Tugu Iman

Refleksi Pastoral
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC


Ruangan duka Oasis Lestari dipenuhi dengan umat siang itu, tetapi suasananya begitu hening, tanpa satu katapun terdengar. Hampir semua wajah tertunduk dengan mata memerah karena dilanda kesedihan dan sekaligus keharuan. Seorang bapak yang tidur didalam peti jenasah berbicara banyak tentang ‘kasih dan pengabdian’ ketika ia sudah menghadap Bapa daripada pada waktu ia masih berjiarah di dunia fana. Peti jenasahnya menarik banyak orang untuk tenggelam dalam kenangan yang indah akan kebaikan hidupnya seperti pesannya selagi ia masih hidup agar abunya nanti harap disimpan supaya menjadi tugu iman bagi yang mengenalnya. Tugu iman yang didirikan dengan kedermawanannya terhadap anak-anak terlantar. Ia menghadap Bapa setelah melakukan penggalangan dana untuk pembangunan Gereja Santa Maria Imakulata, Paroki Trinitas, Cengkareng di Gereja Hati Maria Tak Bernoda Tangerang. Ia meninggal dunia dengan masih memakai baju seragam PPG (Panitia Pembangunan Gereja Tuhan) kebanggaannya.

Surga merupakan kerinduan jiwanya. Kerinduan jiwanya itu terungkap dengan kelopak matanya terbuka setelah dua bulan tertutup ketika mendengarkan lagu ‘Jiwaku Terbuka untukMu Tuhan’ dan ketika aku memberikan sebuah rosario kepadanya. Aku yakin jiwanya layak menikmati Gereja Abadi, yaitu surga yang telah dirintisnya di dunia dengan iringan Bunda Maria tercinta. Kebahagiaan surga dilambangkan dengan kegembiraan pesta pengantin. Untuk memasuki perjamuan perkawinan, orang harus mengenakan pakaian pesta. Jenasahnya dikremasi pada tanggal 26 Oktober 2011. Kremasi melambangkan penyucian jiwanya dengan api Roh Kudus. Aku kaget ternyata tanggal 27 Oktober (satu hari setelah kremasi) merupakan ulang tahun (anniversary) perkawinannya yang ke 22 tahun. Setelah disucikan oleh Roh Kudus dengan api cinta Tuhan, ia kini berpesta di surga. Karena itu, amanatnya terhadap istrinya agar tidak menghantarkan jenasahnya ke krematorium supaya ia tidak larut dalam kesedihan. Ia tidak mati, tetapi hidup. Ia hidup secara baru. Kejadian-kejadian rohani yang mengiringi kepergiannya ke surga bukanlah sebuah kebetulan, tetapi karena selama hidupnya dibimbing oleh Roh : “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah kita juga dipimpin oleh Roh (Galatia 5:25). Abunya tidak bisu, tetapi menjadi pewartaan iman bagi semua yang masih berjuang untuk mendapatkan mahkota kemenangan surga. Aku dan anak-anaknya menyanyikan lagu-lagu sambil memegang peti jenasahnya sebagai ungkapan terimakasih dan kebanggaan akan dia karena telah meninggalkan warisan teladan hidup di jalan Tuhan.

Kepergiannya ke Tahta Allah membuat hidup ini menarik karena ada tujuannya. Surga merupakan tujuan hidup : “…. Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia” ( 2Kor 5:1). Semua umat yang setia kepada Tuhan ingin memilikinya. Surga merupakan kata yang indah dan menyejukkan, bukan hanya sekedar di angan-angan, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dengan seluruh keberadaannya. Surga menjadi sumber penghiburan dan pengharapan sehingga kesulitan yang ada tidak sebanding dengan mahkota kemuliaan yang dianugerahkan bagi yang mampu melewatinya.

Jangan sia-siakan kesempatan hidup ini dengan melakukan sesuatu yang tidak berarti, tetapi kumpulkan sebanyak mungkin harta surgawi : “Buatlah pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dn yang tidak dirusakkan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Lukas 12:33-34). Kehidupan surgawi dapat dicapai dengan kesediaan dipimpin oleh Roh. Hidup dalam Roh adalah mengijinkan Sabda Tuhan dan segala kekayaannya diam di dalam kehidupan (Kolose 3:16). Hati dan jiwa perlahan-lahan, tetapi pasti akan sejalan dengan hati dan jiwa Kristus. Hidup di dunia pun telah memancarkan percikan kehidupan surgawi, yaitu penuh dengan ucapan syukur, puji-pujian, dan sukacita (Efesus 5:18-20). Karena itu, arahkanlah senantiasa segala segi kehidupan kepada keindahan surga sehingga hidup ini terasa bermakna dan jangan arahkan hidup ini pada kenikmatan dunia yang hanya membuatnya berantakan dan mendatangkan malapetaka baik sekarang maupun pada akhir jaman. Godaan terbesar bagi orang yang ingin menyucikan diri adalah memanipulasi pelayanan dan kegiatan rohani demi kesenangan diri seperti membangun persahabatan yang tidak asli karena bisa menyiksa dan menghancurkan diri. Maka dari itu hati-hati ! Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar: