Curhat kepada Tuhan

Refleksi Pastoral
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

“Jumat kelabu”, kataku. Sore itu batinku sudah siap untuk merayakan Misa di salah satu lingkungan di Balaraja. Konsentrasiku menjadi berantakan karena menerima telefon dari seorang ibu : “Romo, tolong datang segera ke lingkungan kami karena seorang anak muda meninggal dunia. Ia meninggal dunia karena kecelakaan dan akan dimakamkan malam ini juga”. Setelah mendapatkan pengganti misa lingkungan, aku meluncur ke rumah duka (rumahnya sendiri). Perjalanan satu setengah jam lamanya sungguh melelahkan. Karena paniknya, aku menerabas lubang-lubang jalanan, sedalam kubangan kerbau. Mobilku pun tergoncang-goncang seperti kapal dihempas ombak di tengah lautan.

Aku terpana melihat air mata kesedihan orang tuanya atas kepergian anaknya yang berusia tiga belas tahun. Anaknya meninggal dunia karena kecelakaan tragis yang berakar dari kemiskinan. Sang ayah bekerja sebagai cleaning service. Gajinya pasti tidak cukup untuk menghidupi ketiga anaknya. Ia sering masih sulit memenuhi kebutuhan pokok, seperti makanan, bagi keluarganya. Anaknya itu harus menempuh jarak berkilo-kilo meter jauhnya untuk pergi ke sekolah. Untuk mengirit biaya transportasi, anak itu mencoba menumpang truk bak terbuka ketika pulang sekolah. Ketika mencoba naik ke bak truk itu, ia terpeleset dan jatuh sehingga tubuhnya terlindas ban kendaraan tersebut. Ia meninggal saat itu juga. Perasaan bersalah dan kehilangan menghantam orangtuanya. Mereka berkali-kali menangis sambil memegangi jenasah anaknya di peti jenasah yang diletakkan di lantai di rumahnya yang kecil dan sederhana. Mereka tidak mempunyai bangku untuk meletakkan jenasah anaknya. Tenggorokanku seakan-akan tersumbat mendengarkan isak tangis mereka sehingga aku tidak mampu mengeluarkan kata dalam homili. Setelah Misa berakhir, aku duduk bersama orang tuanya dan saudara-saudarinya di depan jenasahnya. Aku memegang kedua bahu kedua orangtuanya dan bersama-sama memasangkan sebuah rosario di tangan anaknya itu. Tangisan mereka reda karena merasa ada penghiburan rohani bahwa anaknya pasti masuk surga. Sebelum jenasahnya diberangkatkan ke tempat peristirahatannya, ibunya mengatakan : “Aku tidak tahu apa yang Tuhan mau dengan kejadian ini. Akan tetapi, aku yakin pada saatnya akan dibukakan Tuhan bagiku”.

Kehidupan semakin hari semakin sulit dan menegangkan. “Masihkan kasih Tuhan dapat dikatakan di tengah kejadian-kejadian tragis manusia”, tanyaku. Jawabannya : aku harus berani menghidupkan imanku di tengah kesesakan hidup. Aku tidak akan membatasi kuasa Tuhan. Kesesakan merupakan jalan untuk mengerti kuasa-Nya. Kuasa Tuhan jauh lebih besar daripada kuasa lainnya. Tuhan dapat meredakan kesesakan hidup dalam sekejap, tetapi ia mengijinkannya terjadi agar aku belajar bersikap tenang ditengah ombak penderitaan. Tuhan memberikan kesempatan kepadaku untuk berjalan bersama Yesus di atas ombak-ombak kesesakan agar mencapai kemenangan atasnya. Di dalam penderitaan ada kekuatan yang tersembunyi yang mulai bergejolak. Kekuatan itu adalah kekuatan iman yang tertuju kepada Tuhan Yesus. Tanpa penderitaan, pengalaman akan kemenangan tidak akan pernah terjadi. Justru dalam penderitaan itulah iman akan Tuhan terbentuk. Penderitaan merupakan sebuah pengajaran untuk berdoa secara serius kepada Tuhan. Penderitaan membuat berani curhat kepada Tuhan. Penderitaan menjadi dorongan untuk mencurahkan isi hati kepada Tuhan. Focus kepada Tuhan memberikan kemenangan atas masalah.

Orang yang telah mencapai kemenangan akan berbagi kehidupan. Membagikan beras ataupun memasak makanan bagi orang-orang yang berkekurangan merupakan jalan yang aku tempuh untuk membagikan kehidupan itu. Berkat yang diterima akan membuat banyak orang akan bersorak “Halleluya” karena merasakan kebaikan Tuhan. Pengalaman akan kebaikan Tuhan akan membuat orang tidak menyerah terhadap persoalan yang menelikungnya. “Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemulian-Nya” (1 Petrus 4:13). Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar: