Tubuh dan Darah Kristus


PENGAJARAN TENTANG EKARISTI

Hari ini kita merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Mengapa ada hari khusus untuk menghormati Tubuh dan Darah Kristus? Bukankah setiap kali kita merayakan ekaristi, kita juga merayakan misteri Tubuh dan Darah Kristus?

Sekilas tentang sejarah dari HR Tubuh dan Darah Kristus
Hari Raya ini dikehendaki oleh Yesus sendiri melalui St. Yuliana. Ia masuk biara pada tahun 1206 pada usia 13 tahun. Pada usia 16 tahun dia mulai mendapat anugerah penglihatan.

”Ia melihat bulan di langit; dan walau bulan bersinar terang gemilang, namun terdapat suatu noda hitam padanya!”

Ia tidak terbiasa dengan penglihatan semacam itu jadi ia pikir itu hanya imaginasi. Tetapi penglihatan itu datang lagi dan terus datang lagi. Akhirnya ia merasa bahwa penglihatan itu datang dari Tuhan.

Yesus sendiri yang menjelaskan penglihatan itu
“Engkau gelisah karena penglihatan itu. Sesungguhnya, Aku menghendaki agar ditetapkan suatu hari raya istimewa bagi Gereja Pejuang, sebab perayaan ini teramat penting, yaitu Hari Raya Sakramen dari Altar yang Mahamulia dan Mahakudus. Pada masa sekarang, perayaan akan Misteri ini hanya dilakukan pada hari Kamis Putih. Tetapi, pada hari itu, teristimewa Sengsara dan Wafat-Ku yang direnungkan. Sebab itu, Aku menghendaki suatu hari lain dikhususkan, di mana Sakramen Mahakudus dari Altar akan dirayakan oleh segenap umat Kristiani!

Yesus sendiri menyebutkan 3 alasan mengapa dirayakan hari khusus untuk menghormati Tubuh dan Darah-Nya. Pertama, agar iman akan Sakramen Mahakudus diperteguh, terutama apabila orang-orang jahat menyerang misteri ini di kemudian hari. Kedua, agar umat beriman diperkuat dalam mencapai kesempurnaan melalui kasih mendalam dan sembah sujud kepada Sakramen Mahakudus. Ketiga, agar supaya dengan hari raya ini dan dengan cinta kasih yang ditujukan kepada Sakramen dari Altar, silih dilakukan bagi penghinaan dan kurangnya rasa hormat terhadap Sakramen Mahakudus.”

Paus Urbanus IV menerbitkan Bulla Transiturus pada tanggal 8 September 1264, di mana setelah mengagungkan kasih Juruselamat kita dalam Ekaristi Kudus, ia memaklumkan agar Hari Raya Corpus Christi dirayakan setiap tahun pada hari Kamis sesudah Hari Raya Tritunggal Mahakudus.

Sejak tahun 1970, Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dirayakan pada hari Minggu sesudah Hari Raya Tritunggal Mahakudus.

Saudara dan saudariku
Berkaitan dengan pesta yang kita rayakan hari ini, hal yang patut kita renungkan adalah bagaimana sikapku terhadap Sakramen Ekaristi?

Kan 898 – Umat beriman kristiani hendaknya menaruh hormat yang sebesar-besarnya terhadap Ekaristi mahakudus, dengan mengambil bagian aktif dalam perayaan Kurban mahaluhur itu, menerima sakramen itu dengan penuh bakti dan kerap kali, serta menyembah-sujud setingggi-tingginya; ….

Nah…berkaitan dengan anjuran tersebut di atas, muncul beberapa keprihatinan berikut ini:
• Berkaitan dengan sikap sejumlah umat dalam mengikuti ekaristi: datang terlambat pulang lebih cepat.
• Fenomena lain terlihat pada waktu liturgi sabda: umat tidak menerima pewartaan sabda secara utuh karena asyik ngobrol, aktivasi hp secara diam-diam, beri makan anak, dll.
• Fenomena lain terlihat dari cara orang berpakaian ke gereja.
• Banyak orang tidak memahami Ekaristi. Mereka beranggapan bahwa ekaristi adalah suatu peristiwa biasa yang duaniawi. Ingat ekaristi yang dirayakan dengan secara dingin akan menghalangi orang untuk mengalami kehadiran Allah.
• Padahal Secara hakiki, Misa Kudus merupakan liturgi resmi Gereja di mana perayaan misteri Paskah Kristus - yakni penderitaan, wafat dan kebangkitan-Nya dihadirkan kembali dalam rasa syukur dan sekaligus mendatangkan penebusan, pengudusan dan keselamatan secara nyata.

Saudara dan saudariku
Hari ini saya tidak bicara tentang teologi Ekaristi, tetapi saya hanya ingin menceritrakan sebuah kisah tentang Misteri Ekaristi sebagaimana yang dialami oleh Catalina, seorang stigmatis dan visioner. Semoga kisah ini juga membuat kita untuk semakin bersikap hormat dan menghargai ekaristi.

Sekilas tentang Catalina
Katya (Catalina), tidak sampai tamat dari sekolah menengah atas, dan tidak pernah studi kitab suci. Ia tidak pernah mengenyam pendidikan teologis, tetapi ia menuliskan dengan lancar, tanpa adanya kesalahan teologis, beratus-ratus halaman berisikan ajaran-ajaran teologis dan komentar biblis yang mendalam, yang menurutnya didiktekan kepadanya oleh Kristus.

Tulisan-tulisan ini didiktekan kepada Katya dalam bahasa Spanyol (meski terkadang juga dalam bahasa-bahasa lain seperti Latin, Polandia, Italia dan Yunani; bahasa-bahasa yang tidak dimengerti Katya).

Terlebih lagi mencengangkan betapa indah tata bahasa dan ritme dalam bahasa aslinya, Spanyol, dan betapa kebenaran-kebenaran teologis yang mendalam diungkapkan dengan kesederhanaan yang tepat.

Terkadang, pesan yang disampaikan singkat dan hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk menuliskannya. Di lain waktu, pesan-pesannya jauh lebih panjang, kadang kala dibutuhkan hingga nyaris satu jam untuk menuliskannya. Ia menulis tanpa berhenti, tanpa mengubah satu kata pun, terkadang hingga 14 halaman sekaligus.

Pesan-pesan yang didiktekan oleh Yesus disusun menjadi delapan buku. Pada tanggal 2 April 1998, kedelapan buku tersebut mendapatkan Imprimatur dari Uskup Agung Cochabamba, Mgr René Fernández Apaza, yang adalah salah seorang dari banyak saksi yang ikut menyaksikan secara langsung bagaimana Katya menulis tanpa referensi dari material apapun.

Salah satu pesan Yesus kepada Catlina adalah: “Apa yang ditulis tanganmu yang dibimbing oleh tangan-Ku akan tetap, diulang dan diperkuat oleh suara-suara lain hingga memenuhi Bumi…” [“The Great Crusade of Love”, Pesan 22]

Buku-buku tulisan Catalina itu dipersembahkan, pertama kepada alm Paus Yohanes Paulus II, sebagai rasul Evangelisasi baru. Catalina mengatakan, dari teladan hidup beliaulah, kami umat awam, belajar mengenai iman, keberanian dan kesalehan. Juga dipersembahkan kepada para imam. Catalina menulis, para imam sebagai tali pusat antara Tuhan dan manusia, yang menyampaikan rahmat Ilahi melalui pengampunan dan konsekrasi Ekaristi.

Saudara dan saudariku.
Peristiwa yang dialami oleh Catalina terjadi pada tanggal 25 Maret. (ada yang tahu, hari raya apa pada saat itu)

Pada malam sebelumnya ia menerima sakramen tobat sebagai persiapan perayaan ekaristi pada keesokan harinya.

Keesokan harinya ia datang agak terlambat. Iringan arak-arakan petugas liturgi sudah keluar dari sakristi.

Bunda Maria menampakan diri kepadanya dan mengatakan: “hari ini adalah hari pelajaran bagimu; dan aku ingin engkau memperhatikan dengan saksama sebab semua yang engkau saksikan hari ini, semua yang engkau alami pada hari ini, harus engkau bagikan kepada segenap umat manusia”

Hal pertama yang ia saksikan adalah suatu paduan suara yang sangat indah dan merdu yang bernyanyi seakan dari kejauhan. Terkadang musik datang mendekat dan kemudian menjauh seperti suara angin.

Ritus Tobat
Pada waktu ritus tobat, santa Maria mengatakan: “dari lubuk hatimu, mohonlah pengampunan Tuhan atas segala kesalahanmu karena telah menyakiti-Nya. Dengan demikian, engkau akan dapat berpartisipasi dengan pantas dalam hak istimewa ini, yakni ikut ambil bagian dalam misa kudus”

Terlintas dalam pikiran Cataliana: ”saya kan dalam keadaan berahmat. Saya kan baru mengaku dosa semalam.’

Bunda Maria menjawab: ”Apakah engkau pikir bahwa engkau tidak menyakiti Tuhan sejak tadi malam? Mari, aku ingatkan engkau beberapa hal....

Lintani kesalahannya…..
Pagi, tadi ketika pembantumu meminta sesuatu dari Anda, dan karena anda sudah terlambat, anda menjawab dengan tergesa-gesa dan tidak dengan cara yang baik”

“Engkau tiba pada menit-menit terakir ketika prosesi selebran menuju altar telah dimulai…dan engkau akan ikut ambil bagian dalam misa tanpa persiapan terlebih dahulu….?

Catalina: “Ya Bundaku…engkau tak perlu lagi mengingatkan aku akan lebih banyak hal lagi, sebab saya bisa mati karena sedih dan malu.

Bunda Maria: ”“mengapa kalian semua harus tiba di saat-saat terakhir? Kalian seharusnya tiba lebih awal agar kalian dapat berdoa dan memohon Tuhan mengutus Roh Kudus-Nya agar Roh Kudus menganugerahi kamu roh damai dan membersihkan kalian dari roh duniawi, kekuatiran, masalah, distraksi agar kalian dapat mengalami saat yang begitu sakral. Tetapi engkau tiba nyaris perayaan hendak dimulai, dan ikut ambil bagian dalam misa seolah misa adalah peristiwa yang biasa, tanpa ada persiapan rohani. Misa adalah anugerah teragung. Engkau akan mengalami saat ketika Allah yang mahatinggi memberikan anugerah-Nya yang teragung, dan engkau tidak menghargainya.”

Gloria
Ketika saat Gloria dinyanyikan, Bunda Maria mengatakan:
“Muliakanlah dan luhurkanlah Allah Tritungal Mahakudus dengan segenap kasihmu, dalam kesadaran diri sebagai makhluk ciptaan Tritunggal” …….

Saat liturgi sabda, Santa Maria mendiktekan sebuah doa dan memintanya mengulangi doa ini: “Tuhan, pada hari ini aku hendak mendengarkan sabda-Mu dan menghasilkan buah berlimpah. Kiranya Roh Kudus-Mu mempersiapkan ladang hatiku agar sabda-Mu dapat tumbuh dan berkembang di dalamnya. Tuhan, murnikanlah hatiku agar tertuju kepada-Mu”

Lebih lanjut santa Maria mengatakan: “Aku ingin engakau mendengarkan dengan saksama bacaan-bacaan dan seluruh homili imam. Ingatlah bahwa Kitab Suci mengatakan bahwa Sabda Allah tidak akan kembali tanpa menghasilkan buah. Apabila engkau mendengarkan dengan saksama, sesuatu dari semua yang telah engkau dengarkan akan tinggal padamu …….

Berusahalah untuk mengingat sepanjang hari, sabda yang berkesan bagimu. Terkadang, itu dapat berarti dua ayat, terkadang bacaa dari seluruh Injil, atau mungkin hanya satu kata saja. Resapkanlah sabda itu sepanjang hari maka ia akan menjadi bagian darimu, sebab dengan demikianlah caranya untuk mengubah hidup seseorang, dengan membiarkan Sabda Tuhan mengubahmu”

Katakan kepada Tuhan, bahwa engkau ada di sini untuk mendengarkan sabda-Nya, bahwa engkau rindu ia berbicara kepada hatimu pada hari ini”

Setelah itu, Catalina lalu mengucapkan doa syukur kepada Tuhan karena telah memberikan kesempatan kepadanya untuk mendengarkan sabda-Nya.

Dia juga memohon ampun atas sikap keras hati selama bertahun-tahun dan karena mengajarkan kepada anak-anaknya bahwa mereka harus pergi ke gereja pada hari minggu karena demikianlah diperintahkan oleh gereja.

Ia juga memohon ampun karena selama itu ia menghadiri misa hanya karena memenuhi kewajiban, dan dia percaya bahwa dengan itu dia sudah bisa diselamatkan. Dia tidak pernah memberi perhatian pada bacaan-bacaan Kitab Suci atau homili imam.

Persembahan
Ketika tiba saat untuk persembahan, Santa Maria mengatakan: “berdoalah seperti ini (dan ia mengulanginya) ‘Allah, aku persembahkan segala keberadaanku, segala milikku, segala kemampuanku. Aku letakan semuanya ke dalam tangan-tangan-Mu ubalah aku, ya Allah yang Mahakudus, malalui jasa-jasa Putera-Mu…..

Aku berdoa bagi keluargaku, bagi para penderma, bagi setiap anggota apostolate kami, bagi semua orang yang menentang kami, bagi mereka yang mempercayakan diri mereka kepada doa-doaku yang miskin…ajarilah aku untuk meletakan hatiku di atas tanah di hadapan mereka, agar jalan mereka berkurang beratnya…..”

Tiba-tiba dia melihat beberapa figur yang tidak ia lihat sebelumnya, mulai berdiri. Seolah dari sisi setiap orang yang hadir di gereja saat itu, muncullah seorang yang lain. Segera gereja itu di penuhi oleh makhluk-makhluk muda yang menawan. Mereka mengenakan jubah yang sangat putih dan bersih; mereka mulai bergerak di lorong tengah gereja menuju ke altar

Bunda Maria mengatakan: “lihatlah, mereka adalah malaikat pelindung dari setiap orang yang ada di sini. Inilah saat di mana para malaikan pelindung kalian menyampaikan persembahan dan doa-doa kalian di hadapan altar Tuhan”

Perarakan itu begitu indah. Kaki mereka yang telanjang tidak menyentuh lantai, tetapi seakan meluncur.

Sebagian dari malaikat pelindung itu membawa sesuatu serupa mangkok emas dengan sesuatu di dalamnya, yang tampak bersinar cemerlang dengan cahaya putih keemasan.

Santa Maria mengatakan: “lihatlah mereka adalah para malaikat pelindung dari orang-orang yang mempersembahkan misa dengan banyak intensi, mereka yang sadar akan makna perayaan ini, mereka yang mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan kepada Tuhan.

Lebih lanjut Bunda Maria mengatakan: “persembahkanlah penderitaan, sakit, harapan, kesediahan, sukacita kalian. Haturkanlah permohonan-permohonan kalian. Ingatlah bahwa misa mengandung nilai yang tak terhingga. Sebab itu, bermurah hatilah dalam persembahan dan dalam permohonan”

Selanjutnya di belakang para malaikat yang pertama, datanglah malaikat-malaikat lain tanpa sesuatu pun di tangan mereka. Mereka datang dengan tangan kosong.

Santa Maria mengatakan: “mereka adalah para malaikat dari orang-orang yang meski hadir di sii, tetapi tidak pernah mempersembahkan apapun. Mereka tidak mempunyai minat untuk mengalami setiap saat liturgis dalam misa, sehingga para malaikat mereka tidak mempunyai persembahan untuk dihaturkan di hadapan altar Allah”

Di akhir prosesi, datang pula malaikat-malaikat lain yang tampaknya sedih, dengan tangan mereka terkatub dalam doa, tetapi mata mereka terarah ke bawah.

Maria: “mereka ini adalah para malaikat pelindung dari orang-orang yang ada di sini, namun tidak menghendakinya. Yakni orang-orang yang merasa terpaksa datang, yang datang kemari karena kewaiban, tanpa kerinduan untuk ikut ambil bagian dalam Misa Kudus. Malaikat mereka maju dengan sedih hati sebab mereka tidak mempunya sesuatu yang dihaturkan di hadapan altar, selain doa-doa mereka (para malaikat) sendiri.

Lebih lanjut Bunda Maria mengatakan: “janganlah mendukakan Malaikat Pelindungmu…mohonlah banyak-banyak. Mohonlah demi pertobatan orang berdosa, demi perdamaian dunia, demi sanak saudaramu, demi sesama, demi mereka yang meminta doamu. Mohonlah banyak-banyak, tidak hanya untuk dirimu sendiri, melainkan juga untuk semua orang.

“ingatlah persembahan yang paling menyenangkan Tuhan adalah ketika kalian mempersembahkan diri kalian sendiri sebagai korban bakaran agar Yesus, dengan turun-Nya ke dunia, dapat mengubah kalian melalui jasa-jasa-Nya sendiri…”

Prefasi
Ketika saat akhir dari prefasi, ketika semua umat menyanyikan “kudus, kudus, kuduslah Tuhan…..tampaklah beribu-ribu malaikat dalam suatu garis diagonal: ada yang kecil dan ada yg besar, ada yang bersayap lebar dan bersayap kecil….mereka semua mengenakan jubah putih seperti alba para imam atau misdinar.

Semuanya berlutut dengan tangan terkatub dalam doa dan menundukan kepala dalam suatu sikap yang hormat
Terdengar suara musik yang merdu, seolah ada begitu banyak paduan suara yang berpadu dalam harmoni dalam beragam suara. Semuanya bermadah sesuara dengan umat: “kudus, kudus, kudulah Tuhan….

Tibalah saat konsekrasi. Ini adalah saat yang paling mengagumkan dari semua mukjiat yang di alami oleh Catalina.

Apa yang dilihat oleh Catalina?

Di belakang uskup agung, tanpak suatu himpunan besar orang, juga dalam suatu garis diagonal. Mereka mengenakan jubah serupa dengan jubah para malaikat pelindung, tetap penuh warna warni yang amat lembut. Mereka semua berlutut juga dan bernyanyi: “kudus-kudus, kudus….

Bunda Maria mengatakan: ‘mereka adalah santo-santa, beato dan beata di surga. di antara mereka terdapat juga jiwa dari sanak saudara dan anggota keluarga kalian yang telah menikmati hadirat Tuhan.

Setelah itu, Catalina melihat Bunda Maria. Ia ada di sana, tepat di sebelah kanan Uskup… posisinya agak setapak ke belakang. Ia sedikit melayang di atas lantai, berlutut di atas suatu bantalan yang amat indah, transparan sekaligus bercahaya seperti kristal.

Santa Maria dengan tanganya terkatub dalam doa, memandang dengan penuh perhatian dan hormat kepada selebran. Maria berbicara dari sana kepada Catalina, tetapi tanpa suara, langsung ke hatinya, tanpa memandangnya”

Bunda Maria lalu berkata: “mengapa kamu merasa aneh bahwa saya berdiri agak ke belakang? demikianlah seharusnya… sekalipun begitu besar kasih Puteraku kepadaku, tetapi Ia tidak memberiku martabat seperti yang Ia berikan kepada seorang imam, yakni dapat mendatangkan Puteraku dalang tangan-tanganku setiap hari, seperti yang dilakukan oleh tangan-tangan imamat-Nya. Karena itu, aku merasakan hormat mendalam bagi seorang imam dan bagi segala mukjizat yang Tuhan selenggarakan melalui imam. Hal itu membuat aku berlutut di sini.

Pada saat itu, Catalina hanya bisa mengatakan: “ya Tuhanku, betapa tingginya martabat imamat yang Engkau limpahkan atas jiwa-jiwa imamat. Dan kita, bahkan mungkin sebagian dari mereka tidak menyadarinya”

Lalu, di depan altar tampaklah bayang-bayang manusia berwarna abu-abu dengan tangan terikat.

Santa Maria mengatakan: “mereka adalah jiwa-jiwa di api penyucian yang menantikan doa-doa kalian agar dibebaskan. Janganlah berhenti berdoa bagi mereka. Mereka berdoa bagi kalian, tetapi mereka tidak dapat berdoa bagi diri mereka sendiri.

Lebih lanjut Maria mengatakan: “banyak orang pergi mencariku ke mana-mana, di tempat-tempat ziarah di mana aku menampakan diri. Itu baik, sebab segala rahmat yang mereka terima dari sana. Tetapi tidak dalam penampakan manapun, juga tidak di tempat manapun aku hadir lebih lama (sepanjang waktu) dari pada di dalam misa kudus. Kalian akan mendapatiku di kaki altar di mana ekaristi dirayakan. Di kaki tabernakel, …..

Pada saat konsekrasi, Catalina melihat bahwa celebran diliputi oleh suatu cahaya adikodrati antara putih dan emas melingkupinya. Cahaya itu semakin bertambah kuat seputar wajahnya, sehingga Catalina tidak dapat melihat wajahnya.

Ketika celebran menunjukkan hosti, catalina melihat ada tangan yang ditandai bekas paku..dari tangan itu memancar cahaya yang berlimpah. Itu adalah Yesus. Dialah yang merenugkuh tubuh-Nya di sekelilin celebran.

Hosti semakin bertambah besar…dan di atasnya tampak wajah Yesus yang mengagumkan, memandang umat-Nya.

Secara naluri, catalina hendak menundukkan kepala, tetapi bunda Maria mengatakan: “janganlah menunduk, tegakan kepalamu untuk memandang dan mengkontemplasikan Dia.

Tataplah mata-Nya dan ulangi doa ini: “Tuhan, aku percaya, aku menyembah, aku berharap, dan aku mengasihi Engkau. Aku memohon pengampunan bagi mereka yang tidak percaya, yang tidak menyembah, yang tidak berharap dan yang tidak mengasihi Engkau.

Setelah itu, catalina menyaksikan peristiwa golgota terjadi di atas altar”.

Dan Santa Maria mengatakan: “Inilah mukjizat dari segala mukjizat. Inilah yang kukatakan kepadamu bahwa Tuhan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Pada saat konsekrasi, setiap umat dibawa ke kaki kalvari, pada saat penyaliban Yesus terjadi”

Dapatkah seorang membayangkan hal ini? Mata kita memang tidak dapat melihatnya, tetapi kita semua ada di sana tepat pada saat Yesus disalibkan. Dan Yesus berdoa kepada Bapa-Nya, tidak hanya bagi mereka yang hendak telah menyalibkan-Nya tetapi bagi kita semua: ‘Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan”

Bapa Kami
Bapa saat hendak mendaraskan Bapa Kami, Yesus berbicara untuk pertama kalinya sepanjang perayaan itu. Ia mengatakan: “Tungguh, Aku menghendaki kalian mendoakannya dengan hikmat. Pada saat ini, Aku menghendaki kalian memikirkan seseorang atau orang-orang yang telah melakukan kesalahah terbesar dalam hidupmu, agar engkau dapat memeluk mereka erat-erat dan mengatakan kepada mereka dari lubuk hatimu ‘dalam nama Yesus, aku mengampunimu dan memberikan damaiku kepadamu’

Salam Damai
Pada saat salam damai, catalina melihat di antara sebagian (tidak semua) orang yang saling memeluk satu sama lain, suatu cahaya yang amat kuat menempatkan diri di antara mereka.

Ketika Celebran menyantap komuni kudus, Santa Maria mengatakan: “inilah saatnya untuk berdoa bagi celebran dan para imam.

Bunda Maria lalu mendiktekan sebuah doa: “Tuhan, berkatilah mereka, kuduskanlah mereka, tolonglah mereka, murnikanlah mereka, kasihilah mereka, peliharalah mereka dan topanglah mereka dengan kasih-Mu.

Bunda Maria menghendaki agar kita mendoakan semua imam di seluruh dunia pada saat itu.

Catalina merasa sedih begitu banyak umat menuntut dari para imam, tetapi tidak pernah berdoa bagi mereka.

Catalina menulis: ”Tuhan menghendaki umat dalam kawanan, yang dipercayakan Tuhan kepada imam, berdoa bagi imam mereka dan membantu dalam pengudusannya. Suatu hari, apabila kita telah berada di dunia yang lain, kita akan mengerti betapa mengagumkan yang telah Tuhan lakukan dengan memberikan bagi kita, imam-imam untuk membantu menyelamatkan jiwa kita…

Saat komuni, ketika Catalina hendak maju, Yesus berkata kepadanya: “tunggu sebentar, Aku ingin engkau mengamati sesuatu..
Tiba-tiba dia merasakan dorongan batin untuk melihat seseorang yang menyambut komuni di lidah dari tangan imam… muncullah bagi satu kilasan cahaya yang amat putih keemasan, menembusi pertama-tama pungung orang itu dan lalu melingkupi punggungnya, pundaknya dan kepalanya.

Orang itu adalah orang yang sebelum misa pagi itu, membuat pengakuan atas dosa-dosanya....dia datang ke kamar pengakuan dulu.

Yesus mengatakan: “begitulah sukacitaku memeluk suatu jiwa yang datang dengan hati yang bersih menyambut-Ku”

Nah…betapa kita kehilangan kesempatan ini karena menyambut komuni dalam keadaan berdosa baik kecil maupun besar.

Janganlah kita memiliki keberanian untuk menyambut Yesus setiap saat dengan hati yang kotor.

Berkat Penutup
Kalau di paroki kita, sebelum berkat penutup banyak umat yang sudah keluar.... tanda salib juga dibuat dengan tidak hormat karena pingin cepat-cepat selesai.

Dalam penglihatan Catalina, Bunda Maria mengatakan: “perhatikanlah…berhati-hatilah… banyak dari kalian membuat tanda kuno dan bukannya Tanda Salib. Ingatlah bahwa berkat ini dapat menjadi berkat yang terakhir yang kalian terima dari tangan seorang imam. Kalian tidak tahu apakah setelah meninggalkan tempat ini, kalian akan meninggal atau tidak. Kalian tidak tahu apakah kalian beroleh kesempatan untuk menerima berkat dari imam lain.

Tangan-tangan yang telah dikonsekrasikan itu memberikan kalian berkat dalam nama Tritunggal Mahakudus. Sebab itu, buatlah Tada Salib dengan hormat, seolah itulah yang terakhir dalam hidupmu.”

Saudara dan saudariku
Betapa banyak kita kehilangan kesempatan yang berharga untuk mengalami kasih Allah karena tidak mengikuti Ekaristi dengan baik.

Banyak orang juga menghindari misa pada hari Minggu dan Hari Raya karena alasan yang remeh.

Kita punya banyak waktu untuk belajar, bekerja, bermain, beristirahat tetapi tidak punya waktu setidaknya pada hari Minggu untuk ikut misa.

Setelah Berkat Penutup, Yesus meminta Catalina untuk tinggal sedikit lebih lama sesudah misa. Yesus berkata: “Janganlah bergegas pergi begitu Misa selesai, tinggallah beberapa saat bersama-Ku. Nikmatilah dan biarkanlah Aku menikmati kebersama denganmu.

Yesus: “Aku rindu menyelamatkan ciptaan-Ku, sebab saat pembukaan pintu surga telah diserapi dengan begitu banyak sakit…..Ingatlah bahwa bahkan tak seorang ibu pun pernah memberi makan anaknya dengan dagingnya sendiri. Aku telah melampaui tindakan kasih yang ekstrim itu demi menganugetahi jasa-jasa-Ku kepada kalian semua”

1 komentar:

Anonim mengatakan...

sangat baik pastor
trimaksih atas pengajarannya...
GBU

pratono_215@yahoo.com