Tuhan mendengarkan

Sharing pastoral oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC.

“Romo, doakan aku supaya aku tidak menjadi anak nakal”, pinta seorang anak kecil, berusia tiga tahun, dengan polosnya. Ketika aku mendoakannya, ia mengikutinya dengan khusyuknya. Ia memejamkan matanya dan melipatkan kedua telapak tangannya di dada seperti gambar seorang kudus yang dipajang di dinding rumah-rumah orang beriman. “Tanda Salib” yang diterima di dahinya membuatnya sangat bahagia. Ia kemudian berlari sambil menari-nari menuju ibunya. Kepolosan seorang anak sering mengundang kerinduan untuk hidup di dalam kesucian.

Ibunya mensharingkan pengalaman imannya tentang kelahiran anaknya. Anaknya ini merupakan anugerah dari doa novenanya yang sangat panjang, selama empat tahun lamanya. Kehamilannya membuatnya sangat bahagia. Impiannya menjadi kenyataan. Ia menjaga kandungannya dengan baik agar bayinya lahir dengan selamat. Ia sudah sering bermimpi menggendong bayinya dengan bangga. Panggilan kepadanya “mama” menjadi kerinduannya. Kerinduannya hampir sirna karena kecelakaan lalu lintas. Ia jatuh dari sepeda motor ketika akan menuju gereja untuk mengikuti Misa. Ia mengalami pendarahan yang hebat. Bayi dalam kendungannya dalam keadaan bahaya. Secara medis bayi itu akan meninggal dunia beberapa hari kemudian. Banyak orang menyarankannya agar membersihkan kandungannya demi keselamatan nyawanya. Ia menampung semua saran manusia, tetapi ia percaya bahwa Tuhan mampu melakukan sesuatu di luar logika manusia. “Bagi orang beriman tidak ada istilah menyerah dengan keadaaan walaupun solusi tampaknya tidak ada”, katanya penuh keyakinan. Ia yakin bahwa anaknya akan selamat ketika ibunya menyelimutinya dengan doa. Ia pun rela menjalani bed rest selama enam bulan demi bayinya. Ia rela melepaskan karir dalam pekerjaan yang telah dirintis dan dicita-citakannya sejak kuliah. Semuanya rela dikorbankannya, bahkan nyawanya demi keselamatan bayi yang berada dalam kandungannya. Ia menderita bukan karena tubuhnya yang kaku karena tidak bergerak sangat lama, tetapi karena kekuatiran yang dibisikkan oleh setan jahanam. Ia kadang-kadang kuatir bahwa anaknya belum tentu hidup dan mungkin lahir cacat. Kekuatiran itu menggodainya untuk mengambil keputusan menurut pertimbangan ekonomis, untung rugi, dalam kaca mata manusia. Semakin ia menggunakan pertimbangan manusia, ia semakin gelisah. Ia pun berputar arah. Ia tidak lagi memusatkan diri pada kekuatiran, tetapi kepada Tuhan, Sang Pencipta Kehidupan. Ketika kekuatiran datang, ia akan berdoa : “Tuhan, nyawaku dan nyawa bayi di dalam kandunganku adalah satu. Aku akan menjaganya. Aku serahkan diriku dan bayiku dalam kebijaksanaan-Mu. Terpujilah nama-Mu kini dan sepanjang masa”. Doa itu memberikan ketenangan yang mendalam kepadanya. Ia mengalami bahwa Tuhan semakin dekat dengannya. Ia berhasil menjadikan kekuatiran dan kecemasannya sebagai doanya kepada Tuhan. Tuhan memenuhi janjinya. Ia melahirkan dengan lancar dan normal. Ia tidak merasakan sakit sama sekali ketika melahirkan. Peristiwa ini diyakininya sebagai hadiah dari Tuhan atas kerelaannya menanggung penderitaan yang cukup lama dengan iman. Bayinya lahir dengan sempurna. Bayi ini sangat antusias dengan hal-hal spiritual. Tangan bayi ini akan melambai-lambai kegirangan pada waktu diperdengarkan musik-musik rohani. Sekarang ia tidak bisa tidur kalau belum berdoa bersama. Keluarganya pun semakin akrab satu sama lain. “Semoga anakku terus menjadi pujian bagi Tuhan”, harapnya dengan penuh kebanggaan.

Tuhan memintaku untuk menghadirkan kuasa-Nya dengan tak jemu-jemunya berdoa. Tuhan berjanji akan mendengarkan doa anaknya : “Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya” (Mazmur 18:7). Tuhan memperhatikan doa yang dipanjatkan dengan tak henti-hentinya, dari hati yang jujur, dan dengan penuh iman : “Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin” (Yakobus 1:6). Pesannya : “Jangan puas hanya titip doa kepada orang yang dianggap luar biasa, tetapi yakinlah bahwa doa anda akan penuh kuasa yang membawa pembaharuan. Jangan banyak bicara kepada manusia karena hanya akan menambah masalah, tetapi banyak bicaralah kepada Tuhan karena akan memberikan banyak berkat”. Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar: