Minggu Biasa V - Tahun C - 2010

Bacaan
Yes 6:1-2,3-8 1 Kor 15:1-11 Luk 5:1-11

Renungan:
Saya akan mengawali permenungan saya atas bacaan-bacaan hari ini dengan sebuah kisah imajinatif. Tetapi sebelum bercerita, saya ingin bertanya: bagaimana perasaanmu kalau saat ini, juga Yesus menampakan diri-Nya kepadamu?

Ada seorang yang bergabung dalam sebuah kelompok koor dalam sebuah paroki. Orang itu memang tidak bisa menyanyi sama sekali. Setiap kali dia menyanyi pasti mengundang orang tertawa karena suaranya memang out of tune. Pada suatu ketika, pemimpin koor mendekati orang itu dan mengatakan “anda lebih baik tidak bergabung dengan koor ini karena anda tidak bisa membaca not dengan tepat”. Tetapi ada beberapa anggota mengusulkan agar orang itu diberi kesempatan lagi untuk berlatih lebih banyak. Jadi ada pro dan kontra di dalam koor itu. Akhirnya pemimpin koor itu datang kepada pastor kepala untuk mengeluh. Dia bahkan mengatakan: “Tolong pastor…minta orang itu supaya jangan bergabung dengan koor kami soalnya suaranya seperti kaleng pecah. Saya akan (mutung) berhenti melatih koor kalau masih ada dia”. Akhirnya pastor itu datang kepada orang tadi dan mengatakan: ”Saudariku yang baik. Saya kira mungkin lebih baik anda tidak lagi bergabung dalam koor ini.” Orang itu kaget mendengar perkataan sang pastor tadi dan balik bertanya: ”mengapa saya harus meninggalkan koor?” Sang Pastor menjawab: ”ada cukup banyak orang mengatakan bahwa anda tidak bisa menyanyi dengan baik. Suaramu cempreng dan sangat mengganggu”. Lantas orang itu menjawab: “Oh…itu tidak apa-apa pastor dibandingkan dengan hal yang satu ini. Ada cukup banyak umat yang mengatakan bahwa “anda tidak bisa berkotbah dengan baik. Setiap kali misa, anda selalu membawa buku kotbah orang lain dan membacanya”. [Kisah ini tidak terjadi di paroki kita, meskipun ada pastor kita yang selalu baca buku kotbah orang lain].

Saudara dan saudariku
Bacaan-bacaan hari ini menunjukkan bahwa Allah bisa menggunakan siapa saja untuk melaksanakan kehendak Ilahi-Nya. Dalam bacaan pertama tadi kita mendengar kisah tentang panggilan nabi Yesaya. Dalam bacaan kedua, tentang panggilan Paulus dan dalam bacaan Injil kita mendengar kisah tentang panggilan Petrus dan rasul-rasul yang lain. Kita lihat bagaimana reaksi orang-orang ini ketika menyadari bahwa mereka tengah berada dalam kemuliaan Allah? Semuanya merasa sebagai orang yang tidak mampu dan pantas di hadapan Allah.

Dalam Yes 6:5, kita baca reaksi Yesaya ketika ia melihat kemuliaan Allah: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam."

Rasul Paulus mengakui dalam 1 Kor 15: 9: “….aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.” Sedangkan Petrus dalam bacaan injil tadi mengatakan: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." (Luk 5:8) (komentar atas perasaan orang)

Saudara dan saudariku
Perasaan tidak pantas di hadapan Allah boleh jadi merupakan suatu tanda jiwa seseorang telah merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya. Atau perasaan tidak pantas merupakan tanda bahwa jiwa seseorang telah menyadari akan panggilan Tuhan di dalam dirinya. Itulah sebabnya, kerendahan hati merupakan kebajikan utama yang penting dalam menjalankan sebuah panggilan rohani. Kerendahan hati itu tidak sama dengan rendah diri. Orang yang selalu merasa rendah diri, boleh jadi merupakan tanda bahwa orang itu tidak pernah mengalami kehadiran Allah di dalam hidupnya. Atau tidak pernah menyadari panggilan Tuhan di dalam dirinya.

Saudara dan saudariku.
Suatu hal yang pasti adalah ketika kita mengakui keberdosaan dan ketidakpantasan di hadapan Allah, maka Allah akan mengulurkan kasih-Nya, menjamah kita serta memampukan kita untuk menjalankan kehendak Sabda-Nya.

Dalam peristiwa panggilan Yesaya dikatakan bahwa setelah Yesaya mengakui ketidakpantasan dan keberdosaannya di hadapan Allah, Allah justru mengambil inisiatif. Dikatakan bahwa “seorang Serafim terbang mendapatkan dia. Di tangan Serafim itu ada bara api dan menyentuhkan pada mulut Yesaya serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni." (Yes 6:6-7).

Dalam peristiwa panggilan Petrus dan para murid yang lain, Yesus mengatakan: “Jangan takut, sebab mulai sekarang engkau akan menjala manusia”. Jadi kita bisa melihat bahwa baik Yesaya maupun Petrus dipanggil untuk suatu tugas pelayanan yang suci bukan karena kemampuan yang ada pada diri mereka, melainkan semata karena rahmat dari Allah. Itulah sebabnya, rasul Paulus dapat berkata: “karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang,” (1 Kor 15:10).

Saudara dan saudariku.
Selain kerendahan hati sebagai kebajikan yang utama dalam menjalankan suatu panggilan rohani, dalam ketiga bacaan hari ini, kita bisa melihat adanya kesamaan di antara Yesaya, St. Paulus dan Rasul Petrus dipanggil untuk suatu tugas yang suci, yaitu kesediaan untuk menjalankan tugas itu dan juga bersedia dibimbing oleh Yesus. Dalam panggilan Yesaya, setelah ia mendengar suara yang mengatakan: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka jawab Yesaya: "Ini aku, utuslah aku!" (Yes 6:8).

Dalam panggilan rasul Petrus dan murid-murid yang lain, dikatakan bahwa “mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus” (Luk 5:11). Mereka tidak lagi menoleh ke belakang. Sedangkan rasul Paulus, yang banyak berjerih lelah demi injil, melebihi rasul-rasul yang lain yang telah dipanggil lebih dahulu, mengatakan dengan jujur: “…. bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (1 Kor 10:15).

Jadi saudara dan saudariku, perasaan tidak pantas dan tidak layak tidak cukup membuat seseorang dapat menjalankan sebuah tugas perutusan. Tetapi perasaan tidak pantas itu harus diikuti dengan kesediaan diri untuk diutus. Nah…yang sering terjadi di paroki kita, terutama dalam hal pemilihan ketua lingkungan atau seksi-seksi, orang seringkali hanya berhenti pada rasa tidak layak dan pantas. Hanya sampai di situ saja. Mereka tidak mau berlangkah pada tahap yang berikut adalah menyediakan diri. Kalau soal pantas dan tidak pantas, siapa sih yang pantas di hadapan Allah? Tidak ada orang. Yesaya, Paulus dan Petrus mengakui hal itu. Tetapi mereka mau memberi diri bagi tugas perutusan yang dipercayakan kepada mereka. Mereka mau membiarkan diri dibimbing oleh Sabda Tuhan. Dan kita tahu hasilnya: Luar biasa.

Hal ini dapat kita lihat dalam bacaan Injil tadi. Petrus dan rasul-rasul yang lain telah bekerja sepanjang malam tetapi tidak mendapatkan seekor ikan pun. Mereka bekerja keras dengan mengandalkan kemampuan dan kemahiran mereka. Tetapi ternyata tidak sesekor pun yang mereka tangkap. Seakan-akan tidak ada sesekor ikan pun yang hidup di dalam danau itu. Lantas, pada pagi hari mereka berjumpa dengan Yesus. Yesus menyuruh Petrus untuk melemparkan jalanya. Sesuatu yang aneh sebetulnya.

Bagi yang suka mancing di laut pasti tahu bahwa waktu yang tepat untuk mancing adalah pada malam hari. ini. Sebagai seorang nelayan, Petrus pasti tahu bahwa pagi atau siang hari merupakan saat yang tidak tepat untuk menebarkan jala. Tetapi Petrus tetap saya melakukan apa yang Yesus perintahkan. Ia berkata: ”...tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga". Ini adalah suatu lompatan iman. Petrus berani melakukan apa yang berada di luar pemikiran manusia. Dan memang hasilnya luar biasa.

Saudara dan saudariku…
Hari-hari ini dalam paroki kita, ketika masa kepengurusan Dewan Harian dan seksi-seksinya hampir berakhir, Allah terus bertanya kepada setiap kita: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?”. Tuhan masih terus membutuhkan orang-orang yang bersedia diutus seperti Yesaya untuk mewartakan Sabda Allah di kalangan sendiri. Atau seperti Paulus, yang diutus untuk mewartakan kabar sukacita kepada segala bangsa. Atau seperti Petrus, yang memberi kesaksian tentang Yesus di tempat ia berkarya, kepada rekan-rekan kerjanya agar mereka pun mengenal dan mengikuti Yesus.

Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?”. Jika anda merasa pantas, maka ketahuilah bahwa Allah dapat menggunakan anda. Hanya saja, anda harus mengambil konseskuensi dari tugas perutusan itu dengan menjawab: ”Ini aku, utuslah aku”. Tuhan memang tahu bahwa anda dan saya tidak mampu dan tidak pantas, tetapi dia akan memberikan kita kemampuan untuk menjalankan tugas perutusan kita sebagaimana ia lakukan kepada Yesaya, St. Paulus dan St. Petrus. Amin.

Tidak ada komentar: