Manisnya Pengampunan

Renungan Minggu Biasa ke 24 Tahun A
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Bacaan:
Sir 27:30 - 28:9
Roma 14:7-9
Matius 18: 21-35

Renungan:

Pengampunan mengingatkan kita akan lagu “Madu dan Racun” yang dinyanyikan oleh Arie Wibowo : “Madu di tangan kananmu, Racun di tangan kirimu, Aku tak tahu mana yang akan kau berikan padaku”. Madu adalah simbol manisnya pengampunan dan racun adalah lambang pahitnya kebencian. Mengampuni memang tidak mudah, apalagi mengampuni orang yang sama. Lebih mudah mengampuni seratus kali kepada orang yang berbeda daripada sepuluh kali kepada orang yang sama. Menyimpan kebencian berarti menyebarkan racun yang mematikan diri kita sendiri. Membuang kebencian mendatangkan kelegaan. Ilustrasi ini indah sekali.

Seorang ibu guru meminta murid-murid-Nya membawa satu kantong plastik dan kentang sejumlah orang yang dibencinya. Masing-masing kentang diberi nama berdasarkan orang yang dibencinya. Ada yang membawa kantong plastik berisi satu kentang, ada yang dua, ada yang tiga, bahkan ada yang lima. Murid-murid itu harus membawanya kemana saja mereka pergi selama satu minggu. Hari berganti hari, kentang-kentang itu mulai membusuk. Mereka mengeluh, apalagi yang membawa lima buah kentang, selain berat, baunya juga tidak sedap. Pada hari ketujuh semua murid merasa lega setelah membuang kantong plastik berisi kentang-kentang kebencian itu ke tempat sampah. Inti dari ceritera itu : tidak enak membawa kebencian dalam hidup kita. Menyimpan kebancian bisa menimbulkan penyakit. Tidak ada jalan lain agar kita mengalami kelegaan, yaitu melepaskan pengampunan kepada orang yang melakukan kesalahan kepada kita. Kemarahan yang disimpan adalah sampah dan racun bagi jiwa ! Karena itu, buanglah kemarahan dan lepaskanlah pengampunan bagi siapapun juga.

Ada sebuah kesaksian tentang pengampunan di antara suami dan istri dalam sebuah retret. Kesucian pernikahan mereka telah dinodai dengan perselingkuhan suami. Perselingkuhan sang suami dengan pembantu rumah tangganya sendiri tertangkap basah oleh istri. Hati sang istri terluka sekali. Tidak ada kata “maaf” sampai mati. .Ia mempertahankan perkawinannya ini hanya demi anak-anak yang membutuhkan “papi”, walaupun ia harus makan hati. Situasi rumah tangga sudah menjadi seperti api neraka. Pertengkaran terjadi setiap hari. Pertengkaran yang berakar dari kecurigaan. Istri tidak percaya lagi dengan suami. Suami diam-diam memata-matai istri. Ia takut istrinya membalas perbuatannya selama ini. Setiap malam ia memeriksa handphone istri untuk melihat apakah ada kata-kata “romantis” dari pria lain yang mengungkapkan “jatuh hati”. Kecurigaan telah melenyapkan kenyamanan hati suami dan istri. Dalam doa pemulihan dan adorasi, mereka merasakan sebungkah es pelan-pelan melelehi hati. Air mata pun tertumpah di pipi. Mereka saling memandang, tetapi tidak ada yang berani mengatakan “maaf” karena gengsi. Getaran handphone yang hampir bersamaan di dalam saku celana mereka telah mengubah keadaaan. Tak terduga getaran handphone itu berisi SMS dari puterinya yang berumur tujuh tahun : “Papi dan mami, jangan lupa besok ulang tahunku ! Aku tak mau tas baru sebagai hadiah ulang tahunku. Janji ya….. sebagai hadiah ulang tahunku adalah papi dan mami tidak boleh bertengkar lagi !”. SMS dari anak kecilnya ini mampu membuat mereka tersenyum. Senyuman membawa mereka pada pembaharuan janji pernikahan. Janji pernikahan membuat mereka berjalan sambil berangkulan dengan meninggalkan aku bengong sendirian di kamar makan ha…. ha…..ha….

Yesus mengatakan kepada Petrus bahwa ia harus mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali. Pengampunan bukan sekedar jumlah atau sekedar melupakan kesalahan. Pengampunan merupakan panggilan untuk menghadirkan kerajaan Allah. Menghadirkan Kerajaan Allah berarti menghadirkan belaskasihan Allah yang tak terhingga kepada umat-Nya. Dengan mengampuni, kita memperoleh kedamaian di hati karena terlepaskan dari belenggu balas dendam, kemarahan, dan kebencian. Pengampunan tidak pernah rugi. Menyimpan kesalahan membikin sakit hati, batin tertekan, perasaan tidak nyaman, muka muram, dan senyuman menjadi hambar. Pengampunan akan memulihkan perasaan tidak nyaman menjadi menyenangkan. Trauma pun akan hilang. “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian” (Kolese 3:13). Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar: