Sucakita Rohani

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Sukacita rohani semakin terasa dalam lubuk hatiku ketika aku usai ikut memberikan retret pengutusan bagi peserta Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) Paroki St. Monika Serpong. Banyak email dan sms yang aku terima dari peserta yang mensharingkan pengalaman akan kemahakusaan dan kebaikan Tuhan. Banyak orang mengalami perjumpaan dengan Tuhan melalui jamahan-Nya, melalui penyembuhan-Nya, melalui ketenangan rohani dalam “Resting in the Spirit/Istirahat di dalam Tuhan”, karunia berbahasa Roh. Aku selama ini termasuk seorang yang mencurigai pengalaman-pengalaman itu sebagai kebohongan dan kesintingan belaka. Tuhan sekarang mencelikkan mataku dengan memperbolehkan aku mengalami sendiri peristiwa-peristiwa ilahi itu. “Tuhan, ampunilah aku karena aku selama ini sok intelektual sehingga tidak mau mengakui bahwa Engkau sanggup melakukan karya-karya diluar pikiran manusia”, itulah kata-kata ungkapan pertobatanku.

Sharing akan anugerah ajaib dari Tuhan yang dituangkan dalam sms dari seorang ibu yang sudah tua dan sangat sederhana (yang tidak pernah mengikuti Persekutuan Doa Kharismatik) sungguh membuka mata imanku. Sharingnya sangat indah dan polos sehingga aku akan merasa berdosa kalau menganggapnya sebagai sebuah rekaan belaka. “Kasih setia-Mu yang kurasakan lebih tinggi dari langit biru. Kebaikan-Mu yang tlah Kaunyatakan lebih dalam dari lautan. Berkat-Mu yang telah kuterima, sempat membuatku terpesona. Apa yang tak pernah kupikirkan, itu yang Kausediakan bagiku. Siapakah aku ini Tuhan. Jadi biji mata-Mu. Dengan apakah kubalas Tuhan. Slain puji dan sembah Kau. Selamat pagi Romo. Saya adalah Elisabeth Is, pengikut retret KEP kemarin yang menerima nyala lilin yang pertama. Romo mencari siapa yang sudah disembuhkan ? Itulah saya Romo yang baru saya sadari jam tiga pagi waktu saya ke belakang sudah tidak ada lagi benjolan yang muncul dari perut saya. Sebetulnya kemarin saya sudah merasakan ada yang aneh di tubuh saya tapi saya kurang pasti . Maaf Romo atas iman saya yang kecil ini yang baru mengetahui kesembuhan saya dari sakit mioma (tumor di dalam perut) dari Tuhan. Semoga Romo Felix sudi kabarkan kabar gembira ini pada umat yang lain dan mohon berkatnya pula besok saya mau pulang ke Yogya. Saya tinggal di Paroki St. Yakobus Bantul dan setiap pagi saya bisa datang Misa tapi belum kenal sama romonya karena dia masih baru. Maafkan saya Romo karena sudah membiarkan Romo mencari saya padahal saya berdiri di samping Romo. Gbu (SMS 30 Agustus 2010 Pukul 5.27 pagi). SMS ibu Elisabeth tanggal 02 September 2010. Romo ini kabar baik. Terimakasih. Saya tidak akan meragukan lagi dengan apa yang terjadi dengan diri saya kemarin. Kemarin begitu saya sampai Bantul siang hari saya pergi ke Rumah Sakit Elisabeth Ganjuran periksa ke dokter Ana dan menyarankan agar saya mengimani apa yang terjadi pada diri saya dengan baik. Hari ini saya pergi ke dokter spesialis kandungan Rumah Sakit Ludiro Husodo dan dokter mengatakan posisi kandungan saya sudah baik. Amin. Tuhan memberkati.

Pengalaman-pengalaman rohani itu tentu mengubah hidup mereka, paling tidak mereka semakin dekat dengan Tuhan dan Tuhan pun hidup di dalam diri mereka. Aku pun semakin mencintai imamatku karena imamatku dianugerahkan Tuhan untuk menyatakan kebaikan-Nya. Imamat semakin bermakna di dalam hidupku.

Perubahan hidup berkat sukacita rohani ini mengingatkan aku akan perkataan Bunda Maria yang kelima : “Nak, mengapa Engkau berbuat demikian terhadap kami ? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau” (Lukas 2:48) dan Sabda Yesus yang kelima di Kalvari : “Aku haus!” (Yohanes 19:28). Pencarian Bunda Maria akan Yesus menggambarkan ciptaan mencari Tuhan. Sementara itu, peristiwa Tuhan Yesus mengalami kehausan di salib menunjukkan bahwa Penciptalah yang mencari manusia (Uskup Agung Fulton J. Sheen. Misteri Tujuh Sabda. Obor. Hlm. 68). Anugerah-anugerah ilahi dalam bentuk apapun merupakan sarana Tuhan mendapatkan jiwa-jiwa umat-Nya. Pertobatan dan kedekatan ciptaan dengan Sang Pencipta memuaskan dahaga Tuhan Yesus “Aku haus!”. Sapaan-sapaan Tuhan memuaskan kerinduan manusia akan Dia.

Aku sekarang tidak akan lagi meremehkan, apalagi melecehkan fenomena-fenomena ilahi yang dipercayai sebagai mujijat Tuhan. Aku lebih baik mensyukuri bahwa banyak umat masih mengalami tindakan-tindakan dasyat Tuhan daripada terjerumus dalam diskusi egois yang menguras energi. Yang penting Nama Tuhan semakin dimuliakan dengan semakin banyaknya orang mengenal dan mengalami kasih-Nya sehingga dapat mengasihi dan melayani Dia dalam diri sesama (Bdk. Kerry & Christ. One Month To Live. Andi. Yogyakarta. Hlm. 7). Satu hal yang aku yakini bahwa Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) merupakan salah satu sarana re-evangelisasi/penginjilan kembali yang efektif di dalam Gereja Katolik. Masalahnya : apakah kita semua mau direpotkan demi kemuliaan Tuhan dan anugerah sukacita rohani ? Jawabannya adalah tergantung pada refleksi yang dilakukan dengan rendah hati. Tuhan memberkati.


Bacaan Rohani

1. Kerry & Christ. One Month To Live. Andi. Yogyakarta. 2008.
2. Uskup Agung Fulton J. Sheen. Misteri Tujuh Sabda. Obor. Jakarta. 2008.

Tidak ada komentar: