Kamis Pekan V Paskah_2009



Injil Yoh 15:9-17

Pada malam Perjamuan Terakhir, Yesus bersabda kepada para murid-Nya: “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.

Renungan:

Saudara dan saudariku.
Saya mulai renungan ini dengan pertanyaan:Jika anda diminta untuk memilih, siapakah Anda?
a. Anda adalah orang baik, yang melakukan kejahatan.
b. Anda adalah orang jahat yang melakukan kebaikan.
c. Anda adalah orang baik yang melakukan kehendak Tuhan.

Semua jawaban di atas dapat dibenarkan. (Jawaban a): kita adalah orang baik tetapi selalu jatuh dan melakukan kejahatan. Dengan itu kita menjauhkan diri dari Tuhan. (Jawaban b): Kita telah jatuh ke dalam dosa dan kejahatan, tetapi masih diberi kesempatan untuk berusaha berbuat baik. (Jawaban c): Digambarkan kerja sama antara manusia dan Allah sang pemberi kehidupan. Sejak awal mula manusia diciptakan baik adanya dan dia melakukan apa yang dikehdaki Tuhan.

Kita adalah orang baik yang melakukan kejahatan dosa. Dosa itu dilukiskan sebagai menjauhkan diri dari cinta Tuhan. Karena itu Yesus dalam bacaan Injil hari ini secara khusus mengajak kita sekali lagi untuk mencintai. Yesus katakan: ”Inilah perintah-Ku supaya kamu saling mengasihi”.

Saya sempat merenungkan...cinta seperti apakah yang kiranya Yesus maksudkan? Persoalan ini muncul karena pada zaman sekarang ini kita mengenal ada macam-macam cinta di mana semuanya itu terkait erat denan maksud dibalik tindakan mencintai.

Paling tidak ada 5 jenis cinta.

Pertama, Cinta Utilitarian. Artinya, kita mencintai seseorang karena orang itu berguna bagi kita. Kalau kita melihat essensinya, maka kita menemukan bahwa ini sebenarnya bukan cinta yang Yesus maksdukan karena dibalik semuanya itu, si pencinta lebih mementingkan diri sendiri.

Kedua, Cinta romantis. Dalam jenis cinta ini, kita mempunyai daya tarik kepada orang lain karena kebahagaan (ada unsur kenikmatan) yang ia berikan kepada kita. Kiranya cinta model ini pun tidak dimaksudkan oleh Yesus. Karena si pencinta hanya ingin mendapatkan kepuasan tertentu bagi dirinya. Dasar dari cinta model ini adalah perasaa. Dan cinta tidak bisa dibangun atas dasar perasaan karena perasaan itu dapat berubah-ubah setiap waktu. Cinta macam ini biasanya tidak bertahan.

Ketiga, cinta demokratis. Cinta model ini didasarkan atas kesamaan derajat, suku atau bangsa. Artinya, saya mencintai ornag itu karena ia sebangsa dengan saya. Motivasinya adalah saya mencintai ornag itu supaya saya pun dicintai.

Keempat, cinta kemanusiaan. Jenis cinta ini sangat abstrak karena tertuju pada kemanusiaan pada umumnya. Saya agak ragu kalau orang mengatakan bahwa dia mencintai kemanusiaan. Apa itu kemanusiaan? Orang yang demikian biasanya tidak mencintai siapapun. Cinta itu harus tertuju kepada orang tertentu dan bukannya pada suatu nilai yang sangat abstrack.

Kelima, Cinta Kristiani. Jenis cinta ini terangkum dapat perintah Yesus: ”Hendaknya kamu saling mencintai sebagaimana Aku telah mencintaimu”

Cinta macam apakah itu? Saya ingin mengajak kita untuk melihat bagaimana Yesus telah mencintai para murid-Nya, sehingga dengan ini kita bisa memahai cinta seperti apakah yang Yesus maksudkan.

Pertama, cinta Yesus kepada para murid-Nya adalah cinta yang tidak mementingkan diri sendiri / tanpa pamrih. Yesus tidak pernah memikirkan diri-Nya sendiri. Satu-satunya kerinduan Yesus adalah memberikan cinta-Nya sehabis-habisnya. Yesus berkata: ”aku datang supaya mereka memiliki hidup dan memilikinya di dalam kelimpahan” (Yoh 10:10).

Kedua, cinta Yesus kepada para murid-Nya adalah suatu pengorbanan. Tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi cinta Yesus kepada kita. Meskipun demi cinta, Ia harus mati..meskipun cinta itu harus berarti salib, tapi Yesus mau memberikannya. Seringkali kita membuat kekeliruan dengan memikirkan bahwa jika kita mencintai maka kita akan bahagia. Tidak…. Cinta itu bisa mendatangkan penderitaan bahkan sebuah salib.

Ketiga, cinta Yesus kepada para murid-Nya adalah cinta yang penuh pengertian. Yesus mengenal para murid-Nya satu per satu… dengan segala kelebihan dan kekurangan. Biasanya kita tidak akan mengetahui seseorang dengan sungguh kalau kita tidak pernah hidup bersama mereka. Dari pengalaman hidup kita mengalami bahwa jika kita hanya bertemu dengan orang-orang tertentu sewaktu-waktu maka hanya segi baik dari dirinya yang kita ketahui. Tetapi kalau kita sudah hidup bersama dengan dia… dalam satu comunitas, dalam satu keluarga… maka kita pun akan mengetahui kelemahan-kelemahan orang itu. Nah… Yesus hidup bersama para murid-Nya selama 3 tahun… dia tahu….tapi dia mencintai mereka apa adanya. (instermeso suami istri)... kepada orng yang penuh kekurangan itulah Yesus memitna kita untuk mencintai mereka dengan segala kelebihan dan kekurangan.

Keempat, Cinta Yesus kepada para murid-Nya adalah cinta yang mengampuni. Yesus tahu bahwa Petrus akan menyangkal Dia. Para murid akan lari meninggalkan Dia seorang diri… tetapi Dia mengampuni dan mencintai mereka. Lebih lagi… Yesus mengampuni mereka yang membunuh Dia…. Bagi Yesus… tidak ada kesalahan yang tidak bisa diampuni.

Cinta yang demikian pun harus kita jalan dalam kehidupan kelurga dan comunitas. Rumah Tangga adalah sebuah sekolah cinta dimana kita relajar untuk mencintai dan mengampuni. Kalau kita mencintai tapi tidak bersedia mengampuni maka cinta itu akan laya dan mati. Cinta yang abadi harus dibangun atas sikap rela memaafkan.
Semoga.

Doa:

Tuhan….Engkau memberi saya satu hati,
untuk menaru perhatian...
untuk merasa iba,
untuk merasa senang,
untuk merasa gembira,
untuk merasa cocok dan untuk merasa tersinggung.

Saya sering cepat tersinggung, cepat terluka, cepat kecewa dan karena itu juga cepat marah. Tetapi hidupku terjalin di dalam karakter hatiku yang demikian.

Karena itu saya mohon: Tuhan, sadarkan saya senantiasa bahwa:
Hidup tanpa cinta itu tak bermakna
Tugas tanpa cinta itu menyakitkan
Tanggungjawab tanpa cinta itu kasar
Keadilan tanpa cinta itu keras
Kebenaran tanpa cinta itu sinis
Kehormatan tanpa cinta itu sombong
disiplin tanpa cinta itu picik
Iman tanpa cinta itu fanatik
Keramahan tanpa cinta itu pura-pura
Milik tanpa cinta itu rakus
Kepintaran tanpa cinta itu licik.

Tuhan.... ajarilah kami mencintai sebagaimana Engkau telah mencintai kami..

Dibawakan dalam misa lingkungan St. Don Bosco - Tigaraksa

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Doanya simple but deadly mo... hehehe...
Semoga kita jg bisa mencintai seperti cinta yg Tuhan punya buat murid2nya... Amin...

Omnia pro Jesu per Mariam mengatakan...

Thanks Verlin.... Please do pray for me....