Mingu Biasa XXVI - Tahun C - 2010

Bacaan
Amos 6:1a.4-7
1Tim 6:11-16
Luk 16:19-31

Homili

Saudara dan saudariku

Injil hari ini menggambarkan jurang yang amat dalam yang ada antara orang kaya dan miskin. Jurang itu nampaknya tak terseberangi. Lazarus, si miskin selalu berada di pintu rumah ornag kaya itu, tetapi selama hidupnya dia tidak pernah dipedulikan. dikatakan bahwa orang kaya itu dikatakan selalu berpakaian ungu dan kain halus. Pakaian ungu pada zaman itu adalah pakaian yang paling mahal. Harganya kira-kira 2 tahun kerja dengan upah normal. Sedangkan Lazarus, pastilah tidak berpakaian karena badannya penuh borok. Juga dikatakan juga bahwa orang kaya itu setiap hari hidup dalam kemewahan, sedangkan Lazarus, untuk makan saja harus menunggu sisa-sisa makanan yang dibuang oleh orang kaya itu. Ini adalah suatu gambaran tentang perpedaan yang mendalam antara orang kaya dan Lazarus yang miskin.

Lalu matilah kedua orang itu. Si kaya masuk ke dalam neraka sedangkan Lazarus masuk surga. Apa yang membuat orang kaya itu masuk neraka? Dan apa yang membuat Lazarus itu masuk surga? Orang kaya itu masuk neraka bukan karena kekayaannnya. Juga Lazarus masuk surga, bukan karena kemiskinannya.

Secara hukum, orang kaya dalam kisah Injil tadi tidak melakukan kesalahan apapun. Dia tidak melukai Lazarus. Dia tidak pernah menganiaya, atau mengusirnya. Ia juga tidak marah-marah kepada Lazarus. Maka menurut semua prosedur hukum, orang kaya itu tidak bersalah sedikit pun.

Tetapi dari segi moral dan kehidupan agama, orang kaya itu bersalah, bukan karena ia melanggar hukum melainkan karena ia tidak berbuat apa-apa. Kita ingat apa yang dikatakan Yesus pada penghakiman terakhir: ”Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku” (Mat 25:42-43).

Saudara dan saudariku
Kita tidak dapat menyebut diri orang baik hanya dengan menghindari perbuatan-perbuaan jahat, melainkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Yesus sendiri pernah berkata: "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat 7:12). Sekali lagi, orang kaya dalam kisah Injil tadi dipersalahkan bukan karena ia melakukan kejahatan melainkan karena ia tidak berbuat sesuatu untuk menolong sesamanya.

Lantas, mengapa Lazarus masuk surga? Itu pun bukan karena kemiskinannya, tetapi kita lihat bahwa walaupun dia miskin, dia tidak pernah mengeluh atau bahkan marah kepada Allah, melainkan senantiasa berharap kepada Allah. Nama Lazarus itu berarti: ”Allah-lah penolongku”.

Dari bacaan-bacaan hari ini, kita diingatkan bahwa hidup ini harus diisi dengan perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kehidupan kekal bagi kita. Hal ini dengan jelas dikatakan dalam bacaan II hari ini: ”kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal.

Saudara dan saudariku
Saya akan mengakhiri renungan ini dengan sebuah kisah imajinatif. semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini.

Ada seorang yang sangat kaya. Pada suatu malam ia bermimpi. Mimpi itu sangat mengganggu. Di dalam mimpinya dia melihat ada begitu banyak pengemis, orang-orang timpang, orang sakit yang tidak bisa lagi berjalan, orang-orang kelaparan. Mereka semua berseru kepadanya untuk memohon bantuan.

Keesokan harinya, ketika ia bangun, ia mulai mengingat mimpinya yang semalam. Dan akhirnya dia memutuskan untuk melakukan sesuatu. Segera dia bersiap...dan sambil mengendarai merecedes....dia ingin mendatangi panti-panti asuhan, rumah-rumah jompo untuk melihat apa yang bisa ia bantu.

Ketika ia keluar dari pintu gerbang rumahnya, dia melihat seorang pengemis duduk di tanah. Pengemis itu mengulurkan tangannya memohon bantuan. Orang kaya itu merasa kasihan dengan keadaan si pengemis itu. Awalnya dia tergerak untuk memberikan sesuatu kepada si pengemis itu, tetapi akhirnya dia menutup kaca jendela mobil dan menyuruh sopirnya untuk jalan terus. Dalam hatinya, dia berkata: ’ah...itu hanya satu orang...dalam mimpi saya semalam kan, terlihat banyak orang. Pasti ada banyak orang yang lebih membutuhkan bantuan saya dari hanya sekedar satu orang itu.

Sepanjang hari itu, orang kaya tadi berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain, dia mengunjugi semua panti asuhan, rumah jompo, rumah-rumah sakit, dll. Dia menyadari bahwa ternyata ada begitu banyak orang yang membutuhkan bantuan. Sore hari, ketika kembali ke rumahnya, pikirannya dipenuhi dengan berbagai macam rencana dan program yang akan ia buat. Hanya saja, dia bingung...harus mulai dari mana. Apakah dia mulai dari panti asuhan? Apakah dia mulai dari rumah jompo? dst....

Ketika ia tiba di depan pintu gerbang rumahnya, dia melihat bahwa pengemis yang ia lihat pagi tadi itu, ternyata masih ada di tempat, masih dalam posisi duduk yang sama. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana mungkin orang itu sepanjang hari duduk di situ di bawah terik sinar matahari yang panas. Sekali lagi dia merasa iba terhadap pengemis itu, tetapi perasaan itu segera ia tepis.

Pada malam berikutnya dia bermimpi lagi. Inti dari mimpinya masih tetap sama, tetapi kali ini, bukan lagi banyak orang yang muncul dan memohon bantuannya, tetapi yang muncul hanyalah satu orang. Dan orang itu adalah pengemis yang duduk di depan pintu gerbang rumahnya. Ketika keesokan harinya dia bangun, dia tahu, mulai dari mana dia harus membantu orang.

Saudara dan saudariku
Ibu Teresa dari Kalkuta pernah berkata: ”cinta itu harus dimulai dari rumah” artinya cinta itu harus dimulai dari anggota-anggota keluarga kita, orang-orang dekat kita, baru setelah itu kepada orang-orang yang jauh. Marilah kita berusaha untuk menunjukkan kasih kita, dengan memulai dari orang-orang yang dekat dengan kita, anggota keluarga kita, rekan se-komunitas kita.......

Tidak ada komentar: