Jumad Pertama Februari 2010

Bacaan:
Sirach 47:2-11.
Injil Mark 6:14-29

RENUNGAN
Dalam bacaan-bacaan hari ini, kita lihat ada 3 cara manusia bersikap atas dosa. Cara pertama, kita lihat dalam pribadi dan cara Herodias. Herodias terlibat dalam perselingkuhan dengan Herodes. Dia tahu bahwa itu salah, tetapi dia tidak mau bertobat. Ada orang yang menegur dia tentang dosa dan kesalahan yang telah ia lakukan, yaitu Yohanes Pembaptis. Akan tetapi Herodias malah berusaha untuk menyingkirkan Yohanes Pembaptis, supaya hati kecilnya tidak selalu diganggu. Dengan demikian dia mau menunjukkan bahwa apa yang ia lakukan itu benar. Herodias seakan berkata: “saya akan menyngkirkan Yohanes Pembaptis maka tidak ada orang yang akan mengatakan bahwa apa yang saya lakukan ini adalah salah”.

Cara kedua, dapat kita lihat dalam pribadi Herodes. Dia tahu bahwa apa yang ia lakukan itu salah, tetapi ia tidak suka bahwa Yohanes Pembaptis menegur dia. Dia tahu bahwa apa yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis itu benar, tetapi ia tidak mau kalau kebenaran itu mengganggu dia. Ia sungguh menikmati perselingkuhan itu, maka dia tidak mau menggubah cara hidupnya. Hatinya terjebak di antara cinta diri dan kenikmatan.

Saya yakin bahwa di dalam hati dan pikiran Herodes ada pergulatan seperti ini: “apakah saya harus melakukan apa yang benar? Atau saya terus melanjutkan apa yang telah salah saya lakukan selama ini? Saya tahu bahwa sebetulnya saya ingin melakukan apa yang benar.....tetapi saya sungguh menikmati kesalahan yang telah saya lakukan.......”

Dari pergulatan itu, Herodes akhirnya mengambil jalan untuk tetap melakukan dosa sekalipun hal itu tetap mengganggu kesadaran dan suara hatinya. Dan apa yang terjadi di kemudian hari? Kesadaran dan suara hatiya menjadi tumpul sehingga ia tidak lagi peduli dengan apa yang disebut sebagai kebenaran.

Cara ketiga, kita dengar dalam bacaan I tadi yaitu tentang Daud. Daud ingin sekali melayani Tuhan. Kita tahu bahwa Daud telah melakukan banyak kesalahan dan dosa di hadapan Tuhan.

Dalam bacaan hari rabu kemarin dari 2 Sam 24: 2, 9-17; di katakan bahwa Daud mulai menunjukan sikap kurang percaya kepada Allah. Ia tidak percaya bahwa Allah akan memberikan bantuan dalam hal apapun yang ia perlukan termasuk bisa penyediakan pasukan bagi Daud. Daud memerintahkan untuk menghitung berapa jumlah orang yang layak menjadi tentara. Hal ini sebenarnya dilarang oleh Allah karena melakukan hal itu berarti tidak lagi percaya kepada Allah. Akibat dari dosa Daud ini dirasakan oleh seluruh rakyat. Dosa Daud yang sangat memalukan adalah mengambil Betsheba, Istri Uria, untuk dijadikan selirnya.

Tetapi dalam bacaan I tadi kita mendengar bahwa semua dosa dan kesalahan Daud itu diampuni oleh Tuhan? Mengapa? Karena Daud bertobat. Dan setelah bertobat, Daud lebih sungguh-sungguh lagi ingin melayani Tuhan.

Saudara dan saudariku….
Tiga cara bersikap atas dosa yang saya jelaskan tadi, bisa merupakan 3 kemungkinan cara kita pun bersikap atas dosa.

Pertama, ketika kita berdosa, kita bisa saja berkata: “Saya memang telah berdosa, tetapi peduli amat. Malah kita berusaha untuk mencari pembenaran atas dosa itu. Ada banyak orang yang setelah melakukan kesalahan dan dosa, berusaha untuk melakukan pembenaran atas tindakan dosa mereka itu. Sama seperti Herodias tadi.

Kedua, ketika kita berdosa dan ada orang menegur kita, tetapi kita berkata: “anda benar…apa yang saya lakukan ini salah…” Kita mengakui bahwa kita salah tetapi tidak mau berhenti berdosa. Hal ini nampak dalam sikap Herodes.

Ketiga, ketika kita berdosa…ada yang memperingati kita, dan kita pun dengan menyesal berkata: “Anda benar….saya telah berdosa, saya perlu bertobat. Inilah yang dilakukan oleh Daud.

Inilah 3 kemungkinan cara kita dapat bersikap atas dosa. Mau pilih yang mana? Kita mungkin akan menjawab, yang ketiga. Tetapi kalau jujur terhadap diri kita sendiri, maka kita dapat menemukan bahwa ketiga cara bersikap atas dosa ini, juga kita lakukan dalam hidup kita.

Kalau kita lihat tentang dosa yang dilakukan oleh Daud adalah sangat memalukan. Seorang raja berselingkuh. Hari jumad kemarin saya memberi retret kepada anak-anak SMK St. Maria Mediatrix, dan banyak dari mereka adalah non Kristen. Dan kebetulan bacaan I adalah kisah tentang Daud dan Bersyeba. Ketika bacaan I dibawakan, dalam hati, saya merasa malu. Pikiran saya, aduh...bisa-bisa yang non Kristen akan berkata....masa sih KS orang Kristen berisi tentang perselingkuhan? Sekali lagi, sangat memalukan, tetapi semuanya itu diampuni.

Saudara dan saudariku
Jika dosa Daud itu bisa diampuni karena ia jujur mengungkapkannya dan bertobat maka dosa kita pun pasti bisa diampuni, asalkan kita mengungkapkannya dengan jujur dan setelah itu bertobat. Di sinilah pentingnya sakramen rekonsiliasi – yang tidak sangat popular bagi orang Katolik.

Sudah seringkali saya mengatakan dari mimbar sini, apa yang saya kutip dari catatan harian St. Maria Faustina. Dalam suatu penampakan-Nya, Yesus mendesak St. Faustina untuk mengatakan hal ini kepada kita semua: ”Hai pendosa, janganlah engkau takut pada Penyelamatmu. Akulah yang pertama berinisiatif datang kepadamu karena Aku tahu bahwa dengan kekuatanmu sendiri, engkau tak dapat datang kepada-Ku. Anakku...janganlah menjauhkan dirimu dari Bapamu. Jujurlah berbicara dengan Aku. Aku ingin berbicara denganmu tentang pengampunan. Aku ingin mencurahkan rahmat-Nya atas dirimu. Betapa Aku mengasihi jiwamu. Aku telah menuliskan engkau pada telapak tangan-Ku. Namamu terpahat dalam pada luka Hati-Ku. .... Anak-Ku...apakah engkau takut pada Allahmu yang Maharahim? Kekudusan-Ku tidak menghalangi Aku menunjukkan kerahiman-Ku kepadamu. Lihatlah...untukmu Aku telah mendirikan suatu tahta kerahiman di dunia ini – Sakramen Rekonsiliasi – dari sana Aku rindu memasuki hatimu. Engkau bisa datang kepada-Ku setiap saat dan kapanpun engkau mau. Aku ingin berbicara kepadamu. Aku rindu mencurahkan rahmat pengampunan kepadamu....”

Saudara dan saudariku.
Jika kita tidak peduli atas dosa-dosa kita atau mencoba untuk menutupi dosa-dosa itu, maka tidak akan ada pengampunan karena kita belum bertobat. Dosa yang tidak dapat diampuni adalah dosa sikap keras hati yang tidak mau bertobat. Kita menolak untuk menerima kerahiman Allah, maka itu adalah dosa melawan Roh Kudus, dan kita tidak akan diampuni jika kita tidak mau bertobat. Saya kira, tidak begitu banyak orang datang kepada sakramen rekonsiliasi karena kurangnya kesadaran orang untuk bertobat.

Saudara dan saudariku.
Kembali kepada bacaan-bacaan hari ini. Kita bisa bertanya kepada diri sendiri: seberapa dalamkah kita rindu untuk melayani Allah? Apakah hati kita terjebak dalam kenikmatan dosa, sehingga tidak mau bertobat? Atau apakah kita memang tidak mau peduli sama sekali dengan dosa dan salah kita?

Ada begitu banyak orang Katolik yang menggunakan alat kontrasepsi dan tidak mau mengakui bahwa itu adalah dosa. Mereka berusaha untuk mencari pembenaran melalui ilmu pengetahuan dengan mengatakan gereja harus berubah dalam ajaran moralnya. Mereka seperti Herodias yang berusaha untuk mencari pembenaran diri. Atau ada orang yang berusaha mencari pembenaran diri dengan mengatakan ini: ”Pastor juga kan manusia?” Benar itu. Saya mengakui bahwa kami adalah manusia dan tetap manusia. Kami seperti bejana tanah liat yang rapuh yang mudah pecah, tetapi di dalam diri kami terkandung sebuah harta surgawi. St. Yohanes Maria Vianney, pada suatu kesempatan menunjuk kepada Bapa pengakuannya dan mengatakan ini: ”itulah dia, orang yang membukakan pintu surga bagi saya”

Yesus sendiri dalam penampakan kepada St. Maria Faustina, mengatakan: ”yang kamu hadapi di sana bukanlah seorang manusia, tetapi Aku sendirilah yang akan bertindak melalui imam-Ku. Aku akan mencurahkan pintu kerahiman-Ku selebar-lebarnya bagi jiwa yang datang kepada-Ku dengan penuh kepercayaan”. Jadi, jangan berusaha untuk mencari pembenaran diri atas dosa.

Atau ada yang seperti Herodes. Kita tahu bahwa kita telah melakukan dosa, tetapi kita mengakuinya dengan sikap setengah-setengah karena kita sebenarnya tidak mau bertobat.

Ada yang seperti Daud. Dia tahu bahwa dia telah berdosa, tetapi dia bertobat dan dengan sungguh mengarahkan hatinya kepada Allah.

Saudara dan saudariku.
Tak peduli seberapa besarnya dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan, tetapi jika ingin bertobat dan ingin melayani Tuhan dengan sepenuh hati, maka dosa kita pun akan diampuni. Dengan demikian, kita akan semakin mampu memuji dan memuliakan Allah. Kita akhirnya dapat mengakui bahwa hidup kita ini semata-mata karena kasih dan kerahiman dari Allah sehingga kita semakin dapat mencintai-Nya dengan segenap hati, dengan segenap kekuatan dan dengan segenap akal budi kita. Amin.

Tidak ada komentar: