Pertobatan St. Paulus


Bacaan
Kis 22:3-16.
Injil Mark 16:15-18

Dalam bacaan I kita mendengar kisah yang sangat terkenal tentang pertobatan St. Paulus. Ia sedang dalam perjalanan ke kota Damaskus dan tiba-tiba saja, dia melihat cahaya dan mendengar suara Tuhan yang berkata-kata kepadanya. Dari kisah ini, kita bisa mempelajari beberapa hal. Pertama, pertobatan sejati merupakan rahmat dan inisiati dari Allah dan bukannya usaha dan karya kita. Kedua, pertobatan yang sejati adalah hasil dari perjumpaan yang sungguh dengan Allah.

Seringkali orang mengatakan begini: ”Romo....saya pingin sekali anak-anak saya itu bertobat. Atau saya ingin sekali pasangan saya itu bertobat. Tapi kok tiap kali dia melakukan kesalahan yang sama. Mengapa Allah kok tidak mau melakukan sesuatu seperti yang Ia lakukan kepada St. Paulus supaya pasanganku atau anak-anakku bertobat? Mengapa Allah tidak melakukan sesuatu yang luar biasa jika ingin mengatakan kehendak-Nya kepada kita?"

Saudara dan saudariku
Suatu hal yang mesti kita ingat adalah jika Allah ingin Allah mengungkapkan sesuatu secara lebih jelas kepada kita, maka Allah pun menuntut dari kita suatu ’salib’ atau penderitaan. Kita justru berusaha untuk menghindari penderitaan itu sehingga jika Allah ingin menungkapkan sesuatu kepada kita, Dia akan melakukannya secara tersamar atau membutuhkan proses yang cukup lama. Ada seorang suami yang bersumpah dihadapan Istrinya, meletakan tangan di atas KS dan mengatakan ’biar saya disambar petir, kalau memang saya tidak setia kepadamu’. Seminggu kemudian apa yang terjadi? Bukan dia yang disambar petir tetapi tambak (empang) ikannya yang tersambar petir. Semua ikannya mati. Allah memang tidak mau menghukum orang itu. Allah tidak menghendaki kematian orang berdosa tetapi supaya ia bertobat (Bdk Yez 33:9)

Saya tidak mau memperpanjang kisah ini, tetapi sekali lagi, hal yang mesti kita ingat adalah jika Allah ingin melakukan sesuatu secara jelas kepada kita supaya kita bertobat, maka Allah pun menuntut dari kita suatu salib hidup yang cukup berat setelah proses pertobatan itu. Paulus mengalami penderitaan yang sangat berat setelah proses pertobatannya itu.

Kita kembali kepada pertanyaan di atas: ”mengapa Allah tidak melakukan sesuatu yang yang luar biasa jika ingin mengatakan kehendaknya kepada kita? Saya harap kita tidak berkutat pada pertanyaan itu, tetapi baiklah kita mencoba merenungkan berkat-berkat yang telah Allah berikan kepada kita. Dari semua berkat itu, kita bisa melihat bahwa ternyata Allah pun telah melakukan sesuatu kepada kita.

Mengapa hal pertobatan yang radikal semacam itu terjadi atas diri Paulus? Alasannya adalah karena Allah telah memilih dia untuk menjadi rasul bagi bangsa-bangsa kafir. Dan untuk itu butuh sesuatu peristiwa yang luar biasa terjadi atas dirinya supaya ia percaya dan dan bertobat dan tidak akan kembali lagi.

Untuk mengerti hal ini, kita harus melihat latar belakang St. Paulus. Paulus menyebut dirinya sebagai murid Gamaliel, seorang rabi Yahudi yang sangat terkenal bahkan sampai kepada orang-orang Yahudi yang berada di luar Israe. Itu berarti Gamaliel mempunyai reputasi sebagai rabbi yang berstandar international pada waktu itu. Paulus (sebelumnya adalah Saulus) adalah murid terbaik yang dimiliki oleh Gamaliel. Itu berarti dia tahu persis semua ajaran agama Yahudi dan ia mengatakan bahwa ia adalah orang yang paling tekun dalam mentaati semua ajaran Yahudi. Salah satu ajaran Yahudi adalah bangsa-bangsa di luar Yahudi adalah kafir. Paulus tentu tidak mudah untuk mengubah pandangan ini. Apa yang Allah minta dari Paulus adalah melakukan hal yang sebenarnya sangat bertentangan dengan apa ia lakukan dan apa yang ia pikirkan selama ini. Orang yang sebenarnya ingin memusnakan Injil, malah dipanggil untuk mewartakan Injil. Orang yang selama ini berpikir bahwa bangsa-bangsa lain adalah bangsa kafir, malah dipanggil untuk menjadi rasul bangsa kafir. Karena alasan inilah maka panggilan atau peristiwa pertobatannya terjadi secara ‘menggemparkan’ atau luar biasa.

Saudara dan saudariku
Mungkin ada yang berpikir begini: “wah…kalau saya pintar…tahu benar tentang Injil serta bertekun dalam mentaati perintah Tuhan seperti Paulus maka pasti hal yang ‘luar biasa’ itu bisa donk terjadi atas diri saya

Saya kira kita tidak usah mengharapkan hal semacam itu, entah hal yang biasa atau luar biasa terjadi atas diri kita atau tidak, itu tidak penting. Yang pasti bahwa kita semua ini dipanggil untuk melayani Allah. Dan hal yang terpenting adalah kita tetap mengarahkan pandangan hati kita kepada Yesus

St. Paulus memiliki pengalaman yang luar bisa, dan kita memiliki Ekaristi. Setiap hari kita datang kepada Yesus. St. Paulus dalam bacaan hari ini mendengar Suara Yesus dan melihat cahaya-Nya. Sedangkan kita menerima Tubuh dan Darah Yesus. Dan saya kira ini merupakan pengalaman yang lebih menggetarkan daripada pengalaman St. Paulus dalam perjalanan ke Damaskus itu. Apa yang Paulus alami bersifat eksternal atau terjadi di luar dirinya, sedangkan apa yang kita alami bersifat internal atau terjadi di dalam diri kita. Pengalaman St. Paulus membuahkan pertobatan di dalam dirinya. Pertobatan Paulus tidak berhenti pada peristiwa itu saja. Selanjutnya, Paulus harus belajar tentang kebenaran Injil dan harus hidup menurut kebenaran itu. Setelah dia mengerti tentan kebenaran Injil, peristiwa Damaskus itu tidak lagi begitu penting bagi dia tetapi yang terpenting adalah pribadi Yesus Kristus sendiri.

Saudara dan saudariku.
Setiap hari kita datang kepada Ekaristi. Saya kira kita tidak lagi membutuhkan pengalaman ‘luar biasa’ sebagaimana yang dialami oleh Paulus karena kita mengalami peristiwa yang lebih luar biasa dari pengalaman Paulus. Peristiwa itu justru terjadi di tengah kita di atas altar ini. Tettapi peristiwa yang luar biasa itu telah menjadi peristiwa yang biasa bagi kita karena kita cendrung tidak memperhatikan atau tidak menyadari hal itu. Jika anda ingin mengalami suatu mujizat, jika anda ingin mengalami suatu tanda, jika anda ingin tahu betapa Tuhan sungguh mencintaimu, maka ketika anda nanti menerima Komuni Kudus, atau ketika anda memandang Yesus yang ada di dalam tabernakel, bukalah hatimu kepada Yesus – maka hal yang luar biasa akan terjadi dalam diri anda – bukan suara, bukan juga cahaya yang anda lihat, tetapi anda akan mengalami suatu perubahan hidup. Dan jika kita telah mengalami suatu perubahan hidup maka kita akan mengalami suatu pertobatan yang sejati dan kita akan semakin mencintai Allah. Inilah mujizat terbesar yang akan terjadi dan yang bisa kita alami. Allah bisa mengubah hati kita yang jahat menjadi hati yang mencintai Dia, sama seperti pengalaman St. Paulus.

Karena itu, saudara dan saudariku….tidak perlulah kita mencari peristiwa luar biasa yang terjadi di luar diri kita, karena dalam perayaan ekaristi ini, kita akan mengalami sesuatu yang lebih dasyat lagi. Mari kita siapkan hati kita, masuk ke dalam keheningan batin dan biarlah Tuhan berbicara kepada kita saat ini. Jika kita bersedia mendengarnya dan mau taat kepada kehendak Allah maka mujizat itu akan terjadi justru di dalam hati kita.

Tidak ada komentar: