Minggu Paskah IV_Tahun C_2010

Pastor Tonny Blikon, SS.CC

Saudara dan saudariku
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berkata bahwa: “domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan mereka mengikuti Aku”. Saya mengajak kita untuk hening sejenak dan merenungkan tentang sikap mau mendengarkan ini….pertanyaannya adalah apakah kita sungguh rela mendengarkan suara Tuhan?” Pada masa ini, mendengarkan suara Tuhan menjadi sesuatu yang sangat sulit karena di sekitar kita ada begitu banyak suara yang mencoba mengganggu konsentrasi kita. Bahkan ada yang lebih parah bahwa ada begitu banyak suara yang berusaha untuk menjadi ‘gembala kita”. Dalam kotbah saya 2 tahun yang lalu, pada hari Minggu Paskah ke-4 ini saya membuat Mzm untuk orang zaman ini tentang TV adalah gembalaku. Ada yang masih ingat?

TV itu adalah gembalaku, aku tak akan berkekurangan Ia membaringkan aku di sofa yang empuk dan membimbing aku untuk jauh dari Tuhan, Ia menghancurkan jiwa-ku.

Ia menuntun aku di jalan seks dan kekerasan atas nama iklan dan sensasi. Sekalipun berada dalam bayangan tugas dan tanggung jawab iman tidak akan ada yang mengganggu sebab TV selalu bersamaku.

Remote control itulah yang menghibur aku. Ia menuntun aku kepada acara kesukaanku. Ia mengurapi kepalaku sekularisme dan consumerisme. Dan ketamakanku semakin bertambah

Rasa tidak peduli dan kemalasan akan mengiringi aku sepajang hidupku. Aku akan tinggal di kamarku dengan TV bersamaku.

Saudara dan saudariku
Acara-acara di Televisi, terutama sinetron, Radio, HP, Facebook, Twiter dll… adalah suara-suara yang berusaha untuk menjadi gembala atau yang menuntun hidup kita pada zaman ini.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berkata bahwa domba-domba-Nya mendengarkan suara-Nya dan mengikuti Dia. Kita bisa bertanya kepada diri kita sendiri: apakah kita sungguh mengikuti Yesus. Pertanyaan ini bukan hanya soal apakah kita selalu datang ke gereja pada hari minggu, tetapi lebih menyangkut hidup kita sehari-hari. Apakah kita mengikuti Yesus setiap hari? Apakah kita mencoba untuk mendengarkan suara-Nya melalui bacaan-bacaan rohani dan merenungkan apa yang Tuhan kehendaki dari diri kita? Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan seberapa banyaknya waktu yang kita gunakan setiap hari untuk hening dan mau mendengarkan suara Tuhan? Di dalam gereja ketika perayaan ekaristi sedang berlangsung, kita bahkan tidak bisa hening…apalagi dalam kehidupan kita sehari-hari? Adakah waktu bagi kita untuk merenungkan firman Tuhan?

Ada sebuah lagu yang syairnya kira-kira begini:

Adakah waktu di hidupmu untuk firman kehidupan..
rahmat dan kasih Tuhan bagimu sudikah kau terima.....

Sangat disayangkan bahwa hidup kita selalu dihiruk pikuki dengan berbagai macam hal dan persoalan, sehingga hampir tidak ada sempat untuk menyisihkan sedikit waktu untuk hening di hadapan Tuhan. Juga kalau kita minta untuk diam dan hening…kita mulai merasa tidak tenang karena kita tidak terbiasa. Dengan demikian kita tidak akan mampu mendengar suara Tuhan yang lembut menggema di dalam hati kita.

Saudara dan saudariku
Dalam hidup ini, kita membutuhkan saat-saat hening untuk mendengarkan suara Tuhan karena Tuhan berbicara kepada kita di dalam keheningan batin.

Selain itu, Tuhan juga memberikan kita para gembala (para pastor, para uskup dan Paus) yang bertugas untuk mewartakan kebenaran iman yang harus diikuti oleh kaum beriman melalui homily dan pengajaran-pengajaran. Tetapi seberapa jauh kita mau mendengarkan dan meresapkan pesan-pesan Injil yang dijabarkan di dalam homili? Yang ada terkadang hanyalah keluhan: kotbahnya lama, membosankan?

Keluhan-keluhan itu muncul boleh jadi karena orang tidak terbiasa untuk diam dan hening. Sehingga akhirnya orang menyibukan diri dengan HP bahkan di dalam gereja.

Saudara dan saudariku
Ada banyak suara yang berusaha menjadi ’gembala’ kita. Sudah saya sebutkan di atas tadi. Tanyakanlah pada dirimu sendiri: apakah suara-suara itu membimbingmu untuk semakin dekat dengan Yesus atau semakin jauh dengan Yesus? Saya yakin kita semua tahu jawabannya.

Saudara dan saudariku….
Ada banyak hal pernah saya katakan dalam homily-homily saya. Terkadang memang keras tetapi memang kebenaran itu harus diwartakan. ”Sebab Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun” (Ibr 4:12). Saya sendiri tidak takut kalau memang ada yang membenci saya karena homili-homili saya terkesan keras. Dalam bacaan I hari ini, Paulus dan Barnabas pun melakukan hal yang sama. Mereka mewartakan kebenaran dan mereka tidak gentar oleh siapapun.

Hal yang seringkali saya kritik adalah soal judi dan rentenir. Namun yang menjadi pergulatan saya adalah sejauh mana umat mau mendengarkan dan melaksanakan sabda Allah dengan meninggalkan segala praktek pemiskinan terhadapan keluarga dan sesama itu?

Saya yakin bahwa Yesus tidak pernah diam melihat segala macam praktek itu? Yesus justru mau mengatakan apa yang terjadi dengan orang-orang semacam itu jika mereka tidak mau bertobat.

Beberapa hari yang lalu, Pak Karsono bertanya kepada saya, Rm ada yang telp tanya ”kalau kita katolik, boleh nda ya untuk menjalankan uang”. Yang bertanya itu saya harap hadir di sini dan inilah jawabannya. Saya menjawab dengan mengutip KS:

Yes 33: 14-15 berbunyi: "Siapakah di antara kita yang dapat tinggal dalam api yang membasmi? Siapakah di antara kita yang dapat tinggal di perapian yang abadi ?" Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang menolak untung hasil pemerasan, artinya yang tidak menjalankan rentenir.

Saudara dan saudariku
Hal lain yang juga seringkali saya singgung adalah sikap kita di dalam gereja ini, ketika Perayaan Ekaristi sedang berlangsung.

Saya mau tanya: pernah nonton Film ‘the passion of the Christ? Bagaimana perasaanmu? Apakah anda menghargai pengorbanan diri Yesus itu?

Nah...ekaristi adalah saat di mana kita menghadirkan kembali peristiwa pengurbanan diri Yesus yang Ia laksanakan di atas puncak gunung kalvari. Artinya peristiwa itu kembali terjadi sekali lagi hanya dengan cara yang berbeda itu melalui simbol dan tanda. Tapi bagaimanakah sikap kita? Kalau kita sungguh menghargai pengorbanan diri Yesus, maka kita pasti diam dan bersikap hormat ketika ekaristi sedang berlangsung.

Dalam perayaan ekaristi ini, Yesus sekali lagi mengobankan diri-Nya bagi kita agar kita memperoleh hidup yang kekal.

Karena itu pentinglah kita mempersiapkan diri dalam perayaan ekaristi. Jika ada dosa dan kesalahan yang berat maka baiklah kita datang kepada Yesus dalam sakramen rekonsiliasi. Janganlah kita berani menyambut komuni jika kita merasa ada dosa yang masih kita sembunyikan.

“Jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus akan mendapatkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman (699).”

“Sungguh amat menyakitkan hati-Ku apabila jiwa-jiwa religius menerima Sakramen Cinta Kasih hanya karena kebiasaan belaka, seolah mereka tak mengenali santapan ini. Aku tak mendapati baik iman maupun kasih dalam hati mereka. Aku datang ke dalam jiwa-jiwa demikian dengan keengganan besar. Akan lebih baik seandainya mereka tak menerima Aku (1258)….”

Saudara dan saudariku
Dalam bacaan II hari ini, kita mendengar bahwa Anak Domba yang duduk di tengah-tengah tahta kemuliaan dan akan menuntun orang-orang kepada mata air kehidupan. Karena itu, kita perlu untuk mencari waktu untuk mendengarkan suara-Nya dan mengikuti-Nya. Suara Allah itu sudah tertulis di dalam KS dan dimaksudkan agar kita menjalankannya. Jangan pernah mengatakan bahwa anda tidak pernah tahu akan suatu perintah atau nasihat yang harus dijalankan. Dalam pengadilan terakhir, anda tidak bisa membela diri dengan mengatakan: ”oh..Rm kami nda pernah kotbah tentang hal itu” Yesus telah memberikan kita masing-masing Roh Kudus yang membimbing kita kepada kebenaran.

Karena itu pentinglah bahwa dalam hidup ini ada saat-saat dimana kita duduk hening untuk mendengarkan suara Tuhan yang menggema lembut di dalam hati kita. Bacaan-bacaan KS dapat membantu kita untuk masuk dalam keheningan dan berdialog dengan Tuhan. Dan setelah itu, kita harus mengikuti apa kata Tuhan untuk memastikan bahwa kita adalah domba-domba pengembalaan-Nya, sebagaimana dalam Injil hari ini, jelas dikatakan bahwa: “domba-domba-Ku mendengar-kan suara-Ku dan mereka mengikuti Aku”.

Pastor Tonny Blikon, SS.CC

Tidak ada komentar: