Rabu Pekan III Masa Biasa

Bacaan
2 Sam 7: 4-17
Mark 4: 1-20

Renungan
Para murid bingung mendengar perumpamaan Yesus tentang penabur, karena terkesan bahwa orang yang menaburkan benih itu seakan menghambur-hamburkan benih begitu saja. Karena kebingunan itu, ketika Yesus dan para murid-Nya sendirian, mereka bertanya kepada-Nya apa artinya perumpamaan itu. Dan Jawaban Yesus lebih membingungkan lagi: “Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya….” di sini Yesus mengutip dari Yesaya 6:9-10: “sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun”

Pertanyaannya adalah: apakah Yesus mau supaya hanya sedikit orang yang mengerti tentang rahasia Kerajaan Allah, dkl…. Apakah Yesus mau supaya hanya sedikit orang saja yang diselamatkan?

Saya kira tidak! Yesus mau supaya setiap orang mendengar dan mengerti dan mengikuti ajaran-Nya. Dia tidak mengatakan bahwa Allah mewahyukan misteri Kerajaan-Nya hanya kepada segelintir orang dan sengaja menyembunyikannya bagi orang lain. Allah justru mau supaya semua orang mengerti tentang misteri Kerajaan-Nya. Hal ini nampak jelas dalam tindakan ’menabur benih tadi’. Tindakan Allah yang kesannya sembarangan menaburkan benih di sembarang tempat itu mau menegaskan bahwa tawaran keselamata Allah itu bersifat umum dan bebas. Allah tidak mau memilih orang atau kelompok tertentu saja. Warta keselamatan oti diperuntukan bagi semua orang tanpa memandang suku, bangsa, agama atau warna kulit.

Tetapi Yesus tahu bahwa setiap orang punya kehendak bebas. Hal ini tampak dalam berbagai jenis tanah yang disebut dalam injil hari ini: tanah dipinggir jalan, tanah yang berbatu, tanah di tengah semak duri dan tanah yang baik. Setiap tanah memiliki kemampuan yang berbeda dalam menerima benih yang ditaburkan di atasnya.

Yesus tahu tahu bahwa beberapa orang akan menanggapi Sabda Allah dengan iman sedangkan yang lain akan menutup hati mereka terhadap sabda Allah tersebut. Yesus juga tahu bahwa jika kita menutup telinga kita….tidak mau mendengarkan Dia…maka akan datang waktunya di mana kita tidak akan bisa mendengar Dia sama sekali.

Yes 6: 9-10 “sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun”

Dalam Mzm 119: 105 dikatakan “firmanmu adalah pelita bagi langkahku dan terang bagi jalanku”

Kalau kita tidak mampu mendengar dan mengerti firman Allah maka hidup kita akan dibimbing oleh kuasa lain yang akan membimbing kita kepada kebinasaan. Bagaimana supaya kita bisa terhidar dari malapetaka ini, (tidak mampu mendengar suara Allah sama sekali).= bagaimana caranya menjadi tanah yang baik bagi firman Allah? Salah satu caranya adalah melalui pertobatan yang terus menerus.

Banyak orang beranggapan bahwa sacrament rekonsiliasi adalah suatu bentuk penyiksaan diri. Ruang pengakuan bukanlah tempat dimana kita mengutuki diri sendiri tetapi lebih sebagai tempat penyembuhan dan pembaharuan jiwa. Ketika kita berhadapan dengan kasih dan kerahiman Allah, maka kita akan diubah…jika tidak lagi takut akan penghakiman Allah…tetapi kita bergembira karena apa yang telah dilimpahkan kepada kita dari sana: “minyak sukacita dikaruniakan kepada kita sebagai ganti kain berkabung” (Yes 61: 3)

Saya yakin kita semua ini ingin menjadi hati kita sebagai tanah yang baik dan subur. Hanya ada satu orang dalam pengalaman saya sebagai iman yang terang-terangan mengatakan kepada saya, via sms, “biarlah saya disebut sebagai anak yang jahat.” Atau masih ada yang lain? Kita semua ini telah menerima tawaran bebas warta keselamatan Allah itu secara bebas pula pada waktu pembaptisan. Karena itu, tidak ada pilihan lain selain berusaha untuk menjadikan hati kita sebagai tanah yang subur untuk sabda-Nya. Bagaimana caranya? Yaitu melalui bacaan KS setiap hari dan merenungkannya. Membiarkan sabda Allah itu meresap dalam kehidupan kita sehingga hidup kita dalam segala aspeknya, misalnya dalam cara berpikir, cara berkata-kata, cara kita melakukan sesuatu diinspirasikan oleh sabda Allah.

Kita bisa belajar dari bunda Maria yang senantiasa menyimpan dan merenungkan sabda Allah di dalam hatinya.

Allah menghedaki buah dari hidup kita. Dan buah yang diharapkan adalah ‘kekudusan’. Memang untuk mencapai kekudusan itu, kita tidak bisa berjuang sendirian. Roh Kudus pasti akan membantu kita tetapi dari pihak kita harus ada kerja sama. Jika tidak ada kerja sama dari kita, maka kita seakan menciptakan batas-batas tertentu. Hati kita seakan tanah yang berbatu. Sikap kerja sama itu bisa kita tunjukan, pertama dalam bentuk rajin dan setia membaca dan merenungkan sabda Tuhan. Kedua, kita harus bertekun dalam doa. Agar kita memperoleh cinta yang mendalam kepada Yesus. Adalah suatu kebohongan kalau orang mengatakan: saya bisa menjadi kudus tanpa harus berdoa. Ketiga, kita harus hidup dalam suatu spiritualitas ‘miskin dalam roh serta penyangkalan diri”. Melalui tiga bentuk kerja sama kita ini, maka saya yakin kita akan menghasilkan buah yang diharapkan Allah dalam hidup kita yaitu kekudusan.

Tidak ada komentar: