C_Minggu Biasa ke 22 - 2010 Kerendahan hati

Ada sebuah kisah tentang Albert Einstein: Sebagai orang pintar dia seringkali diundang ke mana-mana untuk memberikan ceramah tentang teori baru yang ditemukannya, yaitu teori relativitas. Ke mana-mana dia selalu membawa seorang sopir. Setelah mendengar ceramah yang tentang pokok yang sama terus menerus, pada suatu hari sopirnya berkata: “saya yakin, saya sudah tau apa yang akan tuan jelaskan. Apa bisa kita menukar posisi. Saya jadi penceramah dan tuan menjadi sopir. Tuan bertindak seolah-olah sebagai sopir sedangkan saya sendiri akan bertidak sebagai seorang ahli”

Einstein ternyata tidak keberatan. Mereka ganti posisi. Ketika sang sopir berlagak ahli memasuki ruangan, semua orang berdiri untuk memberikan hormat. Selama ceramah berlangsung, dengan gampang ia menjelaskan teori relativitas Albert Einstein. Namun, ketika seorang pendengar menyampaikan sebuah pertanyaan, dia kewalahan. Untungnya, dia tidak kehilangan akal. Dengan dengan ia menjawab:, “Wah… pertanyaan anda itu terlalu sederhana bahkan sopir saja pun bisa menjawab pertanyaan itu”. Lalu ia mempersilakan Albert Einstein yang telah berlaku sebagai sopir menjawab pertanyaan itu.

Saudara dan saudariku
Bacaan-bacaan hari ini berbicara tentang kerendahan hati. Dalam bacaan pertama tadi dikatakan: “anakku, lakukanlah tugasmu dengan lembah lembut, maka engkau akan lebih disayangi daripada orang yang ramah-tamah.” Tertanya lemah lembut itu jauh lebih dihargai Tuhan daripada keramahan, karena orang bisa saja berpura-pura ramah. Lebih lanjut, dalam bacaan I tadi dikatakan: “Makin besar engkau, makin patut kaurendahkan dirimu, supaya mendapat rahmat di hadapan Tuhan.”

Sedangkan dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengkritik orang-orang Farisi yang ingin mencari tempat terhormat di dalam masyarakat.

Apa itu rendah hati? Dari akar katanya kerendahan hati dalam bahasa Inggris adalah ‘humility‘ berasal dari kata ‘humus‘ (Latin), artinya tanah/ bumi. Jadi, kerendahan hati maksudnya adalah menempatkan diri ‘membumi’ ke tanah.

Kerendahan hati adalah kebajikan yang paling mendasar dari semua kebajikan kristiani. Santo Agustinus bahkan mengatakan ada tiga jalan yang pasti membawa orang kepada Allah. Pertama, kerendahan hati. Kedua, kerendahan hati. Ketiga, kerendahan hati. Dengan cara ini, St. Agustinus menekankan pentingnya kerendahan hati untuk mencapai kesempurnaan rohani.

Dalam spiritualitas, kesempurnaan berarti kekudusan, sehingga untuk menjadi kudus, kita harus pertama-tama menjadi orang yang rendah hati. Kerendahan hati adalah dasar dari semua kebajikan yang lain, sebab tanpa kerendahan hati, kita tidak dapat sungguh-sungguh memiliki kebajikan-kebajikan yang lain. Kerendahan hati juga disebut sebagai ‘ibu’ dari semua kebajikan, sebab ia melahirkan ketaatan, takut akan Tuhan, dan penghormatan kepada-Nya, kesabaran, kesederhanaan, kelemah-lembutan dan damai.

Saudara dan saudariku
Saya tertarik dengan defenisi kerendahan hati yang diberikan oleh St. Theresia Avila. Dia berkata, rendah hati berarti hidup sesuai dengan kebenaran.

Kita dianjurkan untuk hidup sesuai kebenaran, di dalam relasi dengan Allah, dengan diri kita sendiri dan dengan sesama.

Dalam relasi dengan Allah, hal yang mesti kita sadari adalah bahwa kita adalah makluk ciptaan. Karena itu, hidup sesuai dengan kebenaran dalam relasi dengan Allah atau kerendahan hati dalam relasi dengan Allah berarti bersikap taat karena cinta kepada Allah.

Dalam relasi dengan diri sendiri, hidup dalam kebenaran atau bersikap rendah hati berarti tidak sombong atau berpura-pura menjadi apa yang bukan diri kita. Dalam kisah di atas tadi, sang sopir tidak bersikap rendah hati karena dia berpura-pura menjadi seorang Albert Einstein. Dia berpura-pura untuk menjadi bukan dirinya.

Sedangkan dalam relasi dengan sesama, hidup dalam kebenaran atau bersikap rendah hati berarti bersikap saling menghargai, ramah dan saling menerima satu sama lain. Jadi agar dapat mengasihi, kita harus rendah hati di dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan.

St. Ignatius mengajarkan sesuatu tentang kerendahan yang merupakan perjuangan bagi kita semua: Pertama, kerendahan hati di dalam pikiran adalah kita tidak boleh cemburu atau iri, jika orang lain dipuji, kita harus melihat kebaikan dalam diri orang lain, dan kita harus bergembira atas kebaikan dan kesuksesan orang lain.

Ada komentar orang seperti ini: “kenapa sih, Cor Unum kok exist banget?” Ya…mereka exist karena mereka mau terlibat dalam pelayanan, terutama membantu kami dalam seminar-seminar, rekoleksi atau retret. Anda tidak tahu bagaimana mereka sendiri jatuh bangun dalam mengikuti jadwal pelayanan dan tuntutan dari kami sendiri. “Kenapa sih, Cor Unum kok exist banget?” Bagi saya komentar semacam itu adalah muncul dari kesombongan diri yang tidak disadari. Kita harus selalu menyadari bahwa kita hanya semata-mata alat di tangan Tuhan, untuk memuji dan memuliakan Allah.

Kedua, kita tidak boleh bicara yang buruk tentang siapapun dan bicara yang baik-baik tentang diri sendiri, atau lebih tepatnya, sebaiknya kita membatasi pembicaraan tentang diri kita sendiri supaya kita tidak jatuh dalam perangkap kesombongan.

Ketiga, di dalam perbuatan kita harus mau mengambil tempat yang rendah/ tidak utama, dan tidak menginginkan untuk diperlakukan istimewa. Dalam segala sesuatu kita tidak mencari pujian, tetapi mencari bagaimana agar dapat melakukan sesuatu yang berguna, untuk kebaikan. Kita juga harus siap meminta maaf, untuk segala kesalahan yang kita lakukan, baik terhadap Tuhan dan orang lain, dan rajin untuk mengucap syukur untuk segala karunia yang Tuhan berikan kepada kita. Sikap seperti ini adalah sikap seorang pelayan, oleh karena itu, kerendahan hati menjadi dasar dari pelayanan Kristiani.

Saudara dan saudariku
Kerendahan hati adalah sebuah rahmat. Karena itu hendaknya kita memohon kepada Allah untuk itu. Selain itu di dalam kehidupan kita sehari-hari hendaknya kita juga belajar untuk bersikap rendah hati. Semakin banyak kita berlatih untuk bersikap rendah hati maka kita pun akan menjadi orang yang rendah hati.

Menurut mother Teresa, ada 14 cara yang bisa kita lakukan untuk memperoleh kerendahan hati:
1. Berbicara sedikit mungkin tentang diri sendiri.
2. Uruslah sendiri persoalan-persoalan pribadi, tidak perlu menceritakan ke orang lain untuk menunjukkan betapa beratnya persoalan pribadi kita.
3. Hindari rasa ingin tahu. Lebih baik menahan diri untuk bertanya dan memberikan pendapat kalau tidak ditanya.
4. Janganlah mencampuri urusan orang lain.
5. Terimalah pertentangan dengan gembira.
6. Jangan memusatkan perhatian kepada kesalahan orang lain.
7. Terimalah hinaan dan caci maki.
8. Terimalah perasaan tak diperhatikan, dilupakan dan dipandang rendah.
9. Mengalah terhadap kehendak orang lain.
10. Terimalah celaan walaupun anda tidak layak menerimanya
11. Bersikap sopan dan peka, sekalipun seseorang memancing amarah anda
12. Janganlah mencoba agar dikagumi dan dicintai. Termasuk kalau nama kita tidak disebutkan/ditulis dalam kepanityaan, padahal kerjanya paling sibuk.
13. Bersikap mengalah dalam perbedaan pendapat, walaupun anda yg benar.
14. Pilihlah selalu yang tersulit. Saat tidak ada orang yang bersedia mengerjakan sesuatu ,ambilah tanggung jawab tersebut.

Ke-14 cara yang dianjurkan ini, bukanlah cara yang mudah tetapi sangat sulit. Dengan itu kita sadar bahwa ternyata kerendahan hati adalah suatu kebajikan yang sulit untuk didapatkan. Benyamin Franklin, pernah menulis: “Salah satu keinginan terdalam manusia yang sulit di atasi adalah kesombongan diri. Walaupun saya berusaha untuk mengatasinya atau bahkan mematikannya, kesombongan diri itu tetap ada. Bahkan ketika saya yakin bahwa saya telah mengatasinya, tetapi bisa saja muncul dalam sikap kebanggaan atas sikap kerendahan hati yang saya miliki.”

Beberapa kutipan ayat kitab suci yang dapat membantu kita untuk merenungkan tentang pentingnya sikap rendah hati.

Maz 149: 4 "Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan."

1 Pet 5:5: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihi orang yang rendah hati”.

Fil 2:3 “dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
Kerendahan hati ini begitu penting bagi Allah, sehingga menempati urutan pertama dari Delapan Sabda Bahagia: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga “ (Mat 5:3).

Saudara dan saudariku
Apa yang dapat kita buat untuk mencapai kerendahan hati? Paling tidak langkah awal untuk mencapai kerendahan hati itu.

Menurut St. Franciskus de Sales, langkah pertama kerendahan hati adalah pemeriksaan batin yang baik. Jika kita rajin melakukannya setiap hari, latihan ini akan membimbing kita mencapai pengenalan diri sendiri, dan terutama, mengenal kesombongan diri kita.

Langkah kedua adalah meditasi. Meditasi merupakan sarana untuk mencapai pengenalan diri sendiri. Dengan merenungkan kematian kita, penghakiman terakhir, neraka, surga, dan kehidupan Yesus Penebus kita, kita akan sampai pada kesadaran akan siapa diri kita di hadapan Allah. Tips dari St. Franciskus: “Renungkanlah betapa besar kasih yang Tuhan sudah berikan kepadamu, dan berapa banyak dosa yang sudah engkau perbuat melawan Dia. Dan saat engkau menghitung dosamu, hitunglah juga belas kasihan-Nya!”

Langkah ketiga adalah melalui pertobatan. Melalui pertobatan yang terus menerus dan latihan-latihan rohani seperti ini, kita mengembangkan di dalam hati kita rasa benci akan kesombongan kita. Bersyukurlah, kita dapat selalu kembali kepada Tuhan melalui Sakramen Pengakuan Dosa.

Saudara dan saudariku
Inti dari kekristenan adalah berbuat baik kepada orang-orang lain dalam semangat kerendahan hati. Marilah kita sekali lagi mencamkan apa yang pernah Yesus katakan: ”Barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri akan ditinggikan (Luk 14:11). Amin.

Tidak ada komentar: