Juruselamat telah lahir bagi kita

Renungan Malam Natal_2011
by Tonny Blikon, SS.CC

”Bangsa yang berjalan dalam telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.”

Saudara dan saudarku…
Natal berarti merayakan anugerah Allah. Anugerah apa itu? Yakni Yesus Kristus, Juruselamat kita. Dialah anugerah allah. Dia telah menyerahkan diri-Nya untuk membebaskan kita dari segala kejahatan. Bukan itu saja. Yesus datang untuk membentuk kita menjadi satu umat, satu persaudaraan di dalam Dia. Dia datang menyelamatkan umat manusia.

Lantas, apa artinya anugerah ini bagi kita yang percaya? Berarti anugerah Allah yang kita rayakan pada malam hari ini harus mendidik kita untuk hidup bijaksana, adil, dan peduli terhadap dunia ini.

Tema natal kali ini adalah: “Bangsa yang berjalan dalam kegelapan, telah melihat terang yang besar” – kegelapan yang dimaksudkan adalah kegelapan nurani, yang mengakibatkan kerusakan masyarakat dan dunia. Dalam hal ini, kerusakan bumi adalah salah satu tanda dari kegelapan bangsa itu.

Bumi sudah rusak. Karena kegelapan nurani manusia. Perintah kepada manusia untuk ‘menguasai’ alam dirafsirkan berlebihan, karena lupa untuk menjada dan memeliharanya. Hutan rusak, sungai kotor, bumi yang panas dan lubang ozon yang bolong mengancam manusia sendiri, adalah contoh dari tanda-tanda kegelapan itu.

Ketidakpedulian pada lingkungan adalah dosa ekologis. Karena itu, sangat bisa dimengerti kalau kedatangan Yesus kecil pun membawa terang untuk memperbaiki sikap manusia juga terhadap alam ini. Dengan kata lain, Yesus pun mengajak untuk melakukan pertobatan ekologis, melalui kepedulian kecil yang kita lakukan terhadap alam pula. Yesus datang bukan hanya untuk kebaikan umat manusia, melainkan juga alam seluruhnya, yang nota-bene adalah ciptaan Bapa-Nya. Dulu, semua diciptakan ‘baik adanya,’ tetapi, sekarang ini dunia sudah tidak seindah warna aslinya. Kita diajak untuk kembali menciptakan kebaikan alam itu.

Saudara dan saudariku
Kalau kita lihat, kandang natal tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kandang ini sangat sederhana terbuat dari sampah. Kelahiran Yesus di tengah bumi yang penuh dengan sampah ini merupakan kesadaran ekosistem dari Allah.

Dengan kata lain, Yesus pun mengajak untuk melakukan pertobatan ekologis, melalui kepedulian kecil yang kita lakukan terhadap alam pula. Yesus datang bukan hanya untuk kebaikan umat manusia, melainkan juga alam seluruhnya, yang nota-bene adalah ciptaan Bapa-Nya. Dulu, semua diciptakan ‘baik adanya,’ tetapi, sekarang ini dunia sudah tidak seindah warna aslinya. Kita diajak untuk kembali menciptakan kebaikan alam itu.

Saudara dan saudariku
Saya teringat akan sebuah puisi yang ditulis ketika masih di seminari menengah, pada menjelang suatu perayaan Natal:

TITIPAN DI HARI NATAL

Gerimis panjang menghalau kemarau
Tunas-tunas tumbuh di bulan Desember
Bersama kedamaian awal musim yang merayapi bumi
Ingin kutitipkan: Salam Damai Natal untukmu

Sepi berbunga di bumi
Alam berpesta
Langit mengubah pujian
Atas nama keadilan Tuhan
Malam-malam gerimis pun memberkah
Melipur bumi yang dahaga

Damai bertahta di hati insani
Atas nama kasih sayang
Menyibak keraguan di pucuk kemarau yang lelah
Mengertilah bumi....
Allah itu kasih
Istana sejuta pengertian

Niatkan lagi sulur rindumu ke langit
Alirkan sungai iman
Tinggalkan kemarau musim kemarin
Alpahkan tunas-tunas yang kandas menjenguk langit
Lepaskan rindu yang meranggas patah

Ulurkanlah hatimu sahabat
Nyanyikan kembali kidung penyerahan
Tuangkan harapan
Untuk satu kelahiran baru
Karena Ia telah datang
Menabur hujan berkah
Untukmu yang tengadah rindu
Di bumi pengharapan.


Nah, hari-hari ini, ketika merenungkan teman natal dan anjuran Bapak uskup tahun ini tentang membangun kesadaran ekosistem, saya teringat kembali coretan itu. Saya coba membaca lagi dan bertanya dalam hati: masih relevankah kalimat-kalimat itu? Misalnya kalimat awal dari puisi tadi:

Gerimis panjang menghalau kemarau
Tunas-tunas tumbuh di bulan Desember
Bersama kedamaian awal musim yang merayapi bumi
Ingin kutitipkan: Salam Damai Natal untukmu
Sepi berbunga di bumi
Alam berpesta....


Kalau sekarang, mungkin kalimat itu harus berbunyi:
“Gerimis panjang mendatangkan kekuatiran
sebab banjir bakal terjadi di mana-mana.
Orang-orang Jakarta kuatir jika datang musim hujan.
Tidak ada lagi kedamaian
Saat ini, alam pun menangis karena kekeringan.


Saudara dan saudariku
Perayaan natal hendaknya memberikan kepada kita kesadaran baru akan kasih Allah. Kesadaran ini mencapai suatu tingkatanan yang sangat tinggi dalam diri Santo Paulus sebagaimana ia tulis dalam Rm 8:31-37 :

“Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”

Kasih Allah itu sudah nyata dalam diri Tuhan kita Yesus Kristu yang menyerahkan diri-Nya untuk menyelamatkan semua manusia dan segenap ciptaan ini.

Pertanyaannya: percayakah anda sungguh-sungguh akan kasih Allah ini? Jika kita sungguh percaya, maka kita harus menyerahkan diri bagi sesama dan terdorong untuk meninggalkan keinginan-keinginan duniawi kita. Jika kita sungguh percaya, maka kita harus meninggalkan manusia lama kita dan mulai hidup secara baru. Cara hidup baru bisa kita mulai dengan hal yang kecil misalnya menghargai alam. Taruhlah sampah, jadikan berkah.

Nah, selamat Natal. Tuhan sungguh mencintai Anda, maka mari kita tebarkan juga cinta ini pada sesama dan dunia sekitar kita, termasuk hewan, tanaman, udara, air, tanah, dan, juga sampah! Mereka layak mendapatkan limpahan rahmat penebusan melalui tangan-tangan kita!

Tidak ada komentar: