Mengampuni berarti menyembuhkan diri sendiri

Renungan Minggu Biasa XXIV – Tahun A
Oleh Pastor Tonny Blikon, SS.CC

Bacaan:
Sir 27:30 - 28:9
Roma 14:7-9
Matius 18: 21-35

Renungan:

Saudara dan saudariku
Dalam cerita silat, salah satu tema yang menonjol adalah balas dendam. Sebuah kalimat yang seringkali muncul adalah: "Aku akan mati dengan tenang sesudah dendamku usai terbalas."

Inilah yang seringkali terjadi dalam kehidupan ini. Banyak orang berpegang pada kebencian, mereka menimbun rasa dendam terhadap orang yang menyakiti mereka dan suatu hari nanti mereka akan membalasnya. Namun yang sebenarnya adalah: jika kita tidak mengampuni orang maka kita sedang menghukum dalam diri kita sendiri. Tidak mengampuni merupakan penghalang bagi kita untuk merasa damai. Kita harus menyingkirkan penghalang itu, membuka lebar pintu dan memberikan pengampunan kepada orang. Di saat hati terbuka maka kita dapat melepaskan sakit hati, penderitaan dan memberikan kesembuhan.

Dalam Injil hari ini, Petrus bertanya kepada Yesus : "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Jawab Yesus : "Sampai tujuh puluh kali tujuh kali." Mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali artinya mengampuni secara tuntas, tanpa bekas.

Ini pengajaran yang bagus, tetapi sulit untuk dilaksanakan karena memberikan pengampunan tidak semudah membalikan telapak tangan. Banyak orang berkata, "Aku tidak memaafkan dia, hatiku sudah terlanjur sakit. Kok enak, dia sudah berbuat jahat dan menyakiti aku, kok saya yang harus mengampuni dia?" Harus kita akui bahwa hal mengampuni ini memang hal yang tidak mudah untuk dilakukan, terlebih lagi jika orang yang menyakiti dan berbuat jahat kepada kita adalah orang-orang terdekat atau orang yang kita kasihi. Tetapi sebetulnya jika kita mengampuni maka kita berada pada posisi sebagai pemenang.

Saya punya suatu film yang bagus sekali, ”Karol: a Man who became Pope.” Film ini dibuat oleh para actor-aktris Polandia dalam rangka penghormatan bagi salah seorang pemimpin terbaik kereja, bahkan salah seorang pemimpin dunia terbaik, yang banyak kita kenal keteladanan pribadinya: Paus Yohanes Paulus II.

Dikisahkan bahwa ketika masih sebagai dosen di sebuah universitas di Polandia, Karol mempunyai seorang mahasiswa yang sangat dekat dengannya yang bernama. Karol tidak menyadari atau mencurigai bahwa sebenarnya mahasiswa itu adalah mata-mata yang dikirim oleh Parta Komunis yang berkuasa saat itu. Adam menyamar sebagai mahasiswa dan bersahabat dengan Karol dengan maksud mencari kesalahan-kesalahan yang bisa dipakai untuk menangkap Karol.

Dalam film itu, terlihat bahwa Adam Zielinski memasang alat rekam suara di mana-mana bahkan sampai di ruang pengakuan. Namun sepanjang pengamatannya, Adam tidak menemukan hal-hal subversif yang dilakukan oleh Karol Woytila sebagai bukti untuk menangkapnya. Yang terjadi justru sebaliknya. Ia makin mengenal Karol Woytila sebagai seorang hamba Tuhan yang sungguh mendedikasikan hidupnya bagi Tuhan, bangsa dan negaranya. Adam sendiri tidak tahan mendengar penderitaan orang yang datang berkonsultasi. Dia akhirnya mengakui dan meminta maaf di hadapan gurunya itu.

Melihat dan mendengar pengakuan Adam Zielinski yang mengakui kesalahannya dengan menyesal dan hancur hati, Karol Woytila mengatakan: ’if you made mistakes, you already paid for them’, maksudnya, penyesalannya yang diungkapkan itu sudah cukup untuk membayar kesalahannya. Karol Wojtyla, dengan gampang sekali mengampuninya, ia sama sekali tidak bertanya mengapa ia melakukan perbuatan jahat kepadanya, apa latar belakangnya, ataupun jengkel, marah dan dendam. Adam Zielinski tak pernah menduga bahwa ia mendapatkan maaf dan ampun dari gurunya segampang itu, padahal dialah yang selama ini menyebabkan gurunya itu menderita kesulitan akibat tekanan-tekanan partai komunis. Mengapa Karol Wojtyla begitu mudah mengampuninya? Sebab, harga dari jiwa yang menyesal itu lebih mahal, dan rasa dendam sama sekali tidak sebanding dengan indahnya pertobatan.

Saudara dan saudariku
Di saat hati terbuka untuk mau mengampuni maka kita dapat melepaskan sakit hati, penderitaan dan memberikan kesembuhan. Bila kita bisa mengampuni dengan tuntas maka yang kita dapatkan adalah kesembuhan dalam jiwa kita, bebas dari marah, benci, dendam dan tentu saja berkat Tuhan untuk kita tidak terhalang. Pertumbuhan hidup rohani sangat erat terkait dengan kesediaan untuk mengampuni. Bila seseorang tidak mampu atau tidak mau mengampuni orang yang bersalah dengannya itu berarti dia menutup kesempatan bagi rohaninya untuk bertumbuh. Jadi, kalau mau bertumbuh maka belajarlah untuk mengampuni.

Kesaksian:
Saya adalah seorang biarawati dari tarekat CB yang berkarya di Kupang NTB, nama saya Suster Marietha, CB (umur 37 tahun). Tiga tahun yang lalu saya divonis oleh dokter di RS Panti Rapih Jogja bahwa saya menderita Kanker Payudara stadium 1B. Selama 1 tahun lebih saya berusaha minum obat-obatan tradisionil dan teh hijau, tapi setelah 1 tahun saya check kembali ke dokter di Panti Rapih, stadium bertambah menjadi 2B, kemudian oleh seorang ibu di Semarang, saya dianjurkan ke Romo Yohanes Indrakusuma, O Carm di Cikanyere, Puncak, Jawa Barat untuk didoakan.

Pada waktu tangan Romo Yohanes menumpangkan tangan di atas kepala saya,dia berkata: "Suster pasti menyimpan dendam yang sudah lama kepada seseorang di hati suster."

Mendengar itu saya menangis tersedu-sedu dan saya katakan kepada romo: "Benar romo, saya memang membenci ayah saya sejak saya di SMP, karena ayah saya telah mengkhianati ibu, 2 kakak saya dan saya. Kami diusir dari rumah kami, kemudian ayah dan seorang wanita menempati rumah yang sudah bertahun-tahun kami tempati itu. Sejak saat itu ibu saya sakit-sakitan dan akhirnya meninggalkan kami selama-lamanya. Dan sejak itu saya memendam kebencian terhadap ayah."

Setelah mendengarkan cerita saya, Romo Yohanes berkata: "Ya, itulah BIANG dari penyakit suster, selama suster tidak mau mengampuni ayah, obat apapun tidak akan menyembuhkan suster. Dan mengampuni bukan hanya dengan kata-kata tapi harus dibuktikan dengan perbuatan."

Setelah itu saya minta ijin cuti selam 6 bulan pada suster provinciaL CB untuk menengok dan merawat ayah, karena saya dengar dari saudara ayah kalau ayah terkena stroke. Selama 6 bulan itu saya merawat ayah dengan cinta kasih yang tulus. Selama bersama ayah saya tidak minum obat apapun.

Setelah selesai masa cuti, sebelum kembali ke Kupang, saya ke RS Panti Rapih di Jogja untuk check up, dokter yang merawat saya sangat heran dan bertanya: "Suster minum obat apa selama ini?" Saya jawab kalau tidak minum apa2, dan saya balik bertanya ada apa dokter?

Dokter menjawab dari hasil pemeriksaan, baik darah maupun USG semuanya NEGATIVE. Langsung saya jawab obatnya PENGAMPUNAN. Dokter heran dan bertanya apa maksud suster? Saya ceritakan semuanya, kemudian dokter berkata wah kalau begitu kepada pasien-pasien saya yang menderita kanker, saya akan bertanya apakah anda punya perasaan dendam atau benci terhadap seseorang. Kalau jawabannya ya, saya akan suruh berdamai dan memberikan pengampunan seperti suster, sambil tertawa si dokter menepuk pundak saya.

Demikianlah pengalaman yang saya alami bisa dibagikan kepada saudara-saudari semua, bahwa PENGAMPUNAN itu sangat besar faedahnya, tidak hanya untuk jasmani tapi juga rohani kita. (kisah Sr. Marietha, CB di sharingkan via Timothy Wibowo)

Saudara dan saudariku.
Marilah kita semua berlutut dan berdoa mohon rahmat pengampunan. Kita bisa berdoa bagi diri kita sendiri, juga bagi orang lain yang kita tahu bahwa sampai saat ini masih sulit untuk mengampuni.

Meditasi (Music)
Bayangkan segala sakti hati, dendam yang masih mempengaruhimu sampai saat ini. Bayangkan juga wajah orang yang telah menyakitimu itu. Dia datang kepadamu untuk meminta maaf.

Dari dalam dirimu sadarilah bahwa tidak ada gunanya menyimpan rasa sakit hati. Dengan mengampuni maka hidup jadi lebih ringan. Mintalah rahmat dari Tuhan: rahmat untuk mengampuni.

Hayatilah perasaan yang terluka dan berduka itu. Yesus berjanji: Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.

Ingatlah bagaimana Allah telah mengampuni Anda. Dalam imaginasimu…pandanglah salib Kristus, hampirilah salib itu. Anda akan mendapat keadilan dan kekuatan.

Mintalah karunia dan kuasa untuk mengampuni. Mungkin batin kita berontak, ’Aku tidak mungkin mengampuninya” – tidak apa-apa. Ceritakan saja pada Yesus. Dia pasti bisa mengerti.

Dari atas salib, Yesus telah mengajar kita sebuah doa yang sangat indah: ”Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan” – jadikanlah doa ini sebagai doamu saat ini.

Lagu: Mengampuni lebih sungguh.

Mengasihi, mengasihi lebih sungguh (2x)
Tuhan lebih dulu mengasihi kepadaku
Mengasihi, mengasihi lebih sungguh.

Melayani, melayani lebih sungguh (2x)
Tuhan lebih dulu melayani kepadaku
Melayani, melayani lebih sungguh.

Mengampuni, mengampuni lebih sungguh (2x)
Tuhan lebih dulu mengampuni kepadaku
Mengampuni, mengampuni lebih sungguh.

Tidak ada komentar: