adalah sebuah perjanjian dalam artian covenant dan bukan sebuah contract. (Foedus).

Saudara dan saudariku
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus meluruskan kembali apa yang disalahpahami oleh orang-orang Israel. Yesus menegaskan bahwa suatu lembaga perkawinan itu sifatnya tak terceraikan (indisolubilitas). Yesus menegaskan bahwa orang Yahudi harus kembali kepada moral perkawinan yang murni seperti yang telah ditentukan oleh Allah sendiri sejal awal mula terjadinya manusia: “Pada awal penciptaan Allah menjadikan manusia pria dan wanita. Karena itu pria harus meninggalkan ibu dan bapanya dan mengikatkan diri kepada istrinya. Dan keduanya akan hidup bersatu padu jiwa raganya”

Seringkali dalam kursus perkawinan pun saya mengatakan: “Ingat….setiap kita mempunyai panggilan yang sama yaitu menjadi kudus tetapi cara yang kita tempuh untuk mencapai kekudusan itu berbeda”.

Paus Paulus VI pada tanggal 12 Februari 1966 mengatakan bahwa ‘perkawinan dan keluarga kristiani adalah sebuah panggilan yang mengutamakan sebuah komitmen moral. Perkawinan bukanlah merupakan jalan yang mudah…tetapi merupakan sebuah jalan yang panjang untuk mencapai kesucian hidup.

Benar bahwa perkawinan adalah suatu cara untuk mencapai kesucian. Kalau kita perhatikan nasihat Injil, tentang bagaimana kita harus hidup sebagai orang beriman maka kita akan memahami bahwa memang benar bahwa perkawinan adalah cara hidup untuk mencapai kesucian itu.

Misalnya. Yesus pernah mengatakan: “barangsiapa yang mau mengikuti Aku, maka ia harus menjadi pelayan… dan perkawinan adalah sebuah hidup pelayanan baik kepada pasangan maupun anak-anak.

St. Paulus dalam 1 Kor 13 mengatakan: ada 3 keutamaan Kristiani :iman, harap dan kasih” dan yang paling besar diantaranya adalah kasih. Nah..perkawinan adalah suatu komitmen cinta kepada pasangan sampai maut memisahkan kita….. maka tidak heran kalau Paus Paulus VI mengatakan bahwa “perkawinan adalah sebuah perjalanan yang panjang untuk mencapai kesucian hidup’

Akan tetapi, tidak bisa kita sangkal bahwa banyak perkawinan bahkan perkawinan katolik sedang dirongrong…. Berita kawin-cerai, kawin – cerai menjadi acara TV yang sangat diminati…..menjadi mode dari suatu perkawinan modern.

Ada yang pernah chatting dengan saya: “Rm…menurut saya perkawinan katolik itu adalah neraka bagi kaum wanita”

Seringkali dalam kotbah perkawinan saya katakan: apa yang terjadi pada pesta perkawinan di Kanna, cepat atau lambat akan terjadi dalam setiap bahtera perkawinan, yaitu mereka kehabisan anggur….anggur kebahagiaan. Tetapi ingat bahwa dalam situasi itu kalian tidak sendirian… Yesus ada dalam setiap perkawinan….Dia akan membantu, kalau kita melibatkan Dia di dalam segala kesulitan yang kita hadapi.

Ingatlah saudara dan saudariku…..
Pada hari perkawinan kalian, Yesus telah memberkati kalian dengan rahmat-Nya. Percayalah akan rahmat sacrament perkawinan itu. Allah yang telah mempersatukan kalian, juga pasti akan memberikan rahmat-Nya supaya kalian bisa menjalani hidup perkawinan itu.

Dalam renungan ini saya coba membuat Sepuluh Perintah Allah dalam Perkawinan

10 Perintah Allah bagi para suami.

1. Janganlah engkau mengambil istrimu dengan tidak hormat, tetapi hormatilah dan hargailah dia sebagai orang yang sepadan denganmu. (1 Pet 3:7 “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang)

2. Persekutuanmu terdekat, selain kepada Allah, adalah istrimu dan bukan keluarga dan sanak familimu. (Kej 2:24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging).

3. Hendaklah secara rutin engkau katakan kepada istrimu bahwa betapa penting dan berharganya dia bagimu. (Fil 2: 3 "dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri". Ams 31 : 10-11 “Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan".

4 Janganlah anda berpikir bahwa dengan menikah anda telah mendapatkan cinta istrimu. (Bisa kita lihat dalam Kid. Agung 5:10-16. Artinya begini…. Seringkali sang istri bertanya apakah anda mencintai saya? Sang suami menjawab. Tentu saya mencintaimu, kalau tidak pasti dulu saya tidak menikahimu. Pria biasanya melihat perkawinan sebagai tujuan….sedangkan wanita melihat perkawinan sebagai permulaan dari perjalanan cinta. )

5. Bersama dengan Istrimu Anda harus secara aktif membangun disiplin di dalam keluargamu (Eph 6:4 “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan")

6. Ingatlah untuk melakukan segala hal yang terkecil sekalipun bagi istrimu, jika engkau telah berjanji kepadanya. (Mat 5:37 “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat".)

7. Arahkanlah matamu kepada istrimu dan jangan kepada tetanggamu. (Ams 5:15-20; Ayub 31:1 “aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara?; Yer 5:8 “Mereka adalah kuda-kuda jantan yang gemuk dan gasang, masing-masing meringkik menginginkan istri sesamanya). Siapa sih diantara bapa-bapa yang mau disebut oleh nabi Yeremia sebagai 'kuda-kuda jantan"

8. Haruslah Anda berusaha melakukan segala usaha yang dinilai baik oleh Istrimu.

Dalam Kej Abraham adalah seorang suami yang sangat dihormati oleh Istrinya sarah. Bahkan Sarah memanggil dia sebagai ‘Tuanku’. Tetapi Sara merasa bersalah karena Ia tidak bisa memberikan keturunan kepada Abraham karena itu dia menyuruh Abraham untuk menghampiri Hagar….Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: "Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak. (Kej 21:12). Allah mengatakan bahwa Abraham harus melakukan apa yang dipandang baik oleh istrinya. Suami dan Istri seringkali hidup dengan cara berpikir yang berbeda. Seorang suami yang bijaksana akan ‘mendengarkan’ apa kata istrinya sebelum Allah turut campur tangan dan memaksa dia untuk melakukan apa yang sebenarnya sudah diminta oleh istrinya…..

Untuk zaman sekarang istri yang baik dan setia, pasti tidak akan meminta supaya suaminya menghampiri orang lain. Tetapi dalam hal-hal yang lain, baiklah suami belajar untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh sang istri.

9. Jangan pernah tidak tidak mencium Istrimu setiap pagi / Hendaknya Anda mencium istrimu setiap pagi. (Kid Agung 8:1 ….. akan kucium engkau bila kujumpai di luar, karena tak ada orang yang akan menghina aku!

10. Janganlah engkau bersikap kikir terhadap istrimu kalau itu menyangkut uang. (Esther 5:3 “Tanya raja kepadanya: "Apa maksudmu, hai ratu Ester, dan apa keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan diberikan kepadamu."


10 Perintah Allah untuk para Istri

1. Janganlah engkau mengharapkan suamimu untuk memberikanmu segala hal mewah sebagaimana diberikan oleh orang tuamu.

(Filp 4: 11 “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan)

2. Anda harus bekerja keras untuk membangun rumah tanggamu, bersama dengan suamimu, janganlah suka berangan-angan ‘seandainya suamiku ……

(Amsal 14:1 Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri.

3. Janganlah engkau suka menghina atau…memukul dia dengan wajan…itu tidak sopan

(Amsal 27: 15 “Seorang isteri yang suka bertengkar serupa dengan tiris yang tidak henti-hentinya menitik pada waktu hujan” Amsal 21:19 “Lebih baik tinggal di padang gurun daripada tinggal dengan perempuan yang suka bertengkar dan pemarah”.

4 . Janganlah anda bersikap dingin terhadap suamimu tetapi jadilah Istrinya penuh kehangatan.

(1 Kor 7:3-5 “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak)

5. Janganlah engkau mencari lirikan orang-orang asing, selain tatapan mata suamimu.

Yeh 16: 32 “Hai isteri yang berzinah, yang memeluk orang-orang lain ganti suaminya sendiri”.

2 Pet 2:14 “Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk

6. Janganlah anda berteriak kepada suamimu, tetapi katakanlah segala sesuatu dengan lemah lembut dan berdoalah untuk mereka.

1 Pet 3:1-4 "Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.

7. Janganlah membiarkan seorang pun untuk menggodamu jika kamu mengalami kesulitan dalam perkawinan.
(1 Pet 5:9 “Lawanlah dia dengan iman yang teguh,….

8. Janganlah lupa untuk berdandan bagi suamimu, dengan tatapan yang menyenangkan hatinya seperti yang kau lakukan sebelum perkawinan.

Kid. Agung 4: 9-11 “Engkau mendebarkan hatiku, dinda, pengantinku, engkau mendebarkan hati dengan satu kejapan mata, dengan seuntai kalung dari perhiasan lehermu. Betapa nikmat kasihmu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cintamu dari pada anggur, dan lebih harum bau minyakmu dari pada segala macam rempah. Bibirmu meneteskan madu murni, pengantinku, madu dan susu ada di bawah lidahmu, dan bau pakaianmu seperti bau gunung Libanon

9. Hendaklah engkau tunduk kepada suamimu dengan segenap hatimu dan biarkanlah ia menjadi kepada rumah tangga.

Kol 3: 18 Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan
1 Pet 3:6 “sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman”

Dalam Kej 18 : dikisahkan bahwa Abraham mendapat kunjungan dari 3 orang tamu. Abraham menawarkan kebaikan kepada para tamunya…Abraham sujud dan berkata : "Tuanku, jika aku telah mendapat kasih tuanku, janganlah kiranya lampaui hambamu ini. Biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini; biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali; kemudian bolehlah tuan-tuan meneruskan perjalanannya; sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini." Jawab mereka: "Perbuatlah seperti yang kaukatakan itu." Lalu Abraham segera pergi ke kemah mendapatkan Sara serta berkata: "Segeralah! Ambil tiga sukat tepung yang terbaik! Remaslah itu dan buatlah roti bundar!"..
Coba kita bayangkan seandainya saat itu Sarah menjawab: "buat aja sendiri" Tetapi Sarah tidak menjawab seperti itu karena itu bukan karakter dia. Jawaban seperti itu hanya dijawab oleh ibu-ibu yang suka nonton acara "suami-suami takut Istri", karena mereka mau menjadi kepala dari rumah tangga.

10. Hendaknya anda meyakinkan suamimu dan kepada orang lain bahwa suamimu adalah orang yang terhebat yang pernah anda jumpai.
Fil 2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri

Jadi jangan sampai ada istilah ‘Pinginnya sih tukar tambah”
Kid Agung 5: 9-16

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Sungguh bacaan diatas membuat permenunganq makin mendalam untuk menjalani masa depanq nanti...dan semoga renungan diatas sungguh mjd kekuatan serta menyemangati para suami-istri n jg yang akan merencanakan menikah ... Amin...