Correctio Fraternal bukan bergossip

Renungan Minggu Biasa ke XXIII Tahun A
Pastor Tonny Blikon, SS.CC

Bacaan :
Yeh 33:7-9
Roma 13:8-10
Matius 18:15-20

Renungan:

Dalam bacaan pertama tadi, kita mendengar Allah bersabda kepada nabi Yehezkiel: “Hai anak manusia, Aku mengangkat engkau menjadi penjaga kaum Israel” sedangkan dalam bacaan Injil tadi Yesus berbicara tentang apa yang harus kita buat jika melihat sesama kita melakukan kesalahan atau dosa.

Peranan sebagai ‘penjaga’ dan tugas untuk ‘correctio fraternal’ adalah hal yang tidak mudah. Tetapi ini adalah suatu tugas yang harus kita jalankan.

Ada seorang wanita – irma meninggalkan gereja ketika masih remaja. Selama 9 tahun dia tidak pernah ke gereja. Tapi syukur bahwa kasih Tuhan akhirnya mengantar dia kembali ke gereja. Suatu ketika Irma ini berceritra seperti ini: hal yang paling menyakitkan selama 9 tahun pengembaraannya adalah bahwa ketika ia tidak muncul lagi di gereja, atau jarang aktif lagi dalam lingkungan, tidak ada orang yang pernah berkontak dengan dia, bertanya “gimana kabarmu? Kok nda muncul-muncul lagi?”. Tidak ada orang yang bertelepon atau mengunjungi saya untuk menanyakan apakah saya ada masalah atau tidak? Seakan-akan semua orang tidak pernah merindukan kehadirannya. Saya mendapat kesan bahwa orang-orang gereja tidak membutuhkan saya.”

Saudara dan saudariku….. banyak umat paroki kita yang tidak aktif di lingkungan atau di paroki. Ada banyak alasan tentunya. Pertama, bisa jadi karena gereja terlalu jauh…ongkos ke gereja lebih mahal dari biaya hidup sehari. Kedua, bisa juga mereka pernah merasa sakit hati dengan orang-orang tertentu di di dalam suatu kelompok, sehingga mereka tidak mau muncul lagi. Terhadap situasi ini, apa yang harus kita buat? Apakah kita membela diri dengan mengatakan “Itukan bukan urusan saya?”

Mungkin ada yang bertanya, mengapa menjadi urusan saya? Kan itu urusan dia sendiri apakah dia mau aktif atau tidak. Ingat dalam bacaan pertama tadi, Allah berfirman: “Jika engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya....maka Aku akan menuntut pertanggung-jawaban dari padamu.”
Salah satu panggilan kita sebagai umat Kristen adalah sebagai nabi. Sebagai nabi kita dipanggil untuk menjadi “corong” Allah mengingatkan orang yang bersalah atau orang yang jarang aktif supaya mereka kembali.

Untuk merasakan daya atau kekuatan firman Allah dalam bacaan pertama tadi, saya mau membaca sekali lagi teks tadi tapi mau mengantikan dengan nama seseorang.
Tuhan bersabda demikian, “Hai Tony, Aku telah mengangkat engkau menjadi penjaga umat paroki St. Odilia – Citra Raya. Bilamana engkau mendengar sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka demi nama-Ku …..dst

Kita bisa terapkan firman untuk diri kita masing-masing sesuai tugas dan fungsi kita di dalam gereja. Misalnya sebagai ketua lingkungan, Hai ibu Davi, Aku telah mengangkat engkau menjadi penjaga umat lingkungan St. Antonius – Paroki St Odilia …..
Jadi, saudara dan saudariku… kita tidak bisa mengatakan “itu bukan urusan saya, kalau dia mau aktif atau nggak!”

Pesan ini menjadi jelas dan sangat praktis dalam bacaan Injil hari ini: “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawa empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali”

Kita harus agak hati-hati jika menegur sesama kita. Motivasi kita dalam ‘menegur atau memperingati’ mereka bukan untuk mempersalahkan dia tetapi untuk mendapat kembali mereka.

Bacaan Injil hari ini juga memberikan 3 tahap bagaimana menegur sesama: (1) Tegurlah dia secara pribadi. (2). Cobalah sekali lagi dengan mengajak orang-orang yang bisa dipercayai. (3). Bawalah masalah ini kepada jemaat.

Beberapa catatan untuk diperhatikan dalam ‘menegur”: Jika anda tidak mencintai orang itu, janganlah menegur dia, biarlah orang lain yang melakukannya. Sebab jangan sampai anda terbawa emosi.

Jangan suka membicarakan kesalahan atau dosa orang lain tanpa kehadiran orang itu. Itu namanya gossip. Gossip itu sesuatu yang sangat menyakitkan. Bukan baru zaman ini tetapi bahkan sejak abad ke 6 Bc, pemazmur telah memohon kepada Allah untuk melindungi dia dari orang-orang yang suka gossip:

Mzm 57 “Kiranya Ia mengirim utusan dari surga dan menyelamatkan aku dari orang yang suka menerkam anak-anak manusia yang giginya laksana tombak dan panah dan lidahnya laksana pedang tajam”

Mzm 64: “sembunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat. Yang menajamkan lidahnya seperti pedang, yang membidikan kata yang pahit seperti panah”

Mzm 140: Luputkanlah aku, ya Tuhan dari manusia jahat, mereka yang menajamkan lidahnya seperti ular, bisa ular sendok ada di bawah bibirnya”

Tetapi zaman ini lebih parah lagi. Gossip malah masuk dalam tabloid atau acara-acara TV. Zaman ini orang merasa tidak salah kalau membicarakan kesalahan atau masalah orang lain. Bahkan di dalam gereja sendiri. Ada yang merasa bahwa mereka ‘telah diurapi’ untuk meng-ekspose kesalahan-kesalahan orang lain. Mereka merasa seakan memainkan peranan sebagai ‘nabi’

Saudara dan saudariku
Ketika Allah memilih Yehezkiel sebagai ‘penjaga’ atas umat Israel, Allah tidak memberikan dia ijin untuk menyebarkan gossip.

Kenyataannya..... gosip telah menghancurkan hidup banyak orang, menghancurkan perkawinan, membuat anggota-anggota tubuh Kristus saling memusuhi dan menimbulkan perselisihan dan perpecahan di dalam gereja.

Rasul Yakobus membandingkan lidah manusia dengan api yang bila dibiarkan tidak terkontrol akan dinyalakan dan dikobarkan oleh iblis. Rasul Yakobus berkata, "Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar" (Yak 3:5-6). Lidah yang diserahkan kepada gosip adalah seperti api liar yang menjalar ke dalam hutan membawa pengrusakan. Gosip adalah akar dari perselisihan. Ketika kita menghentikan gosip, kekacauan dan perselisihan akan berhenti juga. Sebagai pendengar firman Allah, langkah berikut yang mesti kita ambil adalah melaksanakannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Amen.

Tidak ada komentar: