Natal dan Ekaristi

Renungan berdasarkan bacaan misa pagi Hari Raya Natal
oleh Pastor Tony Blikon, SS.CC

Bacaan Misa Pagi
Yes 52:7-10 Ibrani 1:1-6 Yoh 1:1-18

Saudara dan saudariku
Setelah menjalani masa persiapan selama 4 minggu dengan berbagai bacam kesibukan: pendalaman iman advent, latihan koor, rapat-rapat panitia natal, pada akhirnya kita kini merayakan natal di gereja paroki kita.

Hari-hari ini kalau kita jalan ke mall, banyak toko menawarkan discount. Kalau kita nonton TV, juga pasti menyajikan acara-acara natal. Semuanya itu mencoba untuk memberikan kegembiraan natal kepada kita. Atau saya yakin bahwa ada dari antara kalian yang siang tadi mungkin makan bersama keluarga untuk merayakan kegembiraan natal. Semua itu baik! Saya harap bahwa semua kalian mengalami kebahagiaan pada natal kali ini. Tetapi ada suatu kebahagiaan yang jauh lebih dalam yang hendaknya kita rasakan juga pada natal kali ini. Apa itu? Bahwa Allah mencintai kita dengan cara yang sangat khusus dan Ia juga menghendaki agar kita membalas kasih-Nya itu dengan cara yang khusus pula. Cinta Allah yang khusus dan istimewa itu nampak dalam pengutusan Sabda-Nya ke bumi untuk tinggal bersama dengan kita. Sabda Allah menjadi manusia dan tinggal di antara kita.

Saudara dan saudariku.
Berdasarkan bacaan Injil hari ini saya coba membangun homili ini dengan tema Natal dan Ekaristi. Dalam konteks perayaan Ekaristi saya membayangkan begini: Saat ini – mulai dari awal ekaristi sampai dengan liturgy sabda - kita seakan berada bersama Maria dan Yosep di dalam gereja ini dan beberapa saat lagi yaitu dalam komuni kudus nanti, Yesus Putera Allah akan datang kepada kita. Ia lahir kembali bagi kita.

Kalau dulu Yesus Putera Allah datang kepada kita melalui seorang wanita Yahudi. Bapa pengasuhnya adalah seorang tukang kayu. Ia lahir di dalam kandang Bethlehen dan para gembala serta kambing domba adalah saksi dari peristiwa agung itu. Dalam bayi mungil Bethlehem, Allah datang dengan cara yang tersembunyi di dalam malam yang sepi di pada Ephrata. Tetapi hari ini di dalam ekaristi, jauh di dalam lubuk hati dan jiwa kita, Yesus datang sekali lagi kepada kita, tersamar dalam rupa roti dan anggur.

Saudara dan saudariku
Cara Allah mendatangi manusia selalu terselubung oleh misteri. Kalau dulu, Allah mendatangi umat manusia – terselubung dalam misteri penjelmaan Putera-Nya yang lahir dalam kandang Bethlehem, dan saat ini sekali lagi dalam cara yang tersembunyi Allah ingin memberikan dirinya kepada kita – terselubung dalam rupa roti dan anggur. Dan sudah selama 2000 tahun lebih Allah terus mendatangi kita dengan cara seperti ini. Dalam setiap perayaan ekaristi, Allah berulangkali datang kepada kita dengan cara yang sederhana. O…betapa menakjubkan misteri yang akan kita rayakan nanti.

Saudara dan saudariku
Kedatangan Yesus telah mengubah segalanya. Kedatangan Yesus mengubah hidup manusia menjadi hidup ilahi. Allah menyatakan diri dan cinta-Nya di dalam kemanusiaan kita. Dalam ekaristi nanti, dalam roti dan anggur yang telah disucikan oleh Roh Kudus – dalam apa yang kelihatan, Allah kembali masuk ke dalam kita ciptaan-Nya.

Sebelum kelahiran dan kematian Yesus, kehidupan manusia ini adalah suatu kehampaan. Yang ada hanyalah kegelapan akibat dosa. Dalam Injil tadi dikatakan: “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunai tidak mengenal-Nya” Bagi Yohanes, kata ‘dunia’ mengacu pada tempat beradanya kekuatan-kekuatan gelap yang melawan kehadiran Ilahi. Ke tempat seperti inilah terang ilahi tadi bersinar dan terangnya tak dikalahkan oleh kekuatan-kekuatan gelap.

Namun berkat kelahiran dan kematian Yesus, hidup manusia mendapat jaminan keselamatan kekal. Sebelum kelahiran Yesus, orang melihat Allah sebagai Dia yang jauh dan menggetarkan tetapi sekarang setelah kelahiran Yesus, Allah menjadi dekat dan menjadi bagian dari diri kita. Inilah suatu kabar sukacita yang pantas kita renungkan selalu.

Saudara dan saudariku
Hal menarik lainnya yang patut kita renungkan pada peristiwa ini adalah dengan kedatangan Yesus, kekudusan bukanlah menjadi sebuah ide yang jauh, menggetarkan dan sekaligus menakutkan tetapi kekudusan itu kini berada di dalam hati kita. Allah memberkati kita dengan daya ilahi-Nya. Nah…tugas kita adalah menjaga agar keilahian itu tidak dinodai. Tugas kita adalah terus membersihkan diri dari noda dosa supaya jati diri kita yang sebenarnya itu dapat terungkap dengan jelas. Jati diri sebagaimana Allah lihat di dalam diri kita, jati diri dalam mana Allah memanggil kita secara pribadi dengan nama kita sendiri. Dan hal ini tidak bisa kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri melainkan kita harus bekerja sama dengan rahmat Allah.

Saudara dan saudariku
Pada bagian awal tadi saya mengatakan: Allah telah mencintai kita dengan cara yang unik dan khusus serta mengharapkan agar kita pun membalas cinta-Nya dengan cara yang khusus pula. Pilihan ini – entah kita mau membalas kasih Allah itu atau tidak - mempunyai konsekuensi. Konsekuensi ini bukan hanya untuk hidup sekarang ini, tetapi berdampak pada kehidupan yang kekal. Allah telah menawarkan diri-Nya dan sekarang kita harus menanggapi pemberian diri Allah ini. Semuanya itu tergantung pada kualitas tanggapan kita terhadap rahmat Allah yang kita lakukan dari hari ke hari.



Saudara dan saudariku.
Setiap kita ini penting dan berharga bagi Allah. Sebelum anda dan saya lahir ke dalam dunia ini, masing-masing kita telah ada di dalam pikiran Allah. Firman Allah dalam Yer 1:5 “ Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau kelaur dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau….” – Firman Allah ini berlaku bagi setiap kita.

Menurut ilmu kedokteran, setiap orang punya DNA yang berbeda dengan orang lain. Berarti setiap orang itu unik. Tidak pernah seseorang mempunyai DNA yang sama dengan nenek moyangnya atau siapa pun. Berarti bahwa anda dan saya itu unik.

Karena Anda itu unik maka Allah pun ingin dicintai oleh anda secara pribadi. Hanya Anda yang dapat mencintai Allah sebagaimana dirimu sendiri. Anda penting dan berharga di hadapan Allah. Anda adalah obyek cinta Allah yang unik dan special. Allah menciptakan anda untuk dicintai sebagaimana adanya dirimu. Sebelum kita kita dilahirkan, kita telah dicintai oleh Allah dan sekarang pun kita tetap dicintai oleh Allah.

Inti perayaan natal adalah: Allah mengutus Yesus Kristus Putera-Nya yang terlahir dari perawan Maria untuk mencintaimu yang juga terlahir dari seorang ibu. Kelahiranmu menjadi sangat penting karena kelahiran Yesus. Maka ketika Anda melihat gambar atau patung Maria yang mengendong bayi Yesus, haruslah mengingatkan anda akan ibumu yang telah melahirkan dan mengendong kita. Ada pesan Allah yang ingin disampaikan tentang siapakan anda sebenarnya melalui gambar atau patung itu.

Santo Yohanes dalam Injilnya berbicara tentang Sabda Allah yang telah menjadi daging – menjadi manusia sama seperti anda dan saya. Lebih lanjut ia mengatakan: “segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” – artinya bahwa anda dan saya menjadi manusia – menjadi daging karena Sabda Allah. Lebih lanjut Yohanes pun berbicara tentang manusia yang menolak dan menerima Sabda Allah yang menjadi manusia itu. Yohanes mengatakan: “Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keingnan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.”

Saudara dan saudariku.
Dari kutipan Injil hari ini, hendaknya kita renungkan bahwa Anda dan saya terlahir ke dalam dunia ini karena cinta Allah. Anda dan saya hidup di dunia ini karena keputusan dan kehendak Allah. Dan setelah kita lahir, Allah malahan memberikan kita hidup Ilahi Putera-Nya. Dan dalam ekaristi nanti, Allah sekali lagi ingin memberikan hidup dan daya Ilahi Puteranya kepada kita. Inilah kebahagiaan natal yang jauh lebih besar daripada penawaran discount natal yang diberikan diberbagai pusat perbelajaan. Dan ini harus mendatangkan sukacita bagi kita.

Saudara dan saudariku
Setiap perayaan ekaristi adalah sebuah natal yang lain. Setiap Ekaristi merupakan suatu kesempatan bagi kita untuk menjadi seperti para gembala yang mendengar nyanyian para malaikat. Setiap ekaristi merupakan kesempatan bagi kita untuk menjadi seperti para majus…. Setiap kita dipanggil untuk mengikuti jejak mereka untuk menemukan bunda Maria dan Yesus Puteranya – yang dikandung oleh kuasa Roh Kudus. Setiap ekaristi adalah saat di mana kita datang untuk menerima hadiah terbesar dari Allah. Hadiah itu adalah Yesus Kristus. Dialah Allah sekaligus manusia seperti kita.

Saudara dan saudariku
Nanti dalam komuni kudus, Yesus Putera Allah sekali lagi datang memasuki hidup kita. Jangan katakan bahwa anda tidak punya apa-apa yang dapat anda berikan kepada-Nya, jangan katakan bahwa anda tidak berarti karena hidupmu bergelimangan dosa. Betapa panjang dan lebarnya kasih Allah itu. Ia datang kepadamu untuk mencari balasan cintamu kepada-Nya.

Saya hanya membayangkan Yesus menyapa setiap kita yang ada di sini seperti ini:
AKU mencintaimu sebagaimana adanya engkau. Setiap kali kau gagal dalam hidup ini, gagal hidup menurut perintah-Ku, mengapa kau lalu mengira bahwa AKU kurang mencintaimu?
AKU mencintaimu sebagaimana adanya engkau…dengan segala kelebihan dan kekuranganmu.

Aku mengenal kerapuhanmu….pergumulanmu…kekurangan dan kelebihanmu. Sekalipun demikian AKU tetap mencintai engkau. Karena itu, CINTAILAH AKU SEBAGAIMANA ADANYA ENGKAU. Demikianlah AKU menghendakimu. Jangan engkau minder dan takut karena merasa tidak pantas. Kalau engkau menunggu sampai engkau merasa sempurna lalu berusaha mencintai AKU, maka engkau tidak akan pernah mencintai AKU. Sekali lagi Kuminta: CINTAILAH AKU SEBAGAIMANA ADANYA ENGKAU.


Saudara dan saudariku
Tidak ada hadiah terbesar yang dapat anda berikan kepada Allah yang hadir dalam diri bayi mungil Bethlehem selain balasan cintamu kepada-Nya.

Kutipan lagu natal:

O come let us adore Him (3X)
Christ the Lord.


Datanglah dan sembahlah Dia. Nanti sesudah misa kita bisa berdoa di depan kadang natal ini, mungkin hanya dengan terus mengulangi doa seperti ini: Yesus, aku mencintaimu. Tambahkanlah cintaku kepada-Mu. Amin.

Juruselamat telah lahir bagi kita

Renungan Malam Natal_2011
by Tonny Blikon, SS.CC

”Bangsa yang berjalan dalam telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.”

Saudara dan saudarku…
Natal berarti merayakan anugerah Allah. Anugerah apa itu? Yakni Yesus Kristus, Juruselamat kita. Dialah anugerah allah. Dia telah menyerahkan diri-Nya untuk membebaskan kita dari segala kejahatan. Bukan itu saja. Yesus datang untuk membentuk kita menjadi satu umat, satu persaudaraan di dalam Dia. Dia datang menyelamatkan umat manusia.

Lantas, apa artinya anugerah ini bagi kita yang percaya? Berarti anugerah Allah yang kita rayakan pada malam hari ini harus mendidik kita untuk hidup bijaksana, adil, dan peduli terhadap dunia ini.

Tema natal kali ini adalah: “Bangsa yang berjalan dalam kegelapan, telah melihat terang yang besar” – kegelapan yang dimaksudkan adalah kegelapan nurani, yang mengakibatkan kerusakan masyarakat dan dunia. Dalam hal ini, kerusakan bumi adalah salah satu tanda dari kegelapan bangsa itu.

Bumi sudah rusak. Karena kegelapan nurani manusia. Perintah kepada manusia untuk ‘menguasai’ alam dirafsirkan berlebihan, karena lupa untuk menjada dan memeliharanya. Hutan rusak, sungai kotor, bumi yang panas dan lubang ozon yang bolong mengancam manusia sendiri, adalah contoh dari tanda-tanda kegelapan itu.

Ketidakpedulian pada lingkungan adalah dosa ekologis. Karena itu, sangat bisa dimengerti kalau kedatangan Yesus kecil pun membawa terang untuk memperbaiki sikap manusia juga terhadap alam ini. Dengan kata lain, Yesus pun mengajak untuk melakukan pertobatan ekologis, melalui kepedulian kecil yang kita lakukan terhadap alam pula. Yesus datang bukan hanya untuk kebaikan umat manusia, melainkan juga alam seluruhnya, yang nota-bene adalah ciptaan Bapa-Nya. Dulu, semua diciptakan ‘baik adanya,’ tetapi, sekarang ini dunia sudah tidak seindah warna aslinya. Kita diajak untuk kembali menciptakan kebaikan alam itu.

Saudara dan saudariku
Kalau kita lihat, kandang natal tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kandang ini sangat sederhana terbuat dari sampah. Kelahiran Yesus di tengah bumi yang penuh dengan sampah ini merupakan kesadaran ekosistem dari Allah.

Dengan kata lain, Yesus pun mengajak untuk melakukan pertobatan ekologis, melalui kepedulian kecil yang kita lakukan terhadap alam pula. Yesus datang bukan hanya untuk kebaikan umat manusia, melainkan juga alam seluruhnya, yang nota-bene adalah ciptaan Bapa-Nya. Dulu, semua diciptakan ‘baik adanya,’ tetapi, sekarang ini dunia sudah tidak seindah warna aslinya. Kita diajak untuk kembali menciptakan kebaikan alam itu.

Saudara dan saudariku
Saya teringat akan sebuah puisi yang ditulis ketika masih di seminari menengah, pada menjelang suatu perayaan Natal:

TITIPAN DI HARI NATAL

Gerimis panjang menghalau kemarau
Tunas-tunas tumbuh di bulan Desember
Bersama kedamaian awal musim yang merayapi bumi
Ingin kutitipkan: Salam Damai Natal untukmu

Sepi berbunga di bumi
Alam berpesta
Langit mengubah pujian
Atas nama keadilan Tuhan
Malam-malam gerimis pun memberkah
Melipur bumi yang dahaga

Damai bertahta di hati insani
Atas nama kasih sayang
Menyibak keraguan di pucuk kemarau yang lelah
Mengertilah bumi....
Allah itu kasih
Istana sejuta pengertian

Niatkan lagi sulur rindumu ke langit
Alirkan sungai iman
Tinggalkan kemarau musim kemarin
Alpahkan tunas-tunas yang kandas menjenguk langit
Lepaskan rindu yang meranggas patah

Ulurkanlah hatimu sahabat
Nyanyikan kembali kidung penyerahan
Tuangkan harapan
Untuk satu kelahiran baru
Karena Ia telah datang
Menabur hujan berkah
Untukmu yang tengadah rindu
Di bumi pengharapan.


Nah, hari-hari ini, ketika merenungkan teman natal dan anjuran Bapak uskup tahun ini tentang membangun kesadaran ekosistem, saya teringat kembali coretan itu. Saya coba membaca lagi dan bertanya dalam hati: masih relevankah kalimat-kalimat itu? Misalnya kalimat awal dari puisi tadi:

Gerimis panjang menghalau kemarau
Tunas-tunas tumbuh di bulan Desember
Bersama kedamaian awal musim yang merayapi bumi
Ingin kutitipkan: Salam Damai Natal untukmu
Sepi berbunga di bumi
Alam berpesta....


Kalau sekarang, mungkin kalimat itu harus berbunyi:
“Gerimis panjang mendatangkan kekuatiran
sebab banjir bakal terjadi di mana-mana.
Orang-orang Jakarta kuatir jika datang musim hujan.
Tidak ada lagi kedamaian
Saat ini, alam pun menangis karena kekeringan.


Saudara dan saudariku
Perayaan natal hendaknya memberikan kepada kita kesadaran baru akan kasih Allah. Kesadaran ini mencapai suatu tingkatanan yang sangat tinggi dalam diri Santo Paulus sebagaimana ia tulis dalam Rm 8:31-37 :

“Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”

Kasih Allah itu sudah nyata dalam diri Tuhan kita Yesus Kristu yang menyerahkan diri-Nya untuk menyelamatkan semua manusia dan segenap ciptaan ini.

Pertanyaannya: percayakah anda sungguh-sungguh akan kasih Allah ini? Jika kita sungguh percaya, maka kita harus menyerahkan diri bagi sesama dan terdorong untuk meninggalkan keinginan-keinginan duniawi kita. Jika kita sungguh percaya, maka kita harus meninggalkan manusia lama kita dan mulai hidup secara baru. Cara hidup baru bisa kita mulai dengan hal yang kecil misalnya menghargai alam. Taruhlah sampah, jadikan berkah.

Nah, selamat Natal. Tuhan sungguh mencintai Anda, maka mari kita tebarkan juga cinta ini pada sesama dan dunia sekitar kita, termasuk hewan, tanaman, udara, air, tanah, dan, juga sampah! Mereka layak mendapatkan limpahan rahmat penebusan melalui tangan-tangan kita!

Homili Minggu Advent IV-tahun B 2011

Oleh Pastor Tony Blikon, SS.CC

Bacaan
2Sam. 7:1-5, 8b-12, 14a, 16;
Rom. 16:25-27;
Luk. 1:26-38

Renungan:

Saudara dan saudariku
Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita untuk berrefleksi mengenai kepenuhan janji keselamatan Allah melalui Yesus Kristus. Bahwa melalui Yesus Allah akan mendirikan Kerajaan-Nya yang akan bertahan sampai pada akhir zaman.

Mulai dari bacaan I yang diambil dari kitab 2 Sam, kita mendengar kisah tentang Daud yang menjadi raja atas bangsa Israel. Allah telah mengarunikan keamanan kepadanya terhadap semua musuh di sekelilingnya.

Karena itu, sebagai tanda baktinya kepada Allah, Daud ingin melakukan sesuatu bagi Allah. Dia mendatangi nabi Nathan dan mengungkapkan maksud baiknya: “Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu arah, padahal tabut Allah diam di bawah tenda” – dulu boleh jadi umat tinggal di tenda tetapi sekarang kan mereka sudah punya rumah, masa sih tabut Allah tetap tinggal di tenda? Karena itu saya mau bangun sesuatu yang lebih pantas daripada sekedar tenda.

Mendengar maksud baik raja Daud, nabi Natan berkata: “Baiklah, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab Tuhan menyertai engkau”

Tetapi nampaknya Allah punya rencana lain. Karena itu pada malam itu juga, datanglah firman Tuhan kepada Nathan untuk disampaikan kepada Daud. Intinya bahwa Allah menolak rencana baik Daud itu. Mengapa? Mendirikan rumah bagi Allah itu tidak cukup. Tetapi harus mendirikan Kerajaan Allah. Dan tidak ada yang bisa mendirikan Kerajaan Allah selain Allah sendiri.

Karena itu, dengan mempertimbangkan niat baik dan tulus dari Daud untuk menyediakan tempat yang pantas bagi Allah, maka Allah membuat sebuah janji.

Janji Allah yang panjang itu kita dengar dalam bacaan I tadi. Pada bagian akhir dari janji Allah terhadap Daud itu, Allah bersabda: “Aku akan membangkitkan keturunanmu dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Aku akan menjadi Bapanya, dan Ia akan menjadi anak-KU.

Di sini kita dapat mengatakan bahwa Allah telah berbicara mengenai Yesus karena Allah adalah Bapa bagi Yesus dan Yesus adalah Anak Allah. Aku akan menjadi Bapanya, dan Ia akan menjadi anak-KU.

Melalui Yesuslah keluarga dan kerajaan Daud itu akan untuk selama-lamanya dan tahta kerajaan Daud akan kokoh selama-lamanya.

Dari bacaan pertama tadi, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pada peristiwa inkarnasi, Allah memenuhi janji-Nya kepada Daud: “Kerajaan dan keluargamu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, tahtamu akan kokoh untuk selama-lamanya”

Dalam bacaan II, kita mendengar rasul Paulus berkata: “Allah mampu menguatkan kita di dalam Roh kebenaran.” Kebenaran apa? Bahwa apa yang telah menjadi rahasia berabad-abad lamanya, dan yang telah diramalkan oleh para nabi kini telah dinyatakan kepada kita orang yang percaya bahwa Yesus adalah Hikmat Allah. Hikmat dan Kebijaksanaan Allah itu telah menjadi daging sama seperti kita supaya dia dapat mengajar kita untuk taat kepada Allah. Oleh Yesus Kristus, segala kemuliaan sampai selama-lamanya.

Dengan kata lain, rasul Paulus mau mengatakan bahwa kita harus mendengarkan, patuh dan setia kepada sabda Yesus, karena hanya melalui Dialah kita dapat mencapai keselamatan kekal.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Bacaan Injil hari ini memberikan jawaban.

Allah mengutus malaikat Gabriel ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunganang densang seorang bernama Yosep dari keluarga Daud. Nama perawan itu Maria.

Mengapa Lukas menyebutkan dengan lengkap bahwa malaikat Gabriel datang kepada "seorang perawan yang bertunangan dengan seorang yang bernama Yusuf dari keluarga Daud. Nama perawan itu Maria." ? Lukas merasa perlu merasa perlu menampilkan profil Maria sebagai tunangan Yusuf, orang keturunan Daud. Dengan demikian menjadi jelas bahwa berkat kedua orang inilah, Yesus nantinya menjadi keturunan Daud dan dengan demikian berhak mendapat kepenuhan janji Tuhan kepada nenek moyang dahulu. Hal ini akan ditegaskan kembali dalam silsilah Yesus (Luk 3:23-38). Dengan menyebut Maria dalam kedudukan ini, Lukas ingin mengajak pembaca melihat bahwa Gabriel memang diutus mendatangi seorang yang memungkinkan Yesus nanti lahir dalam garis keturunan Daud. Ini yang pokok. Sehingga kita tidak bisa mengatakan: “Oh…Allah memilih maria itu kan hanya kebetulan. Allah bisa memilih siapa saya wanita di dunia ini?”

Ketika Malaikat masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang penuh rahmat, Tuhan menyertai engkau.”

Coba bayangkan kalau seorang malaikat dan menampakan diri kepada anda dan mengatakan hal yang sama. Mungkin kita anda dan saya akan kaget dan berkata: ‘apa-apaan ini? Sebagai manusia, tetapi bebas dari segala noda dosa, Bunda Maria juga kaget, tetapi ia bertanya dalam hatinya: ‘Apakah artinya salam itu?

Dan Malaikat menjawab: “Jangan takut Maria sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapa Allah.” – kalimat ‘beroleh kasih karunia di hadapan Allah’ berarti rahmat Allah menyertai engkau atau Allah telah memilih engkau’

Lanjut malaikat Gabriel: ”Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang putera dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. ia akan menajadi besar dan akan disebut Putera Allah yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya tahta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”

Secara manusiawi, orang akan berpikir bahwa Yesus putera Maria ini tidak akan mati sehingga dia dapat menjadi raja sampai pada keabadian.

Tetapi bagi orang Yahudi, sabda Tuhan dalam bacaan I tadi tidak dimengerti bahwa Allah akan mendirikan suatu kerjaan duniawi, tetapi lebih sebagai sebuah kerajaan surgawi.

“Bagaimana hal itu mungkin terjadi?” Tanya Maria. Dan malaikat menjawab: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu putera yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Putera Allah.”

Suatu tanda diberikan Allah supaya Maria percaya akan peristiwa itu adalah Elisabeth pun sedang mengandung seorang anak pada hari tuanya.

Akhirnya Maria pun menjawab: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu” – Maria sebagai seorang gadis Yahudi yang saleh sangat akrab dengan kitab suci. Dia tahu betul akan semua hal besar yang telah dikerjakan Allah bagi bangsanya: membebaskan mereka dari perbudakan Mesir, membimbing mereka melewati laut merah, mengantar mereka masuk ke tanah terjanji, dll
Setelah itu Malaikat itu meninggalkan Maria.

Saudara dan saudariku.
Bacaan-bacaan mewahyukan kepada kita bahwa Kerajaan Allah yang didirikan oleh Yesus, tidak akan berakhir.

Minggu depan kita akan merayakan Natal, - pesta kelahiran Yesus – sang Messias yang dijanjikan. Dialah yang akan mengokohkan kerajaan Daud sampai selama-lamanya – kerajaan bukan dalam arti duniawi tetapi kerajaan rohani.

Ketika nanti kita melanjutkan ekaristi ini, hendaklah kita tetap ingat bahwa Yesus Kristus ada bersama kita saat ini, sedang membangun kerajaaan rohani yang anggotanya adalah kita. Semoga kita tetap ingat dan sadar bahwa dengan mengambil bagian dalam ekaristi ini, kita ternyata sedang mengambil bagian dalam perjamuan surgawi yang tak dapat kita lihat dengan kasat mata.